Vitamins Blog

Little Things Between You And Me ( Chapter 5)

Bookmark
ClosePlease login

No account yet? Register

30 votes, average: 1.00 out of 1 (30 votes, average: 1.00 out of 1)
You need to be a registered member to rate this post.
Loading...

Previously on Little Things Between You And Me :

“Tertarik untuk mencoba? Cicipi saja rasanya untuk sekedar menuntaskan rasa ingin tahumu.”

“Ah, lebih baik aku menerima tawaran Nawaki-kun untuk berkencan. Masa mudaku yang malang…”

===

“O-Okasama, tunggu sebentar.”

“Apakah kau benar-benar menyukai gadis itu?

“Kalau kau hanya ingin bermain-main dengannya, lebih baik kau depak dia sekarang juga. Aku tidak pernah mendidikmu untuk menjadi penggoda wanita.”

***

***

Sepulang dari acara festival, sepasang kekasih tersebut terlihat sedang berada di ruang tamu apartemen.

Chie terlihat sibuk mengganti perban di tangan kiri Sanada. Proses penyembuhan berjalan baik dan setelahnya Sanada tidak membutuhkan perawatan lebih lanjut.

Melihat Chie yang begitu telaten merawat orang sakit, pria Uemura itu tergelitik untuk menanyakan pertanyaan klise yang mengganjal di hatinya.

“Kenapa kau bisa terpikir untuk menjadi perawat?”

“Dulu aku mengagumi perawat yang sabar dan telaten dalam menghadapi sifat ayah yang kurang kooperatif apalagi semenjak ibu meninggal, ayah sangat membenci rumah sakit. Suatu hari nanti, ilmu yang aku pelajari bisa dipakai untuk merawat ayahku.”

“Bagaimana mungkin kau masih bisa bersikap baik kepada ayahmu yang sudah mendepakmu dari klan?”

Chie terlihat agak ragu menyuarakan pendapatnya, “Apakah kau percaya kalau yang dilakukan ayahku adalah yang terbaik untuk semua? Aku lega karena bisa memilih dan mengatur jalan hidupku sendiri tanpa harus berada di bawah bayang-bayang dan ekspektasi keluarga Himura.”

“Aku hanya memiliki seorang ayah, Sanada-kun, terlepas dari baik atau buruknya sifat beliau.”

Sanada tersenyum getir mendengar kata-kata yang diucapkan Chie, mengingat hubungan dengan ayahnya sendiri tidak terlalu dekat. Bahkan untuk melihat sisi positif dari tindakan sang ayah pun terasa sulit.

Melihat wajah Sanada yang sedikit muram ketika membahas tentang keluarga, Chie mengelus punggung kekasihnya dengan lembut berharap dapat memperbaiki suasana hati pria itu.

Ketika masih bersahabat, mereka berdua seakan memiliki kesepakatan tidak tertulis sebelumnya untuk menghindari pembahasan topik seperti ini karena memiliki potensi konflik yang besar.

Hanya saja setelah mereka menjadi kekasih, mau tidak mau mereka harus belajar membahas isu sensitif apalagi jika berniat melangkah lebih jauh dalam hubungan mereka saat ini.

Sanada merengkuh Chie dalam pelukannya, menyandarkan kepala di sofa sambil menghidu aroma wangi dari rambut Chie. Semua terasa seperti mimpi dimana Chie hadir di ruang tamunya dan mereka tinggal bersama dalam satu minggu terakhir.

Di satu sisi, Sanada berharap kalau suasana damai ini bisa bertahan selamanya, namun di sisi lain intuisi sang Uemura mulai memberikan peringatan halus akan hadirnya badai dalam kehidupan mereka.

*****

Beberapa hari setelah festival berlalu.

Rumah Sakit tempat Chie bekerja dihebohkan oleh kehadiran seorang tamu VIP yang memaksa harus dilayani oleh perawat tertentu.

Suzu, yang sudah menjadi sahabat Chie sejak zaman kuliah keperawatan, berlari kecil menyusuri koridor rumah sakit untuk mencari gadis Himura tersebut. Senyuman lega terpatri di wajah gadis bercepol dua ketika menemukan sosok yang dicari sedang menikmati zenzai di kafetaria.

“Chie-chan, gawat.”

“Apanya yang gawat? Ada pasien sekarat di UGD sekarang?” ucap Chie sambil terburu-buru menelan mochi dari zenzai yang dilahapnya.

Begitulah kehidupan sehari-hari para perawat, setiap detik ibarat medan perang yang mengharuskan mereka untuk selalu siaga karena nyawa orang lain menjadi taruhannya.

“Bukan, tetapi ada pasien VIP yang mengharuskan kau melayaninya atau dia akan menuntut pihak Rumah Sakit.”

Chie hampir saja tersedak ketika mendengarkan berita tersebut dan mendelik pada Suzu untuk mencari tanda kalau sahabatnya tersebut sedang bercanda dengannya. Namun semua usaha Chie sia-sia karena wajah Suzu terlihat kaku dan serius.

“Siapa?”

Chie spontan meluncurkan pertanyaan tersebut sambil memikirkan kemungkinan kandidat VIP yang sangat pemilih dalam mendapatkan pelayanan.

“Seseorang yang memiliki nama tidak umum, Koda.. Toda .. atau sejenisnya.”

Gouda.

Chie merasakan jantung berhenti berdetak dan sekujur tubuh dingin mendadak ketika nama itu terlintas dalam pikiran. Wajah dan bibirnya pun turut memucat.

Seberapa jauh kau akan menghancurkan kehidupanku, Inoki?

Suzu yang melihat perubahan raut wajah Chie tentu saja khawatir, “Chie-chan, kau baik-baik saja? Siapa orang itu dan apa hubungannya denganmu?”

Chie masih mematung dan hanya bergumam lirih, “Seseorang di masa lalu yang baru muncul akhir-akhir ini.”

Suzu tidak sepenuhnya mengetahui siapa penyebab Chie didepak dari klan Himura, tetapi setelah melihat sahabatnya kebingungan seperti sekarang, Suzu bersimpati.

Daijoubu, Chie-chan. Kita bisa bicarakan nanti, saat ini kau harus menemuinya terlebih dulu. Jangan kuatir, aku akan membantumu sebisaku.”

Chie menganggukkan kepalannya dan bergegas menuju ke ruangan VIP yang diberitahukan oleh Suzu.

*****

Ruang VIP di Rumah Sakit didesain seperti hotel bintang lima dengan fasilitas yang kurang lebih sama.

Inoki terlihat duduk di sofa sambil menikmati suguhan teh dan tersenyum puas ketika Chie memasuki ruangan VIP tersebut dengan ekspresi yang tidak terbaca.

“Aku merindukanmu, Chie. Dan aku senang bisa bertemu denganmu disini walaupun harus sedikit memaksa.”

Chie berusaha bersikap profesional dan tidak menggubris kata-kata Inoki, mulai melakukan tugasnya sebagai perawat dan memeriksa tensi darah dengan alat-alat yang tersedia di meja kecil di samping sofa.

Inoki mencoba merengkuh Chie dalam pelukannya, namun tangan pria itu refleks ditepis oleh Chie. “Jaga sikapmu, Gouda-san. Ruangan ini dilengkapi kamera dan kau tidak ingin dituduh melakukan pelecehan bukan?”

Inoki kesal dengan jawaban ketus Chie, “Kalau aku yang menyentuhmu, kau menyebutnya sebagai pelecehan? Sementara gelandangan bernama Sanada itu bebas menyentuhmu kapan saja.”

Chie tentu saja tidak terima Sanada dihina seperti itu, apalagi Chie tahu persis penyebab Sanada menjadi pengangguran. “Dia sama sekali bukan gelandangan, sifat dan karakternya berkali-kali jauh lebih baik darimu, Gouda-san.”

“Kenapa kau begitu membelanya?”

“Untuk orang sepertimu yang hanya menggunakan uang dan kekuasaan dalam menyelesaikan masalah, kau tidak akan pernah mengerti tindakan tulus tanpa pamrih yang datang dari hati.”

“Tulus katamu? Keh…” Inoki mendengus dan tertawa mengejek.

“Menurutku kau yang terlalu naif, Chie. Kau tidak mengerti apa yang dipikirkan oleh pria. Tidak ada yang gratis di dunia ini, selalu ada imbal balik untuk mendapatkan sesuatu.”

Inoki memandang Chie dari kepala sampai ujung kaki dengan seringaian sinis yang membuat Chie tidak nyaman dan ingin segera keluar dari ruangan tersebut.

Namun, tuntutan pekerjaan dan profesionalisme memaksa sang dara untuk tetap berdiri tegak di tempatnya.

“Dia menginginkan tubuhmu, dan jika dia sudah mendapatkannya maka kaulah yang akan memohon-mohon padanya untuk tidak meninggalkanmu.”

Chie hanya menunjukkan ekspresi datar ketika Inoki mengucapkan kalimat tersebut, sama sekali tidak terintimidasi.

Hal tersebut tentu saja membuat Inoki frustasi dan mendesis dengan penuh ancaman, “Jangan salahkan aku kalau sifat keras kepalamu ini akan membuat orang-orang di sekelilingmu terluka, mungkin saat itu kau akan mempertimbangkan penawaranku.”

Chie mengepalkan tangan dengan erat sampai buku-buku jemarinya memutih, berulang kali mengingatkan diri untuk tidak bertindak emosional.

Inoki bisa melihat kilatan kemarahan di mata gadis Himura tersebut dan pria Gouda menyeringai penuh kemenangan.

Pria Gouda ini benar-benar pintar bersilat lidah dan memilih tempat sehingga gadis itu tidak bisa berkutik dan harus menelan mentah-mentah semua hinaan yang dilemparkan kepadanya.

Di saat suasana tegang dan menyesakkan, tiba-tiba pintu utama ruang VIP terbuka dan terlihatlah pria bertubuh besar yang mengenakan jubah putih memasuki ruangan.

“Kyo-Kyohei-sensei.” sapa Chie sambil membungkuk hormat pada sosok yang tampak berwibawa tersebut. Dialah dokter senior yang menjadi penanggung jawab pasien ruang VIP.

“Kau bisa lanjut berkeliling ke ruangan pasien lain, Chie-san.”

Chie kembali membungkuk sebelum keluar dari ruangan itu secepat mungkin.

Sementara Inoki tersenyum kecut karena tidak bisa mengintimidasi Chie lebih jauh.

*****

Chie masih merasa kesal karena percakapannya dengan Inoki tadi.

Sampai kapan pria itu akan berhenti mengganggunya? Apakah Chie perlu mengundurkan diri dari pekerjaannya sekarang?

Sanada memang tidak sempurna, ada sifat arogan dan cuek tetapi sikapnya pada Chie masih termasuk gentleman.

‘Kau terlalu naif.’ 

‘Dia hanya menginginkan tubuhmu.’

Kalimat itu terngiang di dalam benak dan tanpa sadar telapak tangan Chie meraba sekitar leher yang masih tertutup kaos turtle neck dibalik seragam perawatnya.

Jantung Chie berdebar dengan cepat mengingat kejadian beberapa hari lalu, dimana Sanada meninggalkan bercak kemerahan di sekitar area tersebut.

Ini pertama kalinya Sanada bertindak agresif dalam sejarah hubungan mereka.

‘Sanada bukanlah orang seperti itu.’

Chie segera menepis pikiran negatif dan kembali melanjutkan tugasnya sambil berulang-ulang memberikan afirmasi pada diri sendiri kalau Sanada tidak sama seperti tipikal pria yang disebutkan oleh Inoki.

*****

Sanada memutuskan untuk mengunjungi gedung perkantoran yang sebelumnya pernah menjadi pusat kegiatan usaha rintisannya sendiri.

Langkah tegap menginjak lantai 16 yang kini sunyi senyap sejak pengumuman perusahaan tersebut diambil alih oleh Uemura Group dan dibekukan semua asetnya.

Ironis.

Siapa yang menyangka kalau batu sandungan terbesarmu adalah ayahmu sendiri?

Sanada tampak acuh ketika mendengar suara langkah lain bergema di koridor sepi. Dia sudah mempersiapkan diri untuk bertemu sosok tersebut.

“Sanada-sama.” Sosok tersebut yang terlebih dulu memecah keheningan.

“Yuuto.” sapanya dingin.

Kudou Yuuto, dialah pria berambut kelabu dan memakai kacamata hitam yang terlihat sedang melempar dart di salah satu stand saat festival berlangsung.

Ketua dari tim elite bodyguard terlatih yang sudah mengabdi pada keluarga Uemura secara turun temurun.

Pria ini pernah menjadi guru bela diri Sanada, yang membuat sang Uemura mampu menjadi ketua klub karate di usia belia. Dulu, Sanada pernah mengagumi sosok ini selain kakak kandungnya, Kazuma.

Namun semuanya berubah sejak kepergian Kazuma ke Eropa yang konon kabarnya disebabkan oleh Masahito, sang ayah sekaligus Yuuto sebagai sang pelaksana perintah. Semua image dan kekaguman pada pria berambut kelabu ini sirna begitu saja.

Sanada selalu kesal kalau teringat kejadian tersebut karena sejak saat itulah kebebasannya direnggut paksa.

Kemana Sanada melangkah, akan selalu diikuti oleh para bodyguard sang ayah yang siaga melaporkan kegiatan apa saja termasuk yang berhubungan dengan hal pribadi sekalipun.

Hal ini tentu saja berimbas pada lingkaran pergaulan Sanada sekaligus membuat sang Uemura muda lebih tertarik untuk menggeluti bisnis dan pekerjaan daripada membina hubungan dengan orang lain.

Sekarang Sanada bisa memahami alasan sang kakak enggan kembali ke Jepang.

Siapa sih yang tidak gerah dan jengah jika dipantau sedemikian rupa setiap hari?

Yuuto menyerahkan sebuah amplop coklat besar yang diterima dengan tidak sabar oleh Sanada.

“Kami menemukan gambar-gambar ini di kamera salah seorang pengejar yang berhasil kami lumpuhkan kemarin.”

Sanada memperhatikan foto-foto tersebut yang menampilkan sosok Sanada dan Chie yang sedang berjalan di tengah keramaian dalam berbagai pose.

“Sebaiknya anda berhati-hati Sanada-sama, sepertinya ada yang mengincar Anda.”

“Jangan berlebihan, Yuuto. Aku bukan orang penting dalam grup Uemura. Otousama tidak pernah mengakui atau menunjukkan relasi kami di depan publik, kau tentu jauh lebih tahu akan hal ini.”

Yuuto tidak membantah ataupun mengiyakan, dia sudah terbiasa dengan semua sepak terjang keluarga Uemura yang misterius dan sulit ditebak.

Uemura Masahito memang terkenal sebagai sosok bertangan dingin dan tegas, tidak terbantahkan kalau sudah membuat keputusan walaupun mungkin terdengar aneh bagi sebagian orang. Pemimpin Uemura Group tersebut tidak pernah memberitahukan kepada publik mengenai siapa anak-anaknya.

Entah apa yang ada di benak Tuan Besar Uemura tersebut sehingga sampai hari ini Uemura Group belum mengumumkan nama pewaris yang akan melanjutkan tampuk kepemimpinan.

Publik hanya mengetahui kalau marga Uemura adalah marga yang umum dan tersebar di hampir semua wilayah Jepang dengan bidang usaha dan pekerjaan yang bervariasi.

Kenyataan ini membuat orang awam tidak terpikirkan kalau sebenarnya para penyandang marga tersebut adalah keluarga besar yang menjalankan bisnis dengan sangat terkoordinasi.

Setiap anggota keluarga sudah memiliki bagiannya sendiri sehingga tidak terjadi intrik dan perebutan kekuasaan seperti yang kerap terjadi dalam keluarga konglomerat lainnya. Dan semua anggota keluarga tersebut bersatu dibawah kepemimpinan Uemura Masahito.

“Sanada-sama, jika pengejar tersebut bukan mengincar Anda, apakah mungkin mereka sebenarnya mengincar nona yang bersama Anda?”

Sanada terdiam kala mendengar kalimat yang diucapkan Yuuto, perempuan itu hanya pekerja biasa dan hidup layaknya rakyat jelata.

Kenapa bisa menjadi pihak yang diincar?

Apakah pengejar itu suruhan dari keluarga Himura untuk mengawasi Chie layaknya Sanada yang diawasi oleh tim Yuuto? Atau ada hubungannya dengan pria brunet di apartemen Chie?

Sanada tersentak dari lamunannya ketika mendengar pertanyaan dari Yuuto.

“Apakah saya perlu menyelidiki latar belakang nona tersebut?”

Sanada mendelik tajam pada Yuuto, “Aku tidak peduli apa yang akan kau laporkan pada Otousama. Aku akan menghabisimu kalau kau berani mengganggu Chie,” ucap Sanada terdengar layaknya ancaman sebelum meninggalkan ketua bodyguard tersebut.

Yuuto menatap kepergian sang tuan muda dengan mata yang menyiratkan kalau dia sedang tertawa di dalam hati, “Bocah itu sudah tumbuh menjadi pria dewasa rupanya.”

*****

Sanada yang baru saja kembali ke apartemen, menemukan tumpukan barang belanjaan yang ditujukan kepada Chie di depan pintu apartemen dan dijaga oleh seorang kurir pengirim barang.

Pria Uemura itu melirik nama pembeli di salah satu nota penerimaan barang dan menarik sudut bibirnya, ternyata sang Okasama mulai menjalankan aksi dan memberikan dukungan seperti yang pernah disebutkan oleh nyonya Uemura di saat itu.

Sore hari saat Chie kembali ke apartemen dan memasang ekspresi bertanya-tanya ketika menemukan tumpukan barang yang masih terbungkus rapi.

Sanada menjawab singkat sambil melanjutkan aktivitasnya menuangkan air ke gelas, “Untukmu.”

Chie yang baru saja mengalami hari yang buruk di kantor tentu saja merasa senang.

“Eh? Untukku? Kau yang membeli semua ini?”

Sanada hampir saja menjawab siapa pembelinya namun entah kenapa dia sangat menikmati senyum lebar dan kilatan mata penuh kebahagiaan milik Chie yang mengira kalau Sanadalah yang membeli semua ini.

Sanada sengaja tidak menjawab pertanyaan Chie, memilih duduk di lengan sofa dan menunjuk ke tumpukan kotak tersebut dengan tangannya yang masih memegang gelas, “Bagaimana kalau kau membuka isinya sekarang?”

Bagaikan anak kecil yang menerima hadiah ulang tahun, Chie bersemangat meraih salah satu kotak dan mulai membuka kertas pembungkusnya.

Sanada yang mengamati tingkah laku Chie, tertawa kecil sambil merasa geli dalam hati.

Dulu, dia sangat membenci kegiatan berbelanja bersama sang ibu walaupun tidak pernah menunjukkannya terang-terangan.

Namun hari ini, Sanada merasakan sebuah kebahagiaan dalam hati hanya dengan melihat Chie yang begitu antusias. Mungkin dia bisa melihat lebih banyak ekspresi Chie kalau membawanya berbelanja langsung.

Chie mengeluarkan sebuah blus panjang berwarna hitam bermotif sederhana namun terlihat elegan dan berkelas, “Wah, bagus sekali.”

Satu per satu kotak dibuka dan Chie menemukan sepasang sepatu high heels dengan hiasan permata kecil berkilauan yang terlihat mewah, beragam aksesoris yang bisa dipakai dalam berbagai acara formal dan non formal.

Ketika Chie melirik Sanada dengan senyum lebar penuh rasa terima kasih, pria Uemura itu terlihat bangga dan mengisyaratkan Chie untuk lanjut membuka kotak terakhir yang terlihat mencolok. Siapa yang bisa menandingi selera Uemura Michiko dalam berbelanja?

Sanada baru saja menegak habis seluruh air dari gelas yang dipegangnya ketika Chie menarik keluar sepotong pakaian dan suasana mendadak sunyi senyap setelah melihat isi bungkusan tersebut.

 

Sanada terlebih dahulu menyemburkan air yang diminum ketika melihat Chie memegang lingerie yang terbuat dari bahan kain tipis berwarna hitam namun tetap saja akan terlihat transparan jika dikenakan, dan refleks menutupi mulut dengan sebelah tangan.

Chie masih terlihat shock.

Benak sang Uemura terbayang lekuk tubuh Chie dalam balutan lingerie yang tentu saja membuat wajah sang pria memanas dan merah padam sampai ke telinga.

Chie terlihat kecewa dan mengikuti insting untuk meninggalkan semua hadiah tersebut sambil berlari ke dalam kamar kemudian mengunci pintu secepat mungkin.

Di dalam kamar, Chie terduduk di lantai sambil bersandar di dinding dan menangis tersedu-sedu mengingat semua ucapan Inoki kalau semua laki-laki itu sama saja, hanya menginginkan tubuh perempuan. Termasuk Sanada yang dipercayainya.

Apalagi bukan hanya sekali Sanada bersikap seperti sekarang, minggu lalu pria itu baru saja meninggalkan kiss mark yang membuat Chie harus memakai baju turtle neck untuk menutupi bercak di leher selama seminggu penuh.

Sanada tentu saja kebingungan dengan sikap Chie yang sama sekali tidak memberikan kesempatan pada Sanada untuk menjelaskan kalau pemberian tersebut sebenarnya berasal dari ibunya.

‘Bagaimana mungkin Chie yang tadinya begitu bahagia, bisa langsung berubah drastis dalam sekejap?’

Sanada mengacak rambutnya dengan frustasi sambil melangkah ke depan pintu kamar Chie dan mengetuk pelan.

“Chie”

Tidak ada sahutan dari dalam.

“Ayolah, jangan mendiamkanku.”

“Tinggalkan aku sendiri!”

Sanada menuruti kemauan Chie, tidak menyangka kalau kekasihnya tersebut bisa marah besar hanya karena sepotong pakaian. Sangat tidak masuk akal.

Mungkin besok suasana hatinya sudah membaik dan bisa memaafkan, atau mungkin bisa kembali menjalani hari damai seperti biasa.

Sanada tidak menyadari kalau keusilannya kali ini akan dibayar dengan sangat mahal.

*****

To be continue

 

13 Komentar

  1. farahzamani5 menulis:

    Mulai ada ‘kerikil2’ nih
    Aihhh parasit nyebelin bngt dah, sok berkuasa bngt dah
    Nahh kan salah paham dah jdinya nih
    Ati2 Sanada, tuhhh ada yg ngincer Chie
    Ditunggu part selanjutny ka
    Semangat trs yak

    1. @farahzamani5 thanks uda vote n komen borongan yak. Next part lagi on progress editing. Btw, klo kumasukin link video gitu, ngabisin quota ngga bagi yang baca dari hp?

  2. Sbnrnya aku jg pengen jadi perawat tapi itu pupus saat mengukur tinggi badan, gak nyape beberapa sentii gituu :PATAHHATI :PATAHHATI ehh apaan sih *abaikan

    Hadehh kenapa harus ada lingerie sihh
    Jadinya Chie makin menguatkan keraguannya dngn Sanada kan
    Ditunggu kelanjutannya

    1. @lucycia lingerienya ngga salah (apaan coba wkwkw hashtag #savelingerie :KETAWAJAHADD :KETAWAJAHADD )

      semua gara-gara si sanada ngga jujur dari awal tu kado sebenarnya dikasih ma siapa…

  3. nah khan….ngambek khan…salah sapa dah ini coba…salah paham khan jadinya…harusnya sanada ngomong aja ya kalo itu dari ibunya ..sebagai bentuk dukungan untuk hubungan mereka…iihhh gemes.

    1. @dekoceria sanada kirain cuma becanda doank.

  4. Keusilan nya dibayar sangat mahal
    Bakalan ada perang nih :LARIDEMIHIDUP :LARIDEMIHIDUP

    1. @xixihana hai, hai, thanks uda mampir baca n voment
      next chapter akan dibahas kok

  5. Lah salah paham nih si Chie,,
    Kesian Sanada,,

    1. gara gara usil

  6. Lah ini bukannya udah ya…

    1. sorry tadi koreksi typo, malah jdnya ke update di tgl yg baru

  7. fitriartemisia menulis:

    Yaaaaah, Chie nya langsung marah huhu
    mungkin lagi badmood banget kan dia, udah seneng2 awalnya eh malah pas banget jd kepikiran omongannya Inoki :AKUGAKTERIMA