BELAsungkawa|| [1] Simpelnya hidup menurut Bela
9 Desember 2017 in Vitamins Blog
___ini cerita yang ku janjikan, semoga suka___
[Bela ayu sandjaya]____
Dalam hidupnya, kepercayaan diri itu harus ia punya. Harus pintar ngomong di depan banyak orang, balas sapa orang yang menyapanya atau yang memberi senyum padanya. Nggak usah mikirin ocehan gak guna para fansnya-dalam artian yang sebaliknya. Yah… Kalo liat fans lagi nimbrung ngomongin, tinggal lambaikan tangan saja untuk membuat mereka histeris.
Hidup itu simpel, jangan terlalu banyak di pikirkan. Pikirkan solusi penyelesaian masalahnya, pikirkan peluang lain selain masalah yang kamu pikirkan.
Kalo hidup kamu banyak masalah dan terus kamu pikirkan dan memilih lari. Kapan kamu akan maju? Kamu bisa ketinggalan kereta masa depan nanti.
Dan Bela menikmati hidupnya yang di kata sahabat seleborannya
“Idup lo keknya datar amat dah. Gak ada asik-asiknya, di tembak cowok lu tolak pake alesan temenan aja lagi. Basi nyet!”
Jujur sebenarnya Bela nggak percaya sama yang namanya cinta dalam status pacaran. Bela takut di tinggalin kalo pacaran cinta monyet. Menurut Bela pacaran itu masih kaya orang yang berdiri di antara hidup dan mati. Mau melakukan ini terlihat salah, itu salah. Karena memang dari awal hubungan dengan status ‘pacaran’ itu salah menurutnya.
Jadi sekarang Bela hanya sedang berusaha untuk jatuh cinta, yang kata geng selebor rasanya tuh nano-nano.
Ada pribahasa ‘if you change your life, the world in your hand’
Nah Bela juga ingin coba-coba berhadiah. Mencoba untuk terus intropeksi diri, mengingatkan sesama dan menjadi perempuan baik hati dan tidak sombong.
Terserah kalian saja kalo nggak percaya, liat nanti Bela akan berusaha sekuat tenaga sampai titik darah pengahabisannya dalam mengisi lembar demi lembar hidupnya sambil mencari sosok tambatan hatinya.
Lebay banget, ya? Ah.. Persetan, toh yang menentukan pilihan hidup adalah dirinya. Yang akan menyesal akan pilihan juga diri sendiri. Untuk apa juga memikirkan omongan mereka yang iri.
Iri itu tanda tak mampu. HAHAHAHA
Kalo di bilang iri lirik ke kanan yang udah punya pacar. Ya pasti ada, bohong banget kalo nggak iri.
Sorry guys. Bela juga perempuan normal. Munafik banget kalo Bela bilang gak mau rasain pacaran dan rasain jatuh cinta terus di cintai dan mencintai pasangannya. Tapi, ya seperti Bela bilang tadi. Pacaran itu berasa kaya orang yang berdiri antara hidup dan mati.
Mudah jadian, mudah meninggalkan. Komitmennya masih terdengar main-main di telinga banyak orang, termasuk dirinya. Ya… Walau banyak juga yang serius pacaran sampai jenjang pernikahan.
Bela belum pernah mau ngebuka hati untuk mereka cowok-cowok kegatelan yang liat bening sedikit langsung serong kanan tanpa lihat lampu merah, dia udah gas pol gitu aja. Bela sulit banget buat nambatin hatinya untuk satu orang istimewa dalam hidupnya.
Bela termasuk dalam kriteria orang yang sulit jatuh cinta, Bela cuma suka mengagumi saja. Contohnya mengagumi oppa korea yang tampan, bisa dance, tinggi semampai, karismatik, putih mulus yang ngalahin dia sendiri sebagai perempuan.
Bela hanya sedang belajar untuk melatih sang hati. Melatih agar relung hatinya memilih dengan benar si istimewa, seorang yang bisa membuat jantungnya berdetak tidak karuan.
Jadi, Bela terus mengisi lembar demi lembar halaman kehidupannya dengan banyak warna. Walau kadang memang lebih banyak hitam ketimbng warna indah dalam hidupnya. Bela belajar untuk dewasa dengan caranya, karena adakalanya orang dewasa tidak mebgerti cara anak remaja seperti dirinya belajar untuk bersikap dewasa.
Belajar menjalani kejamnya dunia, berfikir kritis dan mensyukuri keberadaan mereka yang berhasil membantu bela mengisi lembarannya menjadi banyak warna dan mengikis warna hitam. Mereka sahabatnya, Ayahnya dan sang kakak.
Jadi apakah Bela bisa menjalani dan mencoba membuka hati?
Apa yang akan di lakukan sang takdir akan hidup Bela kedepan…
****
see you…
BALAS DENDAM [Lay] (5°); memulai segalanya
21 Agustus 2017 in Vitamins Blog
“Kamu itu bodoh atau tolol? Seharusnya bercermin lah lebih dulu !! Hanya selangkanganmu saja yang kalian pikirkan Jonah butuh uang untuk sekolahnya! Kamu mau mempermalukan kita di depan Lay?”
“Kamu pikir kamu siapa? Jonah bukan hanya anakku, dasar jalang. Kamu hanya bisa berdua, kemana saja kamu saat ini Jonah membutuhkan sosok seorang ibu? Hah? Gak usah sok mengguruiku sukacita”
“Dasar bedebah! Kamu pikir sosok ayah yang melindungi anak perempuannya selama ini selalu ada saat Jonah butuh? Sudah ku bilang untuk bercerminlah Tuan Min seok !!”
Gue hanya bisa diam dalam gelapnya, mendengarkan dan merenungi setiap kalimat serta umpatan kasar kedua orang tua gue.
Inilah hidup gue yang kembali ke rumah yang sebenarnya , dimana seharusnya dua malaikatlah yang menyambut gue dengan kasih sayang dan senyum hangat saat pulang ke rumah. Bukan suara teriakan, umpatan juga suara benda berbahan kaca yang pecah nyetting dari dalam gue.
Inilah gue, yang katanya si gadis bar bar yang gak tau kesedihan dalam hidup.
Inilah gue si gadis bar bar yang gak tau rasa sakit.
Inilah gue si gadis bar bar yang katanya gak tau rasa putus asa.
Ya !! Inilah gue !! Hidup gue Yang sampai saat ini masih gue nikmati setiap luka dan sayatannya.
Namun gue bersyukur masih bisa memiliki kedua orang tua gue dalam keadaan hidup walau tidak dengan keadaan rumah tangganya yang melebihi benang kusut.
Kalian pasti bertanya-tanya, kenapa gue berada di rumah orang tua gue. Karena Lay yang sedang pergi ke china memenuhi panggilan untuk datang.
Dan gue mau nulisin gue lagi, gue gak lama lagi.
Yah … Gue bersyukur rasa syukur ini masih ada dalam diri gue.
___ • ^ • ___
“Cepat kumpulkan handphone kalian . Lebih cepat kalian mengumpulkan ponsel, lebih banyak waktu kalian mengerjakan soal ujian” pak pak Kihyun selayak guru Pengawas.
Kini Jonah mulai merapal doa sambil memejamkan mulut, berdoa penuh khitmat. Lalu mengambil napas perlahan dan mengeluarkannya pelan.
Berdoa, semoga tes ulangan bulan ini bisa lebih baik dari sebelumnya.
“Ssssttt, Jonah … Joenah” bisik seseorang dari belakang punggungnya.
Namun Jonah abaikan, lanjut doanya sampai selesai.
“Joenah !!” Teriak suara itu mulai tak bersahabat.
Segera Jonah balikkan jasmani dan menatap jengah pada laki-laki yang sedang tersenyum bodoh, lalu tunjukkan lipatan kertas ke hadapan wajah.
“Ini” ucap laki-laki itu
“Tidak bisa bersabar ya kau? Atau matamu buta?” Jonah nengabaikan kertas yang di tunjukkan Baekhyun itu, dan mulai menatap dingin tanpa ekspresi.
“Ok, aku minta maaf. Ini”. Baekhyun kembali menyodorkan lipatan kertas itu pada Yunus.
Jonah mengambil lipatan kertas itu kasar segera bangun dan mengambil kertas ujian yang di imbas guru.
“Itu dari Taehyung, kata adikku Pertarungan ~ “
Jonah menegang, jemarinya yang sedang berputar pensil berhenti seketika, jantungnya tiba-tiba saja berdetak dengan kencang sampai bisa tak bisa bergerak sedikitpun.
Ia tau, semuanya tak bisa di lupakan dengan mudah.
Ia tau, sedari awal semuanya memanglah salah.
Dan diri kembali tertegun. Dengan pertanyaan yang kembali menyeruak, ia membuka lipatan kertas itu dan membaca tiap katanya dalam hati.
Aku membeci semua ini.
Aku ingin melupakanku, tapi aku tak bisa bisa lepasmu.
Semangat kakak, aku akan menunggu.
– KTH –
____ • ^ • ____
Wajah datarnya menatap wajah tampan dengan mata yang itu juga menatapnya datar. Mereka saling menatap dalam lingkaran yang kental, perang hebat terjadi antar berdua.
“Apa kau yakin?” Ucap pria dengan wajah lebih kalem dari pria dengan tatapan tajam itu.
“Ya … aku hanya memberi semangat Jo dengan suratku”
“Aku percaya ….” sembari berjalan pergi meninggalkan pria itu.
“Karena kau adalah keluargaku” lanjut pria dengan perawakan lebih dewasa itu, untuk pria dengan tatapan tajam yang masih berdiri di tempatnya tanpa beranjak.
Laki-laki itu tersenyum culas lalu mengusap tampil kasar, lalu membalikkan sambil tertawa.
“Aku bisa gila jika terus menunggu …”
.
.
” Baba , kau tau aku punya kekasih? Kenapa harus dengan perjodohan kolot lagi?”
“Diam !!” Ucap lantang pria paruh baya itu sambil menatap tajam kearah pria yang lebih muda di hadapannya itu.
Membuat pria muda di hadapannya terdiam sambil menahan napasnya yang memburuk akibat emosinya yang meluap.
“Tinggalkan dia, dia terlalu muda untukmu.” Ucap terakhir pria paruh baya itu sembari beranjak tinggal pemuda itu dalam diam. Meninggal aura emosional yang kental di antara kedua.
“Kenapa semua terjadi lagi?”. Monolognya sambil meremas kuat surai hitam pekatnya frustasi.
•
•
•
Aku balikk …. ? tunggu kelanjutannya ya.
BALAS DENDAM [Lay] (4 ) rencana
31 Juli 2017 in Vitamins Blog
Berdoa jangan lupa
Ini cerita
Buatan
Gue
Satu lagi
Jangan budayakan.
Plagiat.
•
Kini keduanya duduk menghadap Tv yang ada di depan mereka. Jonah duduk di pangkuan Lay dengan posisi sedikit rendah dari Lay, untuk memberi celah bagi Lay untuk menonton juga, sedang lay sendiri hanya memainkan rambut Jonah yang di kuncir kuda dalam diam.
Mereka fokus menonton anime kesukaan mereka berdua yang berjudul, bleach.
Jonah memakan cemilan yang dia pegang, memasukkan kedalam mulutnya secara berkala. Lalu mengangkat tangannya kearah Lay sambil menengadah, mengarahkan genggaman kecil berisi cemilan itu kearah mulut Lay dan di sambut oleh lay dalam diam.
Setelah kejadian di sekolah tadi siang, sepulangnya ke apartemen ini. Mereka bersikap layaknya tak terjadi apapun. Sikap yang sudah biasa mereka rasakan.
Tapi air muka Lay sangatlah kental akan rasa cemburu dan marah yang kentara. Wajahnya mengeras walau dia tersenyum kearah Jonah, terlihat terpaksanya.
Kring… Kring...
Ponsel Jonah berbunyi, Lay mengambil ponsel Jonah sedang sang empu sendiri asik menonton, mengabaikan ponselnya yang berdering beberapa kali.
Saat lay lihat ternyata pesan masuk,
Melihat Nontification yang muncul di layar ponsel Jonah, membuat Lay geram.
Jangan lupa kerja kelompokmu Jo,⊙▽⊙. Guru ganteng ini akan selalu menunggu tugas itu selesai.
Semangat cantik~
Begitulah isi pesannya.
Sejak kapan si playboy cap kudanil punya nomor pacar gue!!.
Lay menggerutu dalam hati.
Segera ia buka isi pesan itu dan membalasnya penuh kesal.
Y
Send–
Jonah menengadahkan kepalanya dan menatap wajah Lay yang mengeras saat mengetik lewat ponselnya.
“Kamu kenapa?” tanya Jonah memastikan.
“Operator” jawab lay singkat.
“Lah terus?? Ngapain di bales?”
Jonah mengerutkan dahinya.
“Siapa yang bales?” tanya kembali Lay dengan nada tak bersahabat.
“Ih… Kok nyebelin, kan kamu sendiri yang lagi ngetik lewat hpku, berarti lagi baleskan.?”
“Y aja Joenah!!”
Jonah mendelik tajam dan segera bangun dari duduknya berpindah posisi menghadap lay yang masih bersandar pada sofa.
“Kok kamu nyebelin… Sayangnya aku cinta” Jonah menarik hidung Lay gemas. Lay sendiri hanya diam masih menatap ponsel Jonah kesal dan kembali mengetik di sana.
“Apasih? Hpku ada apanya sampe kamu kesel gitu?” tanya Jonah ikutan kesal melihat diamnya lay.
“Operatornya kegenitan pake sms kamu lagi” Lay menjawab asal.
“Lah anying!! Yang gila siapa ya?” ucap Jonah terbengong setelah mendengar jawaban lay.
“Hushh…. Ngomongnya ya kamu!” segera lay menggotong tubuh Jonah di pundaknya dan membawanya ke arah kamar.
“Lay!!! Turunin!! Aku tuh berat tau… Kemarin berat badanku naik 4 kg gara-gara nurutin kamu makan 5 kali sehari” Jonah memukul pundak Lay geram.
Lay mengabaikan teriak dan rontaan Jonah dalam gendongannya, memasuki kamar dengan santai meninggalkan tv yang masih menyala dengan ponsel Jonah yang bergetar menyala karena ada panggilan masuk.
Kakak Jungkook.?
____•^•____
Gue merasakan kekangan seseorang pada tubuh gue, membuat gerak gue terbatas. Gue mulai merasa sulit untuk bernapas.
Lalu samar-sanar gue mendengar suara yang memanggil gue serta hembusan angin yang meniup telinga gue.
Segera gue buka kedua mata gue yang terpejam secara perlahan.
“Lama banget buka mata doang, harus di peluk erat dulu ya biar bangun pagi”
Dan ternyata pacar gila gue yang tampan inilah penyebab gue susah bergerak dan bernapas.
Gila!!
Ini gue di kekepin pake selimut tebal dengan dia yang berotot meluk gue dengan tenaga dalamnya.
“Aaaaaa…. Lepasin, aku gak bisa napas lay” gue memohon sambil meraup udara sebanyak-banyaknya.
Tapi lay hanya mengendorkan pelukannya tanpa melepas pelukan.
“Entar aja lah. Begini dulu, nanti aku kangen lagi. Di sekolah akunya cuma bisa liat kamu dari jauh” ucap dia sambil mengecupi seluruh permukaan wajah gue.
“Ihhh lebay, ini aku belum mandi. Muka masih absurt kamu ciumin. Nanti kena penyakit aja.” ucap gue mulai menggeliat dan mencoba menjauhkan wajah gue dari jangkauan bibirnya yang seksi.
“Bodo amat! Aku udah kena TBC gara-gara kamu.” kembali Lay menciumi permukaan wajah gue. “Tekanan Batin Cinta, maksudnya” perjelas Lay terusnya.
“Pagi-pagi udah gombal, mau bikin aku kejang gara-gara kamu ya” gue bergerak berutal dalam pelukannya yang kembali mengerat.
Akhirnya setelah pergulatan peluk memeluk Lay, diapun membebaskan gue dari kungkungan dia.
Gue segera membersihkan diri dalam kamar mandi saat gue keluar lay segera masuk ke dalam kamar mandi.
Hal itu gue manfaatkan untuk segera kabur. Karena lay cukup lama berada dalam kamar mandi, sepertinya dia udah mules banget karena nungguin gue mandi yang udah kaya bida di ari kayangan.
Setelah peralatan sekolah dan semuanya sudah beres gue melangkah kearah dapur dan meminum susu dan menggit roti selai buatan lay yang ada di meja pantry dan segera pergi kearah pintu, meninggalkan lay yang yang sedang ada panggilan alam di kamar mandi.
Gue gak mau berangkat bareng dia. Gue harus melancarkan rencana, Eunwo sudah menunggu gue di depan apartemen.
Lay maafin aku, aku harus ngelakuin ini buat kelangsungan hubungan kita.
***
•
•
•
•
•
Ini mungkin garing. ~>_<~ gue minta maaf. Yang menunggu gue update angkat kakinya…. Krikk.. Krik…
BALAS DENDAM [Lay] (3 ) Kenyataan dari hubungan
24 Juli 2017 in Vitamins Blog
“Jo, kamu gak mandi?? Ini udah jam enam lewat loh” ucap Lay sambil berdiri bersidekap memandang Jonah yang masih di atas ranjang.
Mendengar nada lembut Lay yang membangunkannya, membuat Jonah mendengus kasar dan bangun dengan kesal. Mengabaikan keberadaan Lay di ambang pintu.
Melihat dirinya di abaikan, Lay hanya tersenyum. Akan tingkah kekasihnya itu jika sudah merajuk, sangat lucu. Suka sekali mengumpat saat di bangunkan.
“Kalo udah, sarapan. Nanti aku anterin”
“Gak usah, aku berangkat bareng temen”
Lay segera berbalik dengan santai, namun mendengar nada bicara kekasihnya yang menolak di antar membuat ia mengurungkan niat untuk pergi.
“Teman kamu cewe apa cowo??” Lay bertanya dengan nada serius.
“Urusan sekolah, gak boleh ikut campur”. Jawab Jonah ketus.
Ia mengambil seragamnya di lemari dan pergi menuju kamar mandi.
Kebiasaan Jonah yang memakai baju di dalam kamar mandi, antisipasi. Karena dia tidur dan tinggal bareng sama lay.
Dan kalian pasti tau, kalo Lay itu cowo. Jadi kalian pasti paham, tidak harus Jonah jelaskan dengan detail.
Jonah udah tinggal bareng lay, kurang lebih setahun. Saat kenaikan kelasnya tahun lalu, ayahnya telah mengizinkan Jonah buat tinggal bareng Lay.
Toh, kedua orang tua Jonah itu gak terlalu peduli. Mereka udah percaya sama Lay yang bisa menjaga Jonah yang suka bersikap bar bar. Tinggallah masalah mereka yang masih bersama sedang di belakang masing-masing kedua orang tua Jonah saling berselingkuh.
Itu sebabnya, Jonah mengambil keputusan untuk tinggal dengan Lay, yang juga di setujui oleh Lay sendiri. Lay gak mau Jonah yang masih sekolah terbebani oleh masalah orang tuanya yang tak pernah selesai, Lay tau masalah keluarga Jonah yang seperti benang kusut. Dan juga Jonah malas mendengar pertengkaran orang tuanya, selalu beradu argumen tanpa adanya penyelesaian.
Mendengar jawaban Jonah yang tak bersahabat, membuat Lay kesal. Ia berjalan dengan cepat kearah Jonah yang sudah ada di depan pintu kamar mandi. Menariknya dan mendorongnya kearah dinding.
“Ini bukan di sekolah, sekali lagi ku tanya!! Temen kamu cewe apa cowo?” Lay mendorong tubuhnya untuk menghilangkan jarak antara keduanya.
Menatap tajam penuh intimidasi, dengan suara yang mulai tak bersahabat.
Sedang Jonah menampakkan wajah malas tak peduli.
Jonah kesal dan marah pada Lay, karena saat semalam ia menunggu untuk sebuah penjelasan. Yang Jonah dapat, Lay pulang seperti tak terjadi apa-apa.
Saat lay pulang melihat Jonah yang duduk dengan baju tidurnya di sofa ruang tengah, Lay tersenyum dan mengangkat tinggi-tinggi bingkisan makanan yang ia beli. Dan mendekat tanpa rasa bersalah. Seakan magangnya dia di sekolah Jonah tak pernah ada.
Namun saat di tanyai oleh Jonah, Lay hanya menjawab.
“Kamu tau maksudku”
Ya Jonah tau, maksud gak boleh mengikut campurkan hubungan asmara mereka dengan menuntut ilmu.
Tapi kasih tau kalo mau magang di sekolah gue!!
Rutuk Jonah saat itu.
Dan akhirnya Jonah lebih memilih megabaikan semuanya, ia memilih merajuk saja. Lay itu terlalu sulit untuk di mintai penjelasan walau dia baik dan ramah.
“Kamu tau maksudku!!” ucap Jonah mengikuti nada bicara Lay malam tadi.
Lay menatap nyalang kearah Jonah, Jonah mulai susah untuk di kontrol jika tidak mendapat penjelasan darinya.
Jujur, sebenarnya Lay memilih magang di sekolah Jonah untuk memantau kekasihnya, sebenarnya dia bisa memilih sekolah lain.
Karena Lay merasa magangnya dia adalah sebuah kesempatan untuk memantau keseharian Jonah di sekolah yang tidak bisa ia ikut campuri.
Sebab peraturan antara dirinya dan Jonah saat di sekolah yang tidak boleh membawa hubungan asmara, jadi mereka akan bersikap layaknya orang asing.
Ia takut Jonah berpaling. Pria mana yang tak takut wanitanya berpaling dari dia, melihat begitu indah wanita pujaannya. Ini mungkin sedikit berlebihan. Tapi itu yang di rasakan Lay.
Takut kehilangan.
Takut akan Jonah yang berpaling.
Takut jika Jonah mulai bosan akan dirinya.
Jonah masih anak remaja, wajar jika dia akan bosan dalam hubungan. Lay takut akan itu, bukan hanya Jonah yang takut di selingkuhi oleh Lay. Sebaliknya pun sama. Lay sama takutnya di selingkuhi Jonah, walau sikapnya dewasa dan percaya.
“Jonah!!”. Lay menaikkan nada suaranya satu oktaf.
Memandang penuh sesal kearah Jonah, yang memalingkan wajahnya.
“Aku mohon… Jawab pertanyaanku. Cuma itu yang aku minta”. Kini suaranya mulai melembut.
“Cowo” Jonah menjawab sambil mendorong tubuh Lay dari hadapannya, dan segera masuk kedalam kamar mandi lalu menguncinya dari dalam.
Melihat itu, Lay membulatkan kedua matanya marah.
Laki-laki katanya!!
Lay berang akan jawaban dari Jonah, menggedor pintu kamar mandi dengan keras sambil meneriaki Jonah.
“Kamu gak boleh pergi sama temen kamu itu!! Aku tetep bakal anter kamu!! Cukup aku cowo yang pergi bareng kamu!! ”
“Aku gak mau!!!” jawab Jonah dari dalam tak kalah teriak.
“Aku bakal dobrak pintu ini. Kalo kamu menolak, Joenah Kim” ancam Lay.
“Kamu gak mungkin lakuin itu!” balas Jonah.
“Aku bisa, ku hitung sampai lima. Kalau kamu gak menarik ucapanmu tadi. Aku bakal dobrak pintu ini Jonah!”. Kembali Lay melontarkan ancamannya.
“Satu”
“Dua”
“Tiga”
“Aku bareng kamu!! Puas!!?”
“Ya, aku puas. Cepat mandi dan jangan lupa pakai baju, kalau gak mau ku serang!! aku tunggu di dapur.” tersenyum memandang pintu kamar mandi.
“Dasar keras kepala!!”. Teriak Jonah yang di balas kekehan keras dari Lay yang sudah berlalu ke arah pintu.
___•^•___
Dan gue pun berakhir di dalam mobil dengan Lay. Ternyata gue tetaplah kalah jika berurusan dengan Lay.
Di dalam mobil gue menyalakan radio mobil dia dengan volume keras, dia tidak memarahi gue ataupun mematikan radio mobilnya. Yang gue lihat, dia hanya tersenyum melihat tingkah gue yang kesal.
Kejadian tadi pagi masih membuat gue kesal. Sehabis mandi dan berpakaian rapih, gue ke dapur dalam diam. Mengabaikan Lay yang memandangi gue sambil menahan tawa.
Rencana gue gagal.
Tapi untunglah Eunwo meninggalkan gue duluan mengetahui gue keluar bersama Lay pagi tadi.
Gue memandang handphone dalam genggaman gue dengan malas, membaca pesan Baekhyun yang menyebalkan. Serta satu pesan yang membuat wajah gue senang. Mood gue segera berubah dari kesal menjadi berbunga.
Eunwo tau maksud gue. Dia emang temen paling peka di banding Baekhyun dan Taehyung, dia nungguin gue depan gerbang sekolah.
Dia berani ambil resiko demi gue. Tipe temen rela mati bareng ini.
Gue tertawa sendiri dalam mobil, yang di sahuti oleh Lay dengan bingung.
“Kamu kenapa?? Gila ya?”. Ucap dia menghentikan mobilnya di depan gerbang sekolah, gue menatap dia dingin. Lalu menoleh kearah jendela mobil, melihat Eunwo yang sedang asik berdiri sendiri di pintu gerbang.
Gue tersenyum senang, dan segera membuka pintu mobil mengabaikan Lay di sebelah gue, dan naasnya di kunci otomatis oleh Lay.
Gue menoleh kearah dia yang menaikkan sebelah alisnya tersenyum jenaka.
“Buka” sungut gue kesal.
Dia menggeleng pelan, lalu mendekatkan dirinya kearah gue. Mengambil satu kecupan dan melumat bibir bawah gue pelan.
Gue hanya diam, walau gue marah gue gak bisa nolak dia. Dia melepas ciumannya dan menatap gue penuh sayang.
“Jangan marah lagi, kamu tau ini sekolah. Kita gak bisa saling kenal lagi, jangan nakal” Lay mengelus surai gue pelan.
Gue mengagguk menjawab perintah Lay untuk gue.
Segera setelahnya gue turun membuka pintu, dan berlari kearah Eunwo sambil berteriak.
“Ganteng!!!”. Teriak gue mengabaikan Lay yang mungkin melihat gue memeluk Eunwo.
“Kampret!! Suara gak punya rem, setan. Kaget gue” rutuk Eunwo sambil menarik tangan gue dari lehernya, dan gue semakin mengeratkan tangan gue memeluk Eunwo.
“Diem dulu pea!” bisik gue pelan.
“Mati gue abis ini” rutuknya.
___•^•___
“Jo, kantin yuk” Baekhyun menarik tangan gue paksa yang sedang menulis, membuat goresan memanjang di buku tulis gue.
Gue menatap Baekhyun geram.
“Sialan!! Kumat lagi lu jing, ngajak tinggal ajak. Jangan kacauin tulisan gue!” gue bentak Baekhyun yang menatap gue biasa.
Yang sebenernya memang salah gue, Bakehyun udah nungguin gue lama untuk ke kantin. Mungkin dia kesal gak di ladenin sama gue yang membuat dia menarik tangan gue paksa.
“Abis gue berasa ngomong ama orang budeg sih!!” sungutnya kesal.
“Alesan lu kampret!! Gak sabaran aja lunya” balas gue tak kalah kesal.
Baekhyun menarik rambut gue yang di kuncir kuda, gemas akan jawaban gue.
“Gak sabar gimana coba gue? Nungguin lo dari 20 menit lalu, gue di kacangin tanpa respon. Kalo bukan temen, gue tikam lu nyet”.
Saat gue ingin membalas ucapan Baekhyun, satu orang pembuat onar dalam hidup gue ikutan muncul di depan kelas gue sambil tersenyum khas. Si Byun Tae hyung, adik dari si sinting Baekyun yang sayangnya sama-sama tampan gak ketulungan.
Anak kelas gue segera berbisik dan membuat bising, gue kesal akan kelas yang mulai ramai karena dua orang tampan dalam kelas membuat gue segera berdiri dan menarik Baekhyun serta Taehyung untuk segera pergi menuju kantin.
Gue, Baekhyun dan Taehyung berjalan dalam diam menuju kantin. Kami berjalan layaknya artis. Semua menatap dan menyingkir saat kami bertiga melewati mereka.
Gue jadi berasa beneran artis gini. Gue berjalan di tengah, antara Baekhyun dan Taehyung. Sedang kini mereka berjalan sambil menampilkan wajah tanpa ekspresi yang tampannya minta ampun.
Semakin menambah kadar ketampanan mereka.
Serius, gue gak mau munafik. Walau mereka nyebelin gantengnya gak bisa di abaikan. Namun saat kita melewati perpustakaan Kakak magang yang bernama Jungkook keluar dari perpustakaan dan mendekat kearah gue sambil tersenyum dan gue balas dengan tatapan bingung.
Sedang Baekhyun dan Taehyung menyenggol siku gue bertanya-tanya.
“Eh… Joenah, ketemu lagi kita” Ucap Jungkook saat sudah berada di depan gue.
“Kakak masih inget nama saya?” tanya gue bersidekap dengan wajah tak bersahabag gue.
“Masih lah, Joenah. Woles aja kali itu muka! Gak usah pake tampang garang gitu, temen cowo lo ampe udah bersiap perang gitu.” Lalu tertawa garing yang tak di respon oleh kita bertiga.
Melihat kita bertiga diam, kak Jungkook menggaruk tengkuknya canggung dan kembali bersuara.
“Em… Kalian mau kekantin kan? Kebetulan gue sama yang lain juga mau kesana. Barengan aja, yuk. Sekalian biar kita bisa lebih deket” ajaknya sambil menunjuk kedalam perpus dimana para mahasiswa magang itu sedang berjalan keluar, termasuk pacar gue.
Melihat Lay yang berjalan keluar tanpa melihat gue, rasanya pengen banget jambak dia saat ini juga.
Awal masalah emang berawal dari gue. Membuat peraturan gak guna yang masih di lakuin kita berdua dari awal pacaran sampai sekarang.
Dimana saat di sekolah kita gak boleh nampakin layaknya orang kasmara dan pacaran saat menuntut ilmu.
Gue teringat, dimana awal pertama pacaran sama Lay yang masih belum tau prinsip gue soal pacaran. Saat hari pertama setelah gue nerima dia, gue memperlakukan Lay layaknya teman biasa, tidak seperti anak sekolah pacaran yang kasmara saat berada di sekolah.
Lay yang memperlakukan gue dengan istimewa saat itu merasa bingung akan sikap gue yang terasa asing. Akhirnya dia mengajak gue jalan setelah pulang sekolah, dan di situ gue mulai menjelaskan kalo gue gak suka berpacaran di dalam sekolah saat menuntut ilmu.
Kita harus melakoni ini selayaknya teman, tidak boleh ada perlakuan istimewa saat menuntut ilmu, dan akhirnya Lay menerimanya. Memulai membiasakan diri akan prinsip gue yang belum ia terima sepenuhnya.
Tapi melihat Lay masih saja bersikap lebih sama gue yang ketika gue tanya Lay hanya menjawab bahwa dia lupa.
Dan gue mulai mengabaikan dia saat di sekolah layaknya orang asing. Walau menyakiti hati Lay, akhirnya Lay kembali menerimanya.
Karena prinsip gue juga, kita hampir putus. Gue merasa Lay tak bisa melakoni dan menerima prinsip gue, dari pada gue terlihat seperti memaksa lebih baik gue lutus dengan Lay.
Namun lay menolak, dan dia berjanji akan melakoni prinsip gue hanya saat di sekolah. Tapi, saat di luar sekolah gue di larang menolak setiap sikap berlebih dia ke gue. Dan gue terima toh tidak merugikan gue. Pikir gue saat itu.
Jadi gue dan lay akan bermesraan layaknya remaja kasmara di luar sekolah, kami berdua akan saling mengumbar sayang dan rasa cinta dengan jujur.
Dan mungkin sekarang, lay ingin balas dendam sama gue. Jadi begini rasanya saat dulu lay gue perlakukan karena prinsip gila gue. Dimana lo gak tau dan belum tau apa yang terjadi, yang rasanya sakit.
Gimana lay yang magang di sekolah gue dan tak mengakui gue sebagai pacar walau tak secara langsung.
Itu benar-benar menyakitkan. Rasanya gue ingin menarik semua prinsip gue, tapi gue gak boleh menjilat ludah gue sendiri.
“Eh… Kamu murid cewe yang kemarin kan?”. Tanya mahasiswa bernama kyuhyun yang namanya masih gue ingat, saat sudah berada di hadapan kita bertiga.
Gue merasakan genggaman erat di kedua tangan gue, dan menoleh kearah Baekhyun dan Taehyung secara bergantian.
Gue ingin berucap bahwa gue gak bakal kecewa ataupun marah melihat tingkah Lay nanti. Karena ini memang salah gue membuat prinsip yang membawa perasaan gue dan Lay terombang ambing saat di sekolah.
“Nah… Ayuk ke kantin barengan aja tuh, oh iya. Gak usah pake bahasa formal. Panggil gue Jungkook aja, gue males denger aku kamu. Berasa lagi ngomong ama pacar tau gak?” ujar Jungkook melangkah terlebih dahulu, di ikuti oleh Lay dan kyuhyun.
Sedang sehun menatap gue diam. Gue tau, dia pasti bertanya-tanya akan sikap lay.
Karena sehun memang tau prinsip gue dan hubungan gue dengan lay.
“Iya, gue masih seperti dulu bang” ucap gue menjawab raut wajah tanyanya yang membuat ia terkejut dan mendekat kearah gue.
Namun dengan cepat Baekhyun dan Taehyung mendorong gue ke belakang dan menutupi gue dengan kedua tubuh mereka.
“Gak berubah lo kunyuk!!” tunjuk Sehun kearah Baekhyun dan Taehyung geram.
“Kenapa lo masih lakuin hal kek begini sih?? Gak guna tau!! Gak bakal bikin lo jadi pengangguran kok, dia bisa jadi penyemangat kalo lo mau. Lay gak mungkin berlebihan ambil atensi lo saat di sekolah, bego!!” ucap dia frustasi”tergantung lo aja, serius nuntut ilmu atau gak. Pacaran di sekolah gak bakal bikin lo di keluarin!” lanjutnya semakin frustasi.
“Iss si abang, mulai” gerutu gue menerobos tubuh Baekhyun dan Taehyung.
Gue segera membawa mereka bertiga ke arah kantin dan duduk di kursi kebanggaan gue dan Baekhyun, yaitu kursi depan soto bu Dahyun.
Kita berempat duduk sejajar di kursi panjang yang sama, mengosongkan kursi di hadapan kami.
Lalu tiba-tiba suara Jungkook yang sangat gue kenal dan khas terdengar mengomel. Kini sudah berdiri di hadapan gue di barengi Lay dan kak kyuhyun ikut duduk.
“Gue duduk disana ama bang lay juga bang Kyu, ternyata lu semua di mari!”
Namun saat Jungkook ingin duduk di hadapan gue, buru-buru Lay berpindah tempat dan mendudukinya dan mengabaikan omelan Jungkook yang mengumpati dia.
“Alah bang, gue mau deketin si Jo ini. Napa main ambil aja” sungut Jungkook kesal sambil berdecak menatap Lay kesal, mengabaikan rencanya dan wajah terkejut gua atas ucapan Jungkook.
Lay sendiri hanya memakan bakso yang dia bawa, gue menatap dia dingin.
Masih aja posessif.
“Nama dia Joenah, gak usah panggil singkat pake Jo. Lu gak kenal deket sama dia!!” jawab Lay dengan nada tanpa emosi.
Membuat semua orang yang memperhatikan gue dan lainnya menbulatkan matanya. Terkejut akan Lay yang menjawab tak terima akan panggilan Jungkook ke gue.
Jujur sebenernya kursi yang sekarang kita dudukin ini, sudah menjadi sorotan mata para murid. Menatap kagum dan iri kearah gue karena gue di kerubungi orang pintar dan tampan.
Dan kini Baekhyun mulai bersuara, membuat atensi semuanya teralih ke dia.
“Bang!! Tau nama Lengkap Jo. Lo emang kenal deket sama Jo sampe peringatin Jungkook begitu??”
Seketika dia berhenti memakan baksonya, seakan tersadar akan kecemburuan gak langsungnya.
Kena kan lo!!
Sungut gue senang.
BALAS DENDAM [Lay] (2°)
24 Juli 2017 in Vitamins Blog
prinsip gila!!! Gue tau ini gak bener. Tapi gue gak bisa menjilat ludah gue lagi!!
BALAS DENDAM [Lay] (1 )
20 Juli 2017 in Vitamins Blog
Hukum alam itu ada, dan sekarang gue merasakan itu.
Gak di anggep pacar saat di sekolah!!
Atau mungkin bukan hukum alam.
Tapi pacar guenya aja yang suka balas dendam dalam selimut!!.
-Joenah Kim-
***
Gue menatap malas Baekhyun dan Taehyung di hadapan gue.
Si sinting dan si gila, dua sekawan-lebih tepatnya kakak beradik yang nempel udah kaya di kasih perekat. Mereka berdua duduk di meja kantin di hadapan gue sambil merhatiin gue makan dan senyum-senyum gak jelas yang bikin gue bergidik.
Hilang sudah selera makan gue.
“Lo berdua!! pasti ada maunya kan?”
Gue jauhkan mangkok berisi soto bu Dahyun, memandang si kunyuk kakak beradik di hadapan gue dengan sinis.
Baekhyun mengangguk mengiyakan di ikuti oleh Taehyung dengan antusias.
“Gue punya berita”
“Gue gak butuh”
“Yakin??” Taehyung ikut nanya.
“Iye, berita yang lu kasih gak pernah bener. Selalu minta imbalan setelahnya, gue males. Udeh pergi sana lu manusia purba”. Usir gue kesal.
“Serius, ini tentang laki lo” ucap Baekhyun sambil berpindah tempat kesebelah gue.
“Laki gue?? Perasaan gue masih lajang dah”. Balas gue menatap malas kearah Baekhyun yang mulai semakin mendekatkan dirinya kearah gue, lalu menarik pundak gue untuk dia peluk.
“Iss, lu tuh kalo di kibulin susah amat dah!!”. Ucapnya kesal sambil menarik hidung gue.
“Iya, si teteh ih. Ini seriusan, abang gue gak bohong. Gue juga ikut liat dengan mata kepala sendiri.”
“Tuh, adik gue yang biasa gak percaya sama gue aja, sekarang percaya”
“Bentar-bentar. Gue gak ngerti sama apa yang lo berdua omongin” ucap gue sambil melepas pelukan Baekhyung dengan paksa.
“Aihh… Aih… Si gelis mah minta di tampol”
“To the point aja dah” ucap gue final.
Baekhyun menatap jengkel kearah gue.
“Pacar lu, elah!! Gak paham-paham dah, ni bocah.”
“Lay, maksud lo??”
“Iyalah Joenah!!! Siapa lagi? Yang mau pacaran ama lo kan, cuma dia”
“Si kampret, kadang minta di sodomi ya lu”
“Gue mah enak aja di sodomi sama lu, tapinya yang rugi situ” jawab Taehyung ikut-ikutan.
Gue jitak kepala si Taehyung yang mulai ngelantur dan gak sopan, manggil gue tanpa embel-embel kakak di depannya. Tapi emang salah guenya juga sih, asal ngomong kalo udah kesel.
“Lu sangka gue temen lu apa!!”
Taehyung mengaduh dan gelak tawa Baekhyun segera meledak hebat setelahnya.
“Teh? Teteh eta serius gak mau tau beritanya?”. Tanya Taehyung yang mulai mengikuti logat kakak brengseknya.
“Lu apaan sih, jijik gue dengernya Tae”
“Lu mau tau gak?” kini Baekhyun kembali bertanya.
“Apaan??” tanya gue mulai sewot.
“Tapi ada imbalannya”. Ucap Baekhyun sambil bersidekap depan gue dan menaikkan sebelah alisnya.
“Pan gue bilang juga apa.”
“Mau gak nih?”
“Iya dah iya, emang ada apa sama pacar gue?”
Gue iyakan saja, karena kalo gue tolak si Baekhyun gak akan berhenti ampe gue mau dan dapat imbalannya.
“Bener?? Beneran nih??”
“Iyaa… Elah dah, ni bocah!! Pergi juga nih gue” ucap gue sambil beranjak kesal, namun gue segera di tarik oleh Baekhyun dan Taehyung bersamaan.
“Duduk” ucap mereka serempak.
Gue pun kembali duduk dengan rasa jengkel yang sudah di ambang kebenaran, kebenaran kalo gue emang beneran kesel dan jengkel.
“Pacar lu kuliah, bener?” tanya Baekhyun menatap gue. Dan gue jawab dengan anggukan malas.
“Lo yakin?? Lo gak ada pikiran gitu pacar lu bakal magang?” tanya Taehyung yang ikut-ikutan.
Kembali gue pukul kepalanya pake sendok yang ada di mangkuk bekas gue.
“Gue bilang juga, emang gue temen lo ya?” Tanya gue mulai sinis.
“SAKIT!!! buset dah, si kakak. Maaf deh”
“Udah, lo. Byun Tae!! Diem. Ini biar abang yang urus” Baekhyun menunjuk Taehyung agar duduk diam di tempatnya.
Dengan Taehyung yang hanya mengangguk mengiyakan.
Buset dah bocah mesum kaya dia, kalo di omongin kakaknya langsung diem adem ayem. Maaf gue bukan ngatain si Taehyung mesum, abis nama awal dia aja udah mesun kok.
BYUN TAE hyung.
Jadi jangan salahin gue ya.
“Jadi gini, tadi gue sama Taehyung lagi minta konfensasi buat ujian kelulusan kita di permudah dengan adanya guru bimbingan buat belajar tambahan di sekolah. Lo tau sendirikan, gimana ujian sekolah kita saat kelulusan?”. Tanya Baekhyun yang kembali gue jawan dengan anggukan malas.
“dan ternyata, pak kepala sekolah udah nyiapin itu. Dan lu tau, pak kepsek mengambil anak kuliahan yang mau magang selama enam bulan buat ngajarin kita.” lanjutnya memperjelas.
“Ya terus? Apa hubungannya sama lay??” tanya gue menyebut nama lay.
Bukannya gue gak sopan manggil lay yang lebih tua dari gue tanpa embel-embel kakak. Gue udah pernah manggil dia kakak sebelum nama dia, tapi dia nyuruh gue manggil dengan namanya aja.
Otomatis gue gak mau lah, gak sopan banget gitu. Tapi dia maksa, dan kalo ketahuan gue manggil dia kakak, dia bakal nyium gue abis-abisan atau ngediemin gue tanpa batas. Dan gue selalu lemah ketika dia diemin gue.
Gue lebih muda dua tahun dari Lay.
“Gila!!! Ini bocah gak paham juga. Kok gue yang jadi kesel”. Baekhyun berdiri dari duduknya berkacak pinggang, memandang gue jengkel dan gue balas dengan tatapan yang gak kalah jengkelnya.
“Gue bilang juga, to the point. Lo nya aja yang bego” ujar gue sambil menusuk perutnya dengan telunjuk gue.
“Paca-”
Tiba-tiba suara bel masuk berbunyi, segera gue beranjak tanpa mendengar kelanjutan dari omongan si Baekhyun yang gak bisa langsung ke intinya.
Gue berjalan malas menuju kelas dan gue bisa mendengar Baekhyun mengumpat lalu meneriaki nama gue, namun gue abaikan.
“Jonah!!! Joenah Kim, lu bego apa tolol?!”
Gue gak keduanya baek.
Balas gue dalam hati.
___•^•___
Gue memandang malas ke arah jendela yang mengarah keluar lapangan, saat ini gue sedang duduk dalam kelas dengan guru yang tak masuk di pelajaran terakhir.
Jujur gue paling males kalo guru gak masuk kelas, karena gue yakin kelas gue bakal jadi berisik udah berasa kaya di tengah-tengah konser.
Ini yang gak gue suka, keramaian. Telinga gue selalu berdengung gak enak kalo berada di tempat ramai. Itu sebabnya lay kalo ngajak jalan gak pernah ke tempat yang ramai, mentok-mentok palingan nonton berdua di apartemen.
Tapi akhirnya gue bisa beradaptasi dengan keramaian sejak kenal lay, dia ngasih terapi ke gue dengan cara mengajak gue ke tempat ramai untuk pembelajaran pertama dengan dia di akhir pekan.
Dan itu membuahkan hasil. Tapinya lagi, tetep aja gue males sama yang namanya ramai. walau sekarang dengungan di telinga gue gak sering kaya dulu.
Tiba-tiba suara kelas senyap, ketika ada guru dan beberapa orang lainnya yang mengikuti masuk di belakangnya masuk ke dalam kelas gue.
“Maaf anak-anak. Perhatian semuanya, perkenalkan. Mereka ini akan menjadi guru magang disini, mereka membimbing kalian selama pembelajaran enam bulan kedepan. Dan mereka ini adalah mahasiswa” ucap guru gue yang tak lain adalah pak sungjae yang senyumnya hangatkan tubuh jika di perhatikan dengan seksama.
Lalu selesai pak Sungjae bicara kelas segera kembali tak terkontrol, di karenakan guru magang mereka berwajah tampan. Mereka berdecak kagum dan mulai bergerak gelisah di kursi mereka.
Sedang mata gue cukup sakit untuk melihat kearah depan. Di antara para mahasiswa magang itu, gue melihat pacar gue. Zhang yixing. Gue menatap senang kearahnya, dalam hati gue bersorak bahagia.
Tapi senangnya gue hilang dan tergantikan oleh rasa kecewa, gue menelan saliva gue yang entah kenapa terasa pahit, saat gue melihat dia hanya menatap biasa kearah gue. dan murid lainnya yang ada di kelas. Gue merasa asing akan lay yang ada di depan sana.
Tatapannya tak menyiratkan rasa sayang, hanya ada keramahan disana.
Lay itu orangnya baik dan ramah, dulu, saat dia menyatakan cinta sama gue. Gue kira dia hanya main-main karena sikap dia yang suka memberi harapan dan ucapan sayang serta cinta secara cuma-cuma ke setiap orang. Membuat gue merasa ragu, namun akhirnya ia bisa membuat gue percaya, terbukti dari hubungan gue dengan dia yang sudah hampir tiga tahun.
“Baiklah, silakan kalian perkenalkan diri kalian.” perintah pak sungjae sambil tersenyum kearah para mahasiswa magang.
“Perkenalkan, nama saya Cho Kyuhyun. Dari jurusan matematika, harap bantuannya.” ucapnya lalu membungkuk. Pipi kak Kyu itu sedikit berisi, tapi gak chabi.
“Perkenalkan, nama saya Jeon Jungkook. Dari jurusan Seni, mohon bantuannya” saat pria itu tersenyum dan membungkuk, anak cewe kelas gue mulai berbisik dan tertawa malu sambil menutup mukutnya dengan tangan.
Gue perhatiin, mahasiswa bernama Jungkook itu cukup terlihat lebih muda dari yang lain. Juga giginya yang besar akan terlihat saat ia tersenyum dan berbicara.
“Perkenalkan, nama saya Oh sehun. Dari jurusan yang sama, seperti Jungkook” Kelas kembali lebih ramai, saat mahasiswa bernama Sehun itu selesai memperkenalkan diri.
Gila!!! Dia ganteng gak ketulungan. Serius lebih tampan dari pacar gue. Gue memperhatikan penampilannya tanpa sadar, dan meneliti pahatan wajahnya yang luar biasa berwibawa dan terlihat angkuh.
Saat itu juga, gue merasakan tatapan tajam yang mengarah ke gue. Gue menatap lay yang mulai memperkenalkan diri.
“Perkenalkan, nama saya lay. Saya dari jurusan kimia, mohon bantuannya adik-adik” ucap lay sambil melambai dan membungkuk hormat.
See, dia itu terlalu ramah. Dengan mudahnya memperlihatkan senyum manis memabukkan lesung pipinya yang menyakiti mata.
“Baiklah, ada yang mau bertanya? Jika ada, silakan angkat kaki kalian.” ucap pak seungjae bercanda, namun tak di tanggapi oleh anak kelas gue. Karena mereka sibuk saling membisik dan meilirik centil kearah mahasiswa di depan, termasuk pacar gue.
Iya, pacar gue. Siapa yang kenal dia??
Lay itu alumni sekolah gue yang dulu populer, pintar basket, pintar dance dan juga pinter kimia. Tapi ini yang merasa ada yang salah dari diri Lay cuma gue.
Tak mendapat respon, pak sungjae segera berdehem dan memukul meja untuk mendapatkan perhatian.
“Baiklah jika tak ada yang ingin di tanyakan, kalian akan mulai les privat setelah pulang sekolah di jam 5 sore” ucap pak sungjae mengakhiri.
Namun saat pak sungjae dan para mahasiswa itu akan berbalik, salah satu temen kelas gue mengangkat tanganyya tinggi-tinggi dan berteriak sangat keras.
“Pak!! Saya ingin bertanya. Kak lay mahasiswa jurusan kimia, apa kakak sudah punya pacar?” tanya salah satu temen kelas gue. Dan ketika gue lihat ternyata Baekhyunlah yang bertanya.
Gue mendelik kaget mendengar pertanyaannya.
Lalu sesuatu yang lebih mengejutkan dari suara petasan yang meledak di udara, yang bikin fungsi jantung gue berhenti beberapa saat. Mendengar jawaban dari pacar gue, dan gelengannya. Benar-benar bikin gue tak berkutik.
“Maaf, saya belum memiliki pacar. dek”
What the hell!!?
___•^•___
Smoga suka, dan mohon maaf atas typo dan segala kesalahan dalam menulis saya yang masih amatir.
CALL ME
Ana_