6. Angel
Pintu rumah terbuka menampilkan wajah Angel terkejut sekali mendapati Dwina didepan rumahnya. Segera kedua sahabat itu saling berpelukan erat.
“Ya ampun kenapa nggak bilang-bilang dateng ke sini” tukas Angel sambil menghapus air matanya. Ia sunggung merindukan Dwina. Sampai detik ini dirinya masih belum percaya kalau dihadapannya adalah Dwina. Tangan mereka saling bercengkraman melepas rasa rindu.
“Namanya juga kejutan” ujar Dwina membentuk senyuman cantik. Ia bahagia sekali bisa bertemu Angel. Sahabatnya kini semakin cantik dengan rambut yang terjuntai panjang hingga sepinggang terkepang rapih. Angel kembali memeluk dirinya kembali.
“Gue kangen banget sama lo” ujar Angel yang masih belum menyadari kehadiran seorang laki-laki yang ada di dekat mereka. Selepas dua menit mencoba melepas rindu akhirnya dia sadar mendapati sosok laki-laki sedang memberinya sebuah anggukan pelan yang disertai seulas senyuman sebagai sapaan.
Angel tidak berkedip selama beberapa detik. Ia tidak pernah melihat produk lokal seindah ini secara langsung. Asli! dia ganteng banget dengan postur tubuh ideal, proposional, hidung mancung, iris mata coklat pekat, alis mata tebal, matanya sipit-sipit gimana gitu, rambutnya di cepak rapih juga modis. Intinya keren banget dia. Apalagi pas ngeliat senyumannya, aduh….. bikin Angel meleleh
“Ganteng buanget…” celetuk Angel ngos-ngosan membuat Dwina yang jadi merasa malu pada Arya.
Angel, Dwina dan Putri tipe perempuan yang suka ceplas-ceplos tapi pengecualian untuk Angel, kadang kala temannya itu nyeplos nggak pake otak, sekalinya ada cowok ganteng tampangnya seketika akan berubah mesum bikin ilfil orang.
“Siapa nich..? pacar lo? kok elo nggak bilang-bilang sih. Parah lo Dwina” tuduh Angel tanpa melepaskan pandangannya dari laki-laki ganteng dihadapannya bahkan pacarnya produk campuran kalah jauh darinya.
Dwina memberi cengiran memaksa pada Arya untuk menyatakan bahwa ucapan Angel tidak perlu di dengarkan lalu memperkenalkan mereka satu sama lain.
“Ini Kak Arya temen Kak Bayu dan dia bukan pacar aku” ujar Dwina dengan menekankan kata-kata terakhirnya sambil memelototi Angel.
“Santai aja kali Na, jadi pacar juga nggak papa ya kan Kak Arya” ledek Angel
Arya hanya terkekeh mendengar celetuk Angel. Dwina memang bukan kreterianya tapi tidak masalah jika Dwina menjadi pacarnya karena perempuan itu cukup penurut.
Angel menangkap sikap kikuk Arya saat ditimpali pertanyaan darinya, ia berasumsi Arya memang mengiyakan pertanyaannya “tuh Kak Arya aja mau” Angel makin memanasi keadaan dengan cepat Dwina mencubit lengan Angel untuk minta masuk kedalam rumah.
Namanya juga perempuan kalau sudah ngobrol seperti tidak ada ujungnya. Semua hal bisa dibahas sedangkan Arya memilih tidak memainkan games diponselnya untuk membunuh rasa bosan karena ia lebih menyukai mengamati Dwina.
Sesekali Arya menangkap gerakan Dwina sedang menggaruk ruam-ruam di telapak tangan. Diam-diam Arya mengirim pesan pada dokter langganan keluarganya untuk kerumahnya supaya setelah mereka dari sini, Dwina akan langsung diperiksa. Arya tidak tega melihat Dwina seperti ini. Beberapa menit kemudian muncul seorang tamu laki-laki yang menggeret koper menuju ruang tengah tempat mereka berbincang. Dia terlihat berumur beberapa tahun lebih muda dari Arya. Yang mengejutkan, Angel langsung menghambur mencium laki-laki tersebut sambil memeluk erat. Ada linangan air mata keluar dari pelupuk mata Angel.
Wajah Dwina berubah merah padam sambil mengalihkan pandangannya kearah lain. Angel memang tidak tau malu. Boleh saja sayang-sayangan tapikan, harus tau diri kalau ada dua pasang mata lainnya dirumah ini.
“Kenapa kamu pulang nggak bilang-bilang?” tanya Angel dengan nada sedih, dia sudah melepaskan ciuman ter-HOTnya untuk membasmi rasa rindunya. Hari ini seolah hari paling bahagia dalam hidupnya. Orang-orang yang dia sayangi datang mengujunginya padahal awalnya, ia berpikir hidupnya sangat mengenaskan diawal tahun baru tanpa seorangpun teman. Orang tuanya berada jauh di Kalimantan sedangkan dirinya adalah anak tunggal.
Galih tersenyum kikuk pada dua orang asing karena malu Angel sudah melumat bibirnya di depan mereka. Nyatanya ia senang-senang saja melakukan itu tapi, Angel kadang terlalu agresif bila sangat merindukannya. Dengan perlahan Galih melepaskan pelukan Angel yang erat di tubuhnya tanpa melepaskan genggamannya. Sikap posesif Galihpun belum luntur sama sekali saat menyadari ada sosok laki-laki asing dirumah pacarnya.
“Kayaknya kamu dateng kesini salah waktu deh. Kita kayak kambing conge ngeliat mereka” bisik Arya dan dibalas pukulan pelan dari Dwina.
“Aku nggak tau kalau jadinya begini” seru Dwina ikut berbisik. Kalau begini Dwina lebih baik tidak datang dari awal, karena ujung-ujungnya dia mupeng melihat adegan panas di hadapannya. Secepat mungkin Dwina menghilangkan pikiran kotornya yang telah terkontaminasi dengan novel erotis koleksinya. Apalagi bila penulisnya adalah Johanna Lindsey. Sudah bikin naik pitam, ditambah jalan ceritanya bikin kita bisa masuk kedalam dunia khayalan penuh kesan romantic.
Arya gemas melihat wajah Dwina memerah malu. Bagaimana kalau dia yang menciumanya? Akan semerah apakah Dwina?
Angel berat hati melepaskan pelukannya kemudian memperkenalkan Galih pada Dwina dan Arya tanpa tau malu telah melakukan tindakan senonoh dihadapan mereka.
“Kenalin ini Galih pacar aku dan ini Dwina sahabat SMA aku dan cowok ganteng disebelah sana temen dari kakaknya, eh temen kakaknya Dwina, ih ribet banget sih jelasinnya” Semua orang terkekeh mendengar ocehan Angel.
Satu persatu mereka saling berjabat tangan. Angel mengambil alih cerita pacarnya yang saat ini sedang menempuh jenjang S2 di Sidney jurusan Managemen selama dua tahun dan selama itu pun mereka tidak saling bertemu. Singkat cerita akhirnya Dwina memutuskan untuk pamit pulang disebabkan ia bisa melihat betapa Angel ingin melepas rindu dengan pacarnya dan alasan lainnya dikarenakan alergi dinginnya entah kenapa semakin menjadi-jadi, tubuh Dwina semakin gatal tidak tertahankan. Sebelum pergi, mereka berfoto bersama dipinggir kolam renang di bagian belakang rumah Angel. Perpisahan mereka berakhir dengan pelukan erat.
“Ih..cepet banget sih pulangnya” tukas Angel sebal, kan belum ada dua jam mereka saling bertemu.
“Bukan kamu yang nggak enak tapi, aku yang enggak enak ganggu kalian. Apalagi kalian itu nebar-nebar mesra di depan mukaku. Bikin ilfil” Dwina mencubit pelan tangan Angel, memang dalam keadaan ini Angel doang yang merasa sebal!
Angel membentuk sebuah cengiran tak bersalah kearah Dwina. Dari segi fisik Dwina semakin sexy walaupun tertutup rapat oleh pakaian tebal. Angel yakin banyak yang naksir pada temannya termaksud Arya. Ia sering kali menangkap Arya terang-terangan menatap Dwina dengan tatapan tak terbaca. Ganteng-ganteng laki-laki itu sedikit Psyco. Bisa-bisanya Dwina dekat dengan laki-laki seperti itu. Dan nampak ada hal yang mengganjal ketika Dwina bercerita kedatangannya ke Bandung karena permintaan Kak Bayu. Kadang Dwina itu kelewat polos. Nggak tau kalau dia lagi di tipu.
“Tau nggak dia itu mantannya Putri waktu awal tahun kuliah” bisik Dwina ditelinga Angel. Seketika Angel terpaku pada manik mata Dwina.
“Bener banget” ujar Angel selepas melirik Arya yang sedang berbincang dengan Galih. Iris coklat pekat Arya hal yang mendominasi dengan pembawaan asalnya. Kalau diingat-ingat Angel sebelumnya pernah bertemu laki-laki itu tapi, dimana ya? perasaan buruk mencekam Angel di detik kemudiannya. Ia jadi khawatir sahabatnya yang cantik nan naif ini di perkosa. Memang kelewatan sih pemikirannya ini. Namun, perempuan itu harus berpikir jauh untuk menjaga diri. Apa lebih baik dia yang mengantarkan Dwina balik ke Jakarta?
“Sih Putri mah bego ngelepasih cowok cakep begini” ulas Angel dengan maksud menenangkan pikiran buruknya.
Di ujung waktu dua sahabat itu berpisah dengan pecahnya tangisan Angel menutupi pertemuan mereka. Dari dulu Dwina paham sekali sifat Angel yang sering asal ceplos tapi disamping itu sisi lembut Angel membuat tenang orang-orang disekitarnya.
“Kalau elo mau berburu cowok telpon gue ya?” tukas Angel sembari membuka kaca helm Dwina. Dwina menghela napas karena Angel tidak berhenti menahannya pergi selalu saja ada hal-hal tak terduga.
“Oke-oke gampang itu. Aku tau kalau kamu aksesnya kenceng” cara antusias Dwina benar-benar lucu menghadapi Angel.
“Kalau sampai rumah telpon mamah Angel ya? jangan kebanyakan makan sama baca novel. Jaga diri, jaga kesehatan..”
“Iya mamah Angel. Aku pergi dulu ya udah ditungguin Kak Arya”
“Mah kamu sekarang begitu sama mamah. Mentang-mentang ada cogan lupa deh sama mamah” Dwina mencium punggung tangan Angel giliran Angel menepuk-nepuk pundak Dwina.
“Tenang aja mah sayang aku nomer satu tetep buat mamah Angel” Arya dan Galih tertawa melihat tingkah mereka seperti bermain syuting sinetron terlalu mendramatis.
gila, Angel agresif banget sih,,
Lumayan malming kerja terhibur baca “dwina” :MAWARR :KETAWAJAHADD
Tuh dua sahabat kocak bangettt hahahhahha
Dwina temannya unik2 yach hahhhaha
Temen nya Dwina menghibur banget, wkwkwk
Angel sama Dwina kocak bener ah wkwkwk
Kocak bgt dah??
Ditunggu kelanjutannyaa