5. Jalan
Dwina menggerutu menerima panggilan telpon dari sang Kakak yang ia tunggu-tunggu sejak kemarin sore “kok nggak dateng-dateng sih? Aku disini nggak enak sama keluarga Kak Arya. Aku itu orang asing di rumah ini”. Namun, mendengar jawaban Kak Bayu yang klop dengan hatinya membuat seulas senyum terbentuk di bibir Dwina.
“Nanti sore kamu Kakak jemput deh… tapi, puas-puasin dulu jalan disana. Oh iya katanya kamu mau main kerumah Angel temen SMA kamu?” memang Kak Bayu itu Kakak paling the best! paham dengan kondisi Dwina
Padahal hampir saja Dwina lupa dengan keinginannya memberi kejutan pada Angel-sahabatnya tentang kedatangannya ke Bandung. Angel, Putri dan Tias adalah teman SMAnya dulu. Tinggalah Putri yang bisa sering bertemu dengannya walaupun beda Universitas. Mungkin karena rumah Putri baru pindah beberapa bulan yang lalu di beberapa blok dari rumah Dwina.
“Iya nanti aku kesana” tidak lama mereka memutuskan sambungan. Senyuman belum kunjung luntur dari dibibir Dwina karena hatinya amat senang akhirnya bisa bertemu dengan Angel. Dihitung-hitung sudah tiga tahun mereka tidak bertemu walaupun masih aktif chatting bareng.
Segera Dwina bersiap-siap untuk pergi. Hatinya begitu bersemangat. Sekali lagi Dwina mengecek alamat rumah Angel yang dikirim oleh Tias melalui via Line. Tidak ada rasa takut untuk jalan sendirian di kota asing ini, lagi pula Dwina akan memesan Taxi yang di sarankan oleh Tias.
Sebelum berangkat Dwina menemui Arya yang sedang duduk-duduk santai di salah satu bangku halaman belakang bersama para keponakannya untuk pamit keluar. Takutnya laki-laki itu akan mencarinya. Sedangkan Arya langsung terkejut melihat Dwina sudah berpakaian rapih.
“Kak, aku mau pergi sebentar kerumah temen aku yang ada di Bandung” seru Dwina sedikit takut karena Arya menatap dia dengan tatapan penuh selidik.
“Aku anterin” Jawab Arya singkat
“Nggak usah kak. Aku pesan Taxi aja” tolak Dwina secara halus
Jangan biarin adik gue jalan sendirian. Dia buta jalan. Awas lo!! jangan sampai Dwina hilang!
Wejangan Bayu seolah terngiang ditelinga Arya.
“Aku anterin aja” Arya beranjak berdiri
“Nggak usah Kak. Nggak enak lagi main malah ditungguin. Takut kelamaan” jelas Dwina mencoba meyakinkan Arya. Dwina sebal merepotkan orang lain. Arya itu bukan siapa-siapanya. Kenalan saja baru hampir dua hari.
“Santai aja kali. Aku juga udah biasa nungguin Ibuku arisan dari siang sampai malem. Tunggu sebenatar disini. Aku mau siap-siap” secepat kilat Arya menuju kamar dan berganti pakaian. Kini Dwina hanya bisa pasrah diantar oleh Arya, padahal dirinya merasa tidak enak pada keluarga Arya yang belum melepas kangen dengan Arya. Seharusnya dia tadi langsung minggat saja dan hanya sekedar mengirim pesan singkat ke Arya. Tapi dirinya tak sampai hati melakukan hal tersebut. Pasti Arya bisa kalang kabut dirinya menghilang begitu saja.
Lima menit kemudian Arya kembali dengan pakaian rapih. Lalu Arya dan Dwina berpamitan pada kedua orang tua Arya sebelum mereka berdua berangkat. Arya menyarankan naik motor karena ternyata jarak rumah Angel itu cukup dekat dari kediaman orang tua Arya, waktu tempuhnya hanya lima belas menit dan Dwina setuju saja. Dipegang kedua pundak Arya dengan lembut ketika Dwina mencoba menaiki jok belakang, tak sengaja seulas senyum terbentuk dibibir Arya. Rasanya mau pergi kencan. Kekeh alam bawah sadar Arya yang kemudian di balas desisah oleh Arya, menolak kelas pemikiran itu.
“Kalau kamu mau minta dianterin bilang Kakak, jangan jalan sendirian” ucapan itu ditujukankan Arya bukan hanya untuk di Bandung tapi, kapan saja Dwina minta bantuan. Sayangnya Dwina berpikir sebaliknya.
“Pasti Kak Bayu ngehasut Kakak buat nganterin aku. Emang Kak Bayu itu berlebih, gara-gara aku pernah hilang sekali di mall. Kak Bayu bicara seperti apa ke Kakak”
“Dia bilang kamu buta jalan”
“Hah??? Kak Bayu mah lebaynya kebangetan” Dwina mencebikkan bibirnya jengkel. Buta jalan! Enak saja? memang dia nenek-nenek pikun.
Dwina menunjukkan kembali layar ponselnya yang bertuliskan alamat rumah Angel pada Arya karena laki-laki itu menanyakan kembali alamat rumahnya Angel. Nyatanya rumah Angel tidak terlalu jauh dari rumah Arya membuat Dwina bernapas lega, ia takut merepotkan Arya. Sedangkan Arya, napasnya seolah tertahan saat merasakan Dwina berjarak terlalu dekat pada bagian belakang tubuhnya. Perempuan itu beraromakan khas bayi. Begitu lembut hingga dapat menenangkan syarafnya.
Motor Arya kini akhirnya meluncur ke jalanan. Dwina menggenggam erat jaket milik Arya untuk dijadikan pegangan. Motor melaju dengan kecepatan sedang, sekalian untuk menikmati pemandangan pegunungan yang sangat indah nan menyejukan mata. Dwina sangat senang melihat keindahan kota Bandung walaupun udara dingin semakin menerpa tubuhnya padahal ia sudah menggunakan empat lapis pakaian.
Arya memang sengaja mengambil jalan lain supaya perjalanan semakin lama. Keindahan alam di kota Bandung sayang untuk dilewatkan. Indah betul ciptaan Tuhan termasud yang dibelakang Arya…. Ups
Sekarang otak Arya sudah menggila. Seolah ada sebuah Intuisi sesaat untuk bersikap protektif apapun yang berhubungan dengan Dwina. Apalagi semua dugaannya salah mengganggap Dwina kekanakan. Nyatanya Dwina jauh lebih dewasa yang ditutupi oleh wajah manisnya khas anak remaja.
oow, udah ada niatan protektif nih,,
nanti Dwina makin takut lho,,
Iya ya??
Moduus bgt si arya :blackcubit
Modus bgt??
Kayaknya bayu mau deketin arya sama dwina dech, wejangannya bayu banyak bgy yach hehheheh
Arya uda mulai ada tanda tanda neh hehheeh
Wejangan banyak banget, masuk telinga kanan keluar telinga kiri ntar kalo kebanyakan :LARIDEMIHIDUP
Wkwwkwkkwk
Arya modusnya milih jalan jauh wkwkwkwk
Ditunggu kelanjutannyaaa