Vitamins Blog

DWINA part 1

Bookmark
ClosePlease login

No account yet? Register

Love it! (No Ratings Yet)

Loading…

1. Perkenalan Tak Terduga

Maaf tapi kau bukan tipeku”

Suara Drew menyiratkan bahwa pria itu tidak mempercayai perkataannya. “Kalau begitu siapa pria yang sesuai dengan tipemu? Richard?”

Gabriel berusaha untuk menyeringai. “Astaga, bukan. Aku hanya menggodanya hari itu untuk membuatnya terkejut. Dia adalah teman baikku. Kami sering sekali bergurau bersama”

“Kalau begitu pria Inggris yang sombong itu?”

“Siapa? Oh, maksudmu Wilbur? Tidak, menurutku dia agak membosankan, jika kau mau tahu. Lagi pula, meskipun kau merupakan orang Amerika, sepertinya kau terlalu akrab dengan pesta-pesta bangsawan Inggris untuk sesuai dengan seleraku. Aku menginginkan pria yang akan berkuda bersamaku disepanjang pantai, yang akan menyelam bersamaku ke dalam laut yang sebening kristal dan menjelajahi bukit karang, seorang pria yang sama tertariknya denganku dalam berburu harta karun. Aku menginginkan pria yang berenang bersamaku kedalam laut pada malam hari dengan diterangi cahaya rembulan dan bercinta denganku dihamparan pasir tepi pantai”

Dwina menikmati tulisan tersebut kemudian membalikan novel Seri Malory penulis Bestseller #1 New York Times, Johanna Lindsey di genggamannya saat ini ke halaman selanjutnya. Entah sudah berapa banyak novel ia raup selama dua puluh tahun hidupnya. Intinya novel baru miliknya sudah tidak sanggup lagi di paksa masuk kedalam perpustakan kecil miliknya.

Semua genre novel bisa di nikmati olehnya. Dia tidak begitu pemilih dan otaknya cukup fleksibel menerima apapun bukan hanya novel saja. Bahkan buku sejarah dan beberapa mata kuliah nya seperti Fisiologi Manusia ia nikmati juga. Tapi kadang kala orang menganggap dirinya Introvent padahal kenyataannya itu berbanding terbalik sekali dengan sifat aslinya. Mungkin saja, tumpukan buku disekelilingnya menyebabkan orang lain beranggapan dirinya seperti itu apalagi ia terlihat tidak aktif pada organisasi manapun dari SMP. Dwina tidak ingin mengambil pusing dengan pemikiran orang lain.

Dwina sangat menikmati alur hidupnya yang begitu-gitu saja. Berkuliah, mengerjakan tugas kuliah, membantu Ibunya bersih-bersih rumah atau tidak membantu Ibunya memasak. Sedikitpun ia tidak memiliki niat untuk pacaran seperti Kak Bayu. Dihitung-hitung sebulan ini kakaknya itu sudah putus sebanyak tiga kali. Memang dia playboy cap akut. Kena karma baru tau rasa mempermainkan perasaan perempuan. Nggak ingat apa dia memiliki Ibu dan adik perempuan? posisinya saat ini seperti kisah novel yang ia baca sekarang, yang di awali kisah Gabriel sebelum bertemu Drew Anderson. Mengalami sedikit gejolak hidup dan akan damai kembali. Layaknya laut sehabis diterjang badai.

Tapi Ibu tidak pernah mempermasalahkan tingkah buruk Kakaknya malah sebaliknya, Ibunya gencar, tidak berhenti menanyakan perihal pacar pada Dwina. Sepertinya dunia sudah terbalik… Dwina sadar Ibunya sangat takut anaknya kurang pergaulan dan gak laku. Huh..

Perempuan itu harus menghargai dan menjaga dirinya sendiri bila ingin dihargai dimata laki-laki. Lagi pula sudah hal lumrah jika semua laki-laki termaksud yang brengsek ujung-ujungnya ingin memiliki wanita baik-baik untuk diri dan anak-anak mereka. Benar kan? Memang laki-laki saja yang ingin mendapatkan pasangan baik-baik.

Ini bentuk pertahanan diri Dwina dengan bertekat tidak akan pernah jatuh cinta dan menikah dengan laki-laki brengsek walaupun laki-laki tersebut memiliki banyak kelebihan. Cukup yang sederhana tapi setia. Itu prinsip hidupnya. Sudah susah-susah menjaga diri dari dunia luar yang dipenuhi keburukan, masa ia harus mendapatkan pasangan yang tidak setimpal. Bukankah Tuhan Maha Adil. Wanita baik akan bersama Laki-laki baik. Begitu juga sebaliknya. Wanita buruk akan bersama Laki-laki buruk. Dwina percaya dengan keyakinannya walaupun dia bukan seorang yang taat ibadah.

Ditengah musim kemarau hujan turun secara tiba-tiba. Iklim dunia sudah mulai berantakan karena perusakan alam oleh tangan-tangan manusia. Decakan keras keluar dari mulut Dwina. Terpaksa ia beranjak dari gazebo menuju dalam rumah. Bibir Dwina mencebik sebal disebabkan beberapa tetesan hujan mengenai lembaran novel miliknya.

Mungkin ini terdengar berlebihan tapi Dwina merasa amat sangat kesal jika ada sedikit kotoran atau lipatan di setiap buku miliknya. Dipandangannya semua buku miliknya harus rapih dan bersih. Pernah ia tidak berhenti kesal seharian karena salah satu novel yang dipinjam oleh teman sekelasnya tidak sengaja terlipat hingga robek karena lupa pada peringatan Dwina.

Angin menerpa dingin kaki jenjang Dwina yang hanya terlapisi hotpents sejengkal diatas lutut. Sejujurnya ia sekalipun tidak pernah memakai celana super pendek itu keluar rumah dan dengan sengaja menjajahkan bagian tubuhnya pada kaum laki-laki. Bukan karena terbiasa tapi dirinya benci tubuhnya dinikmati begitu saja dengan gratis. Ia bukan wanita murahan. Ingat Itu! Rasanya ia ingin mencolok setiap mata laki-laki yang berani menatapnya rendah sama seperti sekarang, entah mulai dari kapan sosok laki-laki telah duduk bersama Kak Bayu sedang menatapnya dengan tatapan. Lapar….

Dwina memasang wajah jengkel dan berjalan sambil menghentakan kakinya keras menuju kamar tanpa memperdulikan Kak Bayu sedang memanggilnya. Di banting pintu kamarnya lalu dikunci dengan rapat. Wajahnya sudah merah padam karena marah bercampur malu. Gilanya ia merasa harga dirinya langsung turun drastis.

Kak Bayu mengetuk pintu kamar adiknya dengan sabar. Adiknya memang sering labil tapi untung saja masih di tahap wajar dan mudah ditangani, tidak seperti mantan-mantannya. Apalagi Bayu tipe orang yang memiliki tingkat kesabaran minim dan mudah terbawa suasana. Itu salah satu sebab ia sering putus.

“Dwina… buka pintunya dong” perlahan ketukan pintunya makin kencang.

“DWI..NA… CANTIK BUKA DONG….”

“DWINA MANIS BUKAIN PINT…”

“IH BERISIK” Bentak Dwina sambil membuka pintu kamarnya setelah ia mengganti celana pendeknya dengan jeans putih panjang hingga mata kaki.

“Ada apa?” tanya Dwina. Bayu memberi adiknya sebuah cengiran lebar. Semarah apapun adiknya, suaranya tetap terdengar lembut. Sampai-sampai hatinya terasa adem berada didekat adiknya.

“Hari ini kamu mulai liburan semesterkan?” tanya Bayu dengan nada santai

“Iya” jawab Dwina singkat

“Jalan ke Bandung yuk… sekarang siap-siap ya. Tiga hari dua malam kita disana”

Kadang kala Bayu merasa gregetan dengan tingkah adiknya yang lebih suka mendekam di dalam rumah. Nggak bosan apa melihat suasana rumah yang begitu-gitu saja, untung saja Dwina mengiyakan permintaannya untuk ikut pergi ke Bandung setelah meyakinkannya sedikit. Lagi pula orang tua mereka juga sedang pulang kampung sejak seminggu yang lalu. Adiknya pasti menganggap Bayu tidak tega meninggalkannya sendirian dirumah.

oOOOo

Diluar dugaan Dwina terjebak satu mobil dengan teman laki-laki Kak Bayu yang tadi memandang dirinya mesum. Sialnya Kak Bayu sudah jalan duluan dengan pacar barunya. Kalau begini dia nggak akan pernah mau ikut. Sebel…

“Kita belum kenalankan… Nama aku Arya Wijaya teman sekantor Bayu” tukas teman Kak Bayu sebelum mereka masuk ke dalam mobil menuju Bandung. Namun seketika nama itu membuat jantung Dwina berdetak keras.

Nama Arya yang paling Dwina ingat adalah mantan pacar Putri, sahabatnya dari SMA. Ketika mereka lagi jaman-jamannya awal tahun kuliah dulu, Putri berpacaran dengan Arya bahkan mereka berpacaran hampir dua tahun. Cukup lama sih, pasalnya Putri mudah bosenan hingga dia di cap seorang playgirl. Sekalipun Dwina tidak pernah melihat langsung maupun sekedar melihat dari foto pacar-pacar Putri. Rasanya malas banget, ngapain juga dia ngeliatin pacar orang.

Suatu hari Putri pernah bercerita umur dirinya dan mantannya yang bernama Arya terpaut lima tahun. Dan menjelaskan keluhannya tentang Arya yang bersikap terlalu dingin dan super cuek pada teman perempuan lainnya, apalagi sekalinya marah seremnya minta ampun dan sikap posesifnya terlalu berlebihan. Itu beberapa alasan dari sekian sebab mereka putus. Dwina mencoba menyingkirkan dugaannya yang belum tentu ada benarnya kalau Arya dihadapannya adalah benar mantan pacar sahabatnya dan memilih menerima uluran tangan dari Arya.

“Dwina Aryani” Balas Dwina kemudian segera ia menarik tangannya perlahan tanpa menatap wajah Arya. Salah satu alis mata Arya terangkat. Tidak ada yang tahu kecuali Tuhan dengan diri Dwina, mungkin ini terdengar sangat ambigu tapi diam-diam ia menjadi penggemar rahasia Arya. Dwina sangat kagum pada sosok laki-laki bernama Arya yang selalu diceritakan oleh Putri. Baginya Arya adalah laki-laki yang cukup baik dan perfect menurut pandangannya walau jeleknya dia sangat posesif dan terlalu bersikap dingin. Arya seolah bayangan asli dari kisah-kisah novel romantic. Tapi sedikitpun Dwina tidak pernah berharap untuk bertemu laki-laki tersebut.

17 Komentar

  1. Wow wow wow
    Langsung ada 2 cerita dan langsung bnyk diupdate ny, seneng bngt nih aq bnyk bcaan jdi ny hihi
    Oia kk, tulisanny diedit dikit, dibagian atas tulisan dikau ditambahin kata [ratings] spy nnt muncul lope lope bwt kita2 klik untuk mengapresiasi karya ny dikau
    –[ratings] harus ditulis manual, ga bsa dicopas, klo dicopas nnt ga muncul lope2ny
    -Pake kurung [ ] tanpa spasi
    -Pake huruf r
    -Pake huruf s dibelakangny
    Yuks dicba ka
    Mga berhasil
    Semangat yak
    Aq bca ny nnt mlm ya insya Allah

    1. makasih ya saran nya…:)

    2. Sma2 ka

  2. :inlovebabe

  3. :inlovebabe great…

  4. Dwina Arya
    Wahhhh akankah benih2 cinta muncul di antara mereka??? Hihi
    Cuzz ke part 2
    Semangat ka

  5. Ini Arya yang dikagumin DDwina bukan ya??

  6. Lanjuuuttt

  7. wah romans lagi nih….??

  8. Sempat bingung aku .. haha kirain nama tokohnya gabriela ternya dwina .. maapkeun salfok

  9. Fkus ke crita utama g tau da nvel yg ckup bgus tu d bca d wktu luang….

  10. Sama suka tipe2 cowok dingin dan misterius , kayak di novel

  11. Jangan jangan, ,
    beneran mantan’a putri lagi, ,
    Jadi penasaran, ,

  12. Cieee, Dwina sama Arya aja deh

  13. :PATAHHATI :PATAHHATI

  14. fitriartemisia menulis:

    aaaaaahhh, aku udah pernah baca ini di watty hahaha
    pantes kayak familiar hoho
    baca lagi disini gapapa yaaa

  15. Ditunggu kelanjutannyaa