27. Doa
Seseorang tersenyum tipis melihat betapa ribut, ribet dan rempongnya para perempuan menenteng belanjaan mereka.
Kemudian senyuman itu langsung terangkat lebih tinggi saat mata Dwina menatapnya. Segera dia menghampiri sosok istrinya dengan langkah panjang.
Tari memutar bola mataya ke arah lain sambil berkata “Drama bakalan di mulai.”
“Apaan sih sirik aja lo” balas Dwina memasang mimik muka berpura-pura sebal kemudian menghampiri Arya yang sedari tadi menunggunya belanja di cafe dekat toko langganan Dwina.
Dengan sigap Arya meraih beberapa paper bag dari tangan Dwina setelah dia mencium kening Dwina membuat orang disekitanya pada jealous. Tak terkecuali Tari yang mulai ngebet nikah gara-gara Dwina tidak berhenti menceritakan betapa so sweet nya Arya.
“Pak Arya, Dwina kita pulang dulu ya….” Tari langsung mengaitkan lengan Sella menuju eskalator.
Arya menawarkan untuk makan siang di restoran dekat mall, dengan santai Dwina menolak. Menolak bukan karena lagi nggak mood makan atau dia sedang mengidam makanan lain. Tapi, dia mengatakan sedang diet. Pernyataan itu jelas membuat Arya syok.
Kehamilan Dwina sudah mencapai 6 bulan jalan 7 bulan dan pantas saja ukuran perutnya bisa terbilang masih lumayan kecil di mungkin gara-gara perempuan itu diet.
“Apa-apaan sih. Nggak lucu tau”
“Siapa yang mau ngelucu. Ini yang suruh ibu kamu untuk diet biar bayinya lahirnya nggak terlalu besar.”
Dwina melanjutkan penjelasannya ketika mereka berdua duduk di kursi cafe. Tubuh Dwina semenjak hamil mudah lelah. Kecuali shopping, tubuh dan matanya akan segar menatap barang-barang cantik.
“Pasti kamu pikir diet yang aku lakuin kayak artis-artis ya? diet aku itu cuman diatur pola makannya. Seperti banyakin makan sayuran, minum air putih hangat, kurangin yang manis dan berlemak. Tadi kamu ngajakin aku makan sembarangan di luar. Ya jelaslah aku nggak mau”
Dwina menyeruput lemon tea milik Arya dengan nikmat sambil berguman kalau minuman itu sangat enak sekali. Dan akhrinya Arya memesankan satu lagi khusus untuk istrinya.
Waktu di tanya Dwina keturunan orang apa oleh Arya, dia malah menjawab ‘Orang Jawa’.
Soalnya rhesus negatif yang biasanya di dapat dari keturunan berdarah campuran dari orang Eropa. Telah di tangani khusus. Dwina menjalani beberapa serangkaian tes apakah antigen D nya telah aktif melawan janinnya yang ber-rhesus positif. Hasilnya yang di dapat antiresusnya belum aktif. Jadi, nanti setelah delapan minggu dari sekarang akan di beri suntikan anti-D immunoglobulin (RhoGam) dan akan di beri lagi 72 jam setelah persalinanya.
Tapi dalam batin masing-masing mereka mengkhawatirkan bayinya yang bisa saja terlahir kuning karena pecahnya sel darah merah dan mendapatkan gangguan pada otak bayi dengan gejala kejang, bayi tidak menangis dan tidak mau minum. Bila bayi bisa diselamatkan maka bisa berdampak buruk pada tumbuh kembangnya saat dewasa nanti seperti gangguan pendengaran, kecacatan dan gangguan perkembangan lainnya. Sedihnya…
Sebelum pulang mereka mampir ke toko buku terlebih dulu untuk membeli bacaan mengenai bayi. Sebenarnya sudah banyak sekali hal terkait tentang bayi tersebar di internet. Sayangnya Dwina lebih menyukai buku dari pada layar bercahaya.
Arya sangat protektif pada Dwina untuk menghindari terjadinya keguguran. Bagi Dwina, dirinya senang-senang saja di beri perhatian lebih, berarti Arya sangat menyayangi anak yang tengah dia kandung. Padahal ada ribuan pikiran negatif dan hal sensitif yang menyinggung betapa Arya lebih mencintainya dari pada bayinya.
Arya takut Dwina meninggal. Kenyataanya, resiko kematian lebih ke arah bayinya bukan ke dirinya.
Jalan Jakarta yang mereka lalui ramai-lancar. Lagi dalam keadaan santai tanpa satupun yang berbicara di dalam mobil atau sekedar mendengar radio. Tiba-tiba sebuah motor menyalip ke depan mobil Audi Arya. Namun, parahnya motor tersebut malah tergilincir dan pengemudinya tergeletak jauh dari motornya.
Arya menginjak rem kuat membuat dirinya dan Dwina terhuyung kedepan hingga suara mobil mengeluarkan decitan yang keras.
Suasana menjadi ramai. Kaca mobil Arya di ketuk keras oleh warga sekitar agar dia cepat turun.
“Kamu nggak kenapa-napa kan wi?” tanya Arya khawatir lalu mendapatkan jawaban berupa anggukan kepala. Arya mengelus lembut pipi istrinya supaya lebih tenang. Kemudian dia keluar dari mobil.
Arya dituduh menabrak pengendara motor tersebut, untung saja ada beberapa saksi mata dari pengendara mobil lain yang tadi ikut merasakan tindakan sama dari pengendara motor ugalan.
Mobil ambulan datang beberapa menit kemudian. Pengendara motor itu mengalami luka serius hingga beberapa orang tidak berani memindahkannya takut mengalami cedera yang lebih parah.
“Maaf pak saya duluan. Istri saya lagi hamil di tinggal sendirian di dalam mobil”
“Iya pak” sahut beberapa bapak-bapak.
Arya tergesah membuka pintu penumpang untuk melihat keadaan Dwina lebih jelas. Yang di dapat adalah wajah pucat Dwina dengan darah mengalir dari selangkangan menuju kaki.
“Ya Allah. Dwi..” Dwina baru tersadar dia mengalami pendarahan setelah melihat wajah terkejut Arya.
Harus tenang!
Mereka menuju rumah sakit terdekat. Dwina masuk ke ruang UGD untuk di tangani lebih awal. Arya mengamati dokter memeriksa serius keadaan istrinya dan menjawab pertanyaan apa saja yang diajukan oleh dokter tak terkecuali mengenai rhesus negatif.
Katanya Dwina mengalami syok hingga terjadi pendarahan, dengan cepat dia langsung di beri suntikan Immunoglobulin anti-rhesus yang tidak akan di berikan sesuai jadwal sebelumnya. Dan menjalani pemeriksaan khusus. Jika yang di dapat kadar anti-rhesusnya tinggi dalam darah Dwina, terpaksa bayinya harus segera dikeluarkan dan menerima transflusi darah rhesus positif.
Dwina meraih tangan Arya yang sedang berfikir keras mencoba memahami keadaannya sekarang.
“Kata dokter kenapa? bayinya nggak kenapa-napa kan?” tanya Dwina pelan karena dirinya terasa begitu lemah.
Arya mendekat lalu mencium kening Dwina begitu lama.”khoiron Insya allah, semua akan baik-baik saja”
Selama beberapa hari Dwina di rawat inap. Satu per satu keluarga Arya dan Dwina berdatangan termaksud Tari dan Sella jadi kaget. Padahal beberapa jam yang lalu mereka belanja bareng.
Sakit sedikit saja manjanya minta ampun apalagi sekarang. Dwina meminta Arya untuk selalu dekat di sisinya. Kalau sedang waktu sholat yang bergilir menjaganys adalah orang tuanya sendiri. Karena keluarga Arya yang datang hanya Kak Bika dan suaminya, berhubung hanya mereka dan Arya tinggal di Jakarta.
Dan sekarang Kak Bika dan suaminya harus pulang karena Serin tidak bisa di tinggal lama oleh babysiter yang baru. Sedangkan Tari dan Sella pulang menjelah malam tiba.
Selepas sholat isya Arya kini mendapatkan hasil pemeriksaan khusus tadi, untuk janin yang dikandung Dwina mengenaik pengecekan pernapasan dan peredaran darah, cairan paru-paru, atau pembesaran hati, yang merupakan gejala-gejala penderitaan bayi akibat rendahnya sel darah merah.
Alhamdulillah, semua hasil baik-baik saja. Tidak perlu harus mengeluarkan bayi itu sekarang. Kemudian Arya segera memberitahu berita itu pada istrinya dan keluarganya.
“Semoga Allah selalu melindungi bayi kita” Arya selalu memanjatkan doa itu semenjak Dwina memberitahu tentang kehamilannya dan Allah mengabulkan doa itu.
bikin dag dig dug …
:CURIGAH
Dwina manja terus sih gak apa,,,
Arya seneng kok,,
itu calon dedek bayinya tenang” ya di dalam sana,,
Alhamdulillah bayinya ga kenapa2, berarti dwina ga boleh kagetan dan syok, arya dwinannya dijaga baik2 yach
Haduh HH, Untung aja ngk kenapa-kenapa
Alhamdulillah gak kenapa-kenapaaa
Untunngnya ga kenapa napa
Ditunggu kelanjutannyaaa