Vitamins Blog

Pangeran Tanpa Mahkota – Halaman Tambahan 1

Bookmark
ClosePlease login

No account yet? Register

43 votes, average: 1.00 out of 1 (43 votes, average: 1.00 out of 1)
You need to be a registered member to rate this post.
Loading...

 

Sepanjang ingatan Gize kecil, dia hanya pandai melakukan satu hal. Tersenyum. Tersenyum dapat membuat Gize kecil selamat, dengan tersenyum dia dapat membuat orang menyukainya, dengan tersenyum dia dapat segera diadopsi, dengan tersenyum dia dapat terselamatkan dari neraka yang disebut panti asuhan.

Satu hal yang Gize pelajari selama dirinya tinggal di panti asuhan adalah jadilah anak baik. Karena anak seperti itulah yang akan cepat diadopsi oleh orang-orang yang berdatangan ke tempat mereka, baik dijadikan anak ataupun pesuruh. Itu lebih baik daripada tetap berada di neraka tempat dia berada saat ini.

Mulanya Gize berpikir jika tempat ini memang seindah yang dibicarakan oleh orang-orang. Bisa dapat makanan lezat setiap hari, bermain sepuasnya, dan bisa tertawa bahagia. Namun kenyataannya tidak seperti yang didengar oleh Gize. Setiap harinya Gize kecil harus mampu bertahan hidup dengan makan satu kali sehari, itupun jika dia mendapat jatah makanan yang sering kali jarang di dapatkannya. Tidak ada hari tanpa bekerja bagi semua anak-anak yang ada disana, baik membersihkan rumah, maupun bekerja di luar rumah. Uang yang dihasilkan di luar rumah pun tidak bisa mereka miliki melainkan langsung diberikan kepada sepasang suami istri yang mengelola panti asuhan ini.

Dari sanalah Gize berharap agar dirinya bisa segera diadopsi. Namun lagi-lagi kenyataan selalu menumbangkan harapannya. Orang yang berdatangan ke bangunan mereka dan melihat kehadirannya selalu memalingkan wajahnya. Pada mulanya Gize kecil berpikir jika mungkin itu karena dia terlihat tidak terlalu baik sehingga banyak yang tidak menyukainya. Sejak saat itulah Gize kecil selalu belajar tersenyum dan berbuat baik, dirinya juga menjadi sering mengalah untuk yang lainnya dalam memperebutkan makanan. Hal ini agar dia bisa segera di adopsi. Selama bebebrapa tahun kemudian, Gize kecil menjadi menjadi terbiasa untuk tersenyum dan berperilaku baik.

Hingga pada akhirnya, di suatu malan saat Gize kecil akan pergi ke dalam kamarnya setelah ke kamar mandi, dia mendengar percakapan sepasang suami istri pengelola panti itu. Rasa penasaran Gize kecil memancingnya untuk mendengarkan percakapan mereka yang ternyata membawa namanya.

“Kenapa tidak ada yang mau membawa Gize, dia terlihat paling menonjol dan paling menarik tapi tidak ada satupun yang mau mengambilnya,” Gize dapat menebak jika yang berbicara barusan adalah sang suami.

“Memangnya siapa yang mau dengan anak sepertinya. Kau tidak lihat rambutnya, aku yakin dia anak seorang palacur di kota dengan seorang bangsawan. Jadi mana mungkin bangsawan-bangsawan itu mau mengabdosinya, mereka pasti ketakutan jika ketahuan ternyata anak itu adalah anak dari hasil bersenang-senang dengan pelacur di kota.” Perkataan sang istri membuat Gize kecil bergetar di tempatnya. Kenyataan yang belum jelas kebenarannya itu mampu membuat Gize kecil panik serta ketakutan melanda. Namun suatu pemikiran merasuk dalam otaknya.

Apapun yang dilakukannya, semua orang tidak akan menagadobsinya. Apapun yang diusahakannya, orang tidak akan memilihnya.

Satu pemikiran yang membuat Gize kecil menangis semalaman dan menimbulkan mata bengkak pada pagi harinya. Meski dirinya tau bahwa apa yang dilakukan percuma, Gize kecil tidak bisa menghilangkan kebiasaannya untuk tersenyum meski hanya tersenyum palsu. Maka sejak dari saat malam itu, Gize kecil sudah mematikan harapannya, Gize kecil sudah mematikan semangatnya yang selalu meluap, Gize kecil sudah melupakan bagaimana caranya menghilangkan senyumnya.

Hingga malam itu sosok itu datang padanya. Gize yang tengah berburu pada malam hari, suatu kebiasaannya untuk bisa memenuhi perutnya yang belum terisi apapun, dikagetkan oleh seruan dari suatu pohon. Lebih tepatnya pada sosok berambut merah yang menatapnya dari atas pohon. “Kau hebat!” sosok itu meloncat dan tepat jatuh di depan Gize. Wajahnya berseri menatap pada Gize yang tengah memegang kelinci hasil buruannya. “Kau bisa memburu kelinci itu hanya dengan batu, dari jarak sejauh itu!” diiringi senyum merekah dari wajah anak laki-laki di depannya. Senyum paling manis yang pernah dilihat Gize.

Tanpa sadar, Gize menyalak ke arah anak laki-laki di depannya. “Urus urusanmu sendiri!” dan berlalu pergi dari sana.

Gize mengira, malam itu hanyalah suatu kebetulan bertemu dengan anak laki-laki berambut merah anehnya itu. namun dugaan Gize salah karena kini anak laki-laki itu kembali berada di hadapannya dengan senyumnya lagi. “Sebenarnya apa maumu!” sentak Gize saat melihat sosok anak laki-laki itu kembali ada di hadapannya. Entah siapa orang tuanya hingga tidak peduli dengan anaknya yang masih berkeliaran di hutan ini saat malam.

Anak laki-laki itu tersenyum dengan menunjukkan giginya yang terlihat putih meski hanya diterangi oleh sinar rembulan. “Aku ingin kau mengajariku cara memburu seperti itu. kemampuanmu sangat hebat!”

Gize mendengus kesal.  “Dan kenapa aku harus mau melakukannya? Apa untungnya buatku?”

Anak laki-laki di depannya mengedikkan bahunya pertanda tidak tau, “Kau bisa meminta apapun, aku pasti akan memberikannya.”

Gize mengerutkan dahinya, merasa aneh dengan perkataan anak berambut merah di depannya meski terlihat menggiurkan. Di dalam pikirannya sudah tersusun banyak sekali permintaan yang menjadi keinginannya sedari dulu. Hingga akhirnya dia memilih satu hal yang menjadi keinginan terbesarnya itu. “Ajari aku tersenyum.”

“Tersenyum?” Gize mengangguk mendengar nada ragu yang dikatakan oleh anak di depannya. “Memangnya untuk apa? Kau tidak bisa tersenyum?”

“Jika aku bisa tersenyum sepertimu, aku pasti akan cepat di adopsi. Aku ingin segera keluar dari panti.” Meski Gize tau bahwa keluar dari panti bagi dirinya adalah mustahil, terutama karena asal usulnya yang tidak jelas. Namun harapan Gize tetap menyala meski tidak sebesar dulu, dan sekarang kembali membara saat melihat senyum milik anak laki-laki di depannya. Jika dia bisa tersenyum seperti itu, dan menghilangkan rambut yang ada di kepalanya, orang-orang pasti memilihnya bukan.

“Memangnya ada yang salah dengan panti? Bukannya itu tempat yang menyengkan?”

Gize mendengus kesal, “Tidak menyenangkan sama sekali. Aku tidak bisa bermain, harus bekerja setiap hari, lalu hanya makan satu hari jika itupun aku mendapat bagian. Aku ingin keluar dari sana.”

Anak laki-laki di depannya terdiam, seakan mencerna kata-kata Gize yang mungkin terasa mustahil. “Baiklah, akan ku lakukan. Ayo kita bertemu besok.” Anak laki-laki itu langsung berlalu pergi meninggalkan Gize dengan tanda tanya besar di kepalanya.

Keesokan harinya, terjadi keributan di panti tempat Gize tinggal. Bukan karena perkelahian anak-anak panti seperti biasa tapi karena kunjung yang tak biasa dari Sang Raja. Semua orang, baik yang ada di panti maupun tetangga, berkerumun untuk melihat secara langsung orang yang selama ini memerintah mereka, terkecuali Gize. Dia hanya menatap dari kejauhan sosok Raja yang terkenal bijaksana itu. meski dirinya terlihat tersenyum tapi kenyataannya dia memandanga Sang Raja tidak lebih sama dengan semua tamu yang biasanya mendatangi pantinya.

“Ternyata kau disitu?” Gize terlonjak kaget saat anak laki-laki bermabut merah itu berlari ke arahnya seraya melambaika tangannya. Tak lupa senyumnya yang tidak pernah luntur, bahkan saat napasnya terengah karena berlari. “Aku mencarimu dari tadi.”

“Kenapa kau ada disini?” tanpa sadar, Gize kecil sudahmengucapkan nada ketus yang selama ini tidak pernah dilakukannya.

“Bukankah kemarin aku sudah mengajakmu untuk bertemu hari ini?” Gize memang tau jika anak di depannya kemarin mengajaknya untuk bertemu. Namun dipikiran Gize, mereka akan bertemu pada malam hari seperti kemarin. “Dan sekarang aku disini untuk memenuhi permintaanmu.”

Sebelum mendengar protesan lebih lanjut dari Gize, anak laki-laki itu menarik tangan Gize ke arah kerumunan yang mengelilingi sang raja. Anak kecil itu menyeruak, membelah kerumunan hingga dapat berhadapan langsung dengan raja tersebut. Kehadiran keduanya disambut senyum ramah sang raja. “Ayah, aku sudah membawanya. Bisa kita kembali sekarang.”

Keterkejutan Gize tak dapat disembunyikan lagi dari wajahnya. Terutama saat sang raja mengusap rambut dari anak laki-laki yang masih memegang tangannya. Dirinya bahksa sangat syok saat sang raja melemparkan senyum pada sosok Gize yang masih terpaku di tempatnya. “Kau Gize, kan? Mulai sekarang kau akan tinggal di kerajaan dan menjadi pengawal Aspire.”

Gize kemudian mengalihkan pandangannya pada anak laki-laki di depannya yang sudah menampilkan cengiran yang menunjukkan deretan giginya, yang dulunya sangat dibencinya tapi sekarang sangat disukainya. “Ayo Gize! Ayo pulang ke kerajaan bersamaku.” Saat itulah untuk pertama kalinya Gize kecil menangis di depan semua orang. Suara tangisnya menggema dan mengejutkan semua orang penghuni panti. Tangis bahagianya karena bisa terbebas dari neraka. Tangis bahagianya karena rasa syukurnya bisa bertemu dengan anak laki-laki penyelamatnya yang bernama Aspire.

11 Komentar

  1. farahzamani5 menulis:

    Halaman tambahan??? Emmm tambahan dri cerita utama kah mksd kk? Atau semacam side story gtu ya hihi
    Yuks ahh bca dlu dah hihi

    1. Side story? entah yaa. Aku buat cuma buat refreshing soalnya habis ini udah masuk klimaks yang panjaaaaaang banget. DInikmatin aja deh, habis ini udah mulai nguras otak dan emosi, hihihi

    2. farahzamani5 menulis:

      Siapp kk
      Suka ada tambahan kyk gni, jdi kita lbh tau siapa yg ada di cerita ini
      Okehhh siap menanti yg menguras otak itu
      Semangat ka

  2. farahzamani5 menulis:

    Ahhhhhhhhh Gizeeeeeee, hidupmu sungguh berat nak ehhhhh
    Tau bahwa dia anak hasil ahhhh ga tega nyebut ny, itu dah pasti dah bikin hati dia hancur berkeping2, dah usaha keras bakal diadopsi ternyata ga ada yg mau adopsi
    Jdi ini alasan Gize ttp setia sma Aspire
    Aduhhhh aq bayangin, betapa seneng ny Gize, disaat udah ga ada harapan, ehhh tetiba dikasih rezeki yg boom bahkan langsung dri raja, wahhhhhh bahagia bngt dah itu, sknrg bsa tersenyum lgi kan yak hehe
    Ditunggu side story lainny
    Semangat trs yak

    1. Miris emang jadi anak macam Gize. Bahkan kayaknya di dunia nyata juga kayak gituu. Makanya aku jadiin cerita ini biar kita menyadari dan mensyukuri yang kita punya sih. Moga bermanfaat yaaa.

    2. farahzamani5 menulis:

      Iyaa mksh ka dah bikin tulisan ini dan ngingetin kita semua ttng ini
      Iyaa bikin kita jauh lbh bersyukur lgi ya ka
      Mkshhhhh

  3. Halaman utama? Hmm kayak side story gitu kah, kak? Okey deh. Capcus bacaaa

    1. Side story? Terserah kamu deh nyebutnya kayak apaa. Aku sih emang aku rencanain jadi halaman tambahan, buat hiburan gituuu. Moga suka dan jadi motivasi yaa.

  4. syj_maomao menulis:

    Ohhh jadi ini cerita tentang masa kecil Gize dan sang penyelamat si Aspire duhh aku terharu sendiri bacanyaaa :TERHARUBIRU

  5. seinnabilla menulis:

    Sedihnya baca ini. Aku terharu.. Ampe mau netesin air mata.

  6. Aulia Rahmi menulis:

    Jadi itu ya yang membuat Gize setia banget sama pangeran..