Penyakit Kronis

29 Januari 2017 in Vitamins Blog

32 votes, average: 1.00 out of 1 (32 votes, average: 1.00 out of 1)
You need to be a registered member to rate this post.
Loading...

“Orang yang banyak bicaranya, banyak bohongnya”

menutupi keburukan dengan kata-kata manis yang membuat setiap pasang telinga yang mendengarnya seolah terpesona dan langsung menganggukkan kepala tanpa memikirkan terdahulu apa hal yang sebenarnya diperbincangkan.
Dia terus saja berbicara ngalor ngidul, meyakinkan korbannya agar terjerat tak berdaya. sementara kita disini ikut tersenyum dan matapun tak mau ketinggalan ikut menertawakan. HA HA HA . Kalian tahu, terkadang kita berada dalam satu tempat dengannya, jadi ketika dia mulai beraksi terhadap mangsa barunya, yang kita lakukan adalah saling menatap mata seolah mengobrol melalui mata. Ya, itulah cara yang aman. Kita tidak ingin menyinggung perasaannya. Karena walaubagaimanapun dia stermasuk dalam list yang namanya ‘teman’.

‘Lihatlah! Dia mulai beraksi kembali’ , teriak salah satu dari kita melalui tatapan matanya.
Ya, kita sudah mengetahui betapa belangnya dia. Putih diluar, hitam didalam.
Kita merupakan perkumpulan atau bisa dikatakan aliansi korbannya yang sudah lebih dahulu masuk perangkap.
Sudah banyak sekali yang menjadi korbannya. kita tidak tahu apa motif yang sebenarnya ?
Korban pertama adalah seorang mahasiswi pindahan atau konversi yang masuk ke jurusan yang sama seperti kita- sebut saja namanya Izzah.
Menurut penuturannya, pertama-tama dia menajaknya berkenalan, kemudian mengobrol, yaa seperti biasanya yang dilakukan tuan rumah terhadap anggota keluarga baru. Semakin hari semakin dekat hubungan pertemanan keduanya sehingga membuat si Izzah memperayainya sebagai teman yang baik.
Singkat kata, dia mulai melancarkan aksinya dengan cara tehnik kata-kata yang seolah telah menyihir si Izzah untuk menurut padanya.
Jadilah si Izzah kehilangan handphone dan beberapa lembar kertas yang masing-masing lembar bernilai 100.000. Si izzah tak menyebutkan berapa total pastinya. Dia hanya bilang ‘cukuplah buat biaya hidup ana sebulan dan spp satu semester’.
Weww.. Kita hanya bisa membelalakan mata dan membuka mulut agak lama sampai kita selesai berhitung, barulah kita tutup mulut dalam artian sebenarnya.

Sekali lagi, kita masih bertanya-tanya, kenapa dia melakukan itu. Padahal, sepengetahuan kita, dia tergolong orang yang mampu secara ekonomi. Dia membuka toko di beberapa mall dikota ini. Ibunya menjual pakaian dan perlengkapan lainnya disana.
Sebagai teman, kita selalu berusaha mengingatkannya dan menasehatinya secara tersirat. Entah apa yang ada dipikirannya itu.

Setelah si Izzah tak berdaya, mangsa berikutnya yang berhasil terjerat adalah kawan-kawan mahasiswa/i dari negeri Melayu dan Negeri Gajah Putih. Ya, mereka juga mahasiswa konversi yang masuk dalam jurusan kita.
Kita tak habis pikir, seharusnya dia berpikir tetlebih dahulu sebelum melakukannya kepada warga negara lain. Bisa saja mereka menyimpulkan bahwa orang-orang kita itu semuanya sama seperti dia. Oh tidak!.
Kita baru mengetahuinya ketika beberapa dari mereka mencurahkan isi hatinya kepada kita dan menjelaskan semuanya. Kita tentu saja merasa malu mendengarnya. Apa mau dikata, kita hanya dapat mensuport mereka dan memberi penjelasan kepada mereka tentang keadaannya.

Ternyata, bukan hanya kawan-kawan dari negeri seberang saja yang menjadi incarannya. Rekan-rekan dalam organisasi yang termasuk kita didalamnya pun menjadi korban. Ya, didalam kelas, kita semua menjadi anggota dan pengurus dalam organisasi, organisasi yang berbeda tentunya. Hanya dia saja dan kawan kawan negeri seberang yang tidak mengikuti kegiatan lain dikampus selain kuliah pulang kuliah pulang (kupu-kupu).

Selain itu, senior kita juga jadi korban. Yang mengadu kepada kita baru 2 orang. Setelah lulus, kakak kakak senior yang jadi korbannya ini mengajukan aduan kepada salah satu dari kita melalui chat di media sosial. Kakak senior A (laki-laki) hanya mengadu dan menagih secara tersirat. ‘Titip salam ya dek buat si …. Semoga hidupnya selalu bahagia’ .
?????

Satu lagi si B, kakak senior ini berbeda dari kakak A. Mungkin karena dia perempuan kali ya jadinya menagih secara gamblang. ‘Dek, tolong bilangin dong ke dia, teteh lagi butuh duit, tolong kembaliin’.

Entah berapa orang lagi yang belum kita ketahui telah menjadi korbannya.
Entah penyakit apa yang dia derita itu. Salah satu dosen yang pada sesi perkuliahan delik pidana, menyampaikan bahwa orang yang mempunyai kebiasaan mencuri, padahal dia sendiri tidak membutuhkan apa yang dicurinya itu disebut penyakit kleptomania.

Tapi dalam kasus ini, dia bukan seorang kleptomania, bukan juga peminta-minta. Karena akad yang dia lakukan adalah pinjam meminjam. Yang mana berlaku hukum diantara keduanya, yakni si pemberi pinjaman berkawajiban menagih harta yang dipinjamkan, dan si penerima pinjaman harus mengembalikan apa yang dipinjam dengan tidak harus menunggu terlebih dahulu si pemberi pinjaman datang menagih. Seharusnya seperti itu. Mempunyai kesadaran untuk mengembalikan, bukannya berpura-pura tidak mengenal si pemberi pinjaman.

Kita memberi istilah `penyakit kronis` terhadap kelakuannya.
Setiap orang yang baru dikenalnya, selalu dia jadikan korban.

Jadi, jika kalian membaca tulisan ini, dapatkah kalian mendefinisikan penyakit macam apakah yang si dia alami? Bagaimana cara untuk menyembuhkannya? Serta tindakan yang harus kita lakukan untuk menghentikannya melakukan hal tersebut ?

Kita percaya bahwa ‘Tuhan tidak akan merubah suatu kaum kecuali kaum itu mau merubahnya’

a Gift for a Murderer

28 Januari 2017 in Vitamins Blog

32 votes, average: 1.00 out of 1 (32 votes, average: 1.00 out of 1)
You need to be a registered member to rate this post.
Loading...

**
……..
Seorang Laki-laki yang mempunyai banyak dosa karena sudah menghabisi sebanyak sembilan puluh sembilan orang manusia.

Suatu ketika, dia bertanya kepada seseorang perihal perbuatan kejinya tersebut : “siapakah diantara penduduk bumi ini yang paling pandai?” .
Kemudian orang yg ditanyai tersebut menunjukkan kepadanya bahwa dia harus menemui Pandita.

Maka pergilah ia menemui Pandita. Ia kemudian bertanya : “aku telah membunuh manusia sebanyak sembilan puluh sembilan orang, apakah aku masih bisa bertaubat?”.

Pandita pun menjawab dengan tegas : “tidak bisa!”.

Mendengar jawaban Pandita, Sang Murderer pun langsung membunuhnya, sekaligus menggenapkan jumlah korbannya menjadi seratus orang.

Kemudian ia menanyakan hal yang sama kepada orang lain yang ditemuinya : “siapakah penduduk bumi yang paling pandai?” .

Yang ditanyai menunjukkan kepadanya bahwa ia harus menemui seorang yang berilmu (seorang alim).

Lantas, ia pun menemui seorang Alim tersebut.
Ia menceritakan perihal perbuatannya
“aku telah membunuh seratus orang manusia, apakah aku masih bisa bertaubat?”, tanya sang Murderer.

orang Alim menjawab : “bisa. Siapakah yang dapat menghalangi antara dirimu dan taubat?!, silahkan kamu segera pergi ke suatu negeri yg disana banyak orang-orang yang beribadah kepada Allah. Silahkan kamu beribadah bersama-sama dengan mereka! . Jangan kembali lagi ke kampung halamanmu!”.

Dia pun berangkat ke tempat yang disarankan orang Alim. Ketika baru setengah perjalanan, ajal telah datang untuk menjemputnya.
Malaikat Rahmat dan Malaikat Azab berebut untuk membawa si Murderer.
“Orang ini pergi untuk bertaubat. Hatinya menghadap kepada Allah ta’ala”, ujar Malaikat Rahmat.
Sedangkan Malaikat Azab mengatakan : “orang ini belum pernah membuat amal baik selama-lamanya”.
Ditengah perdebatan, datang lagi satu Malaikat yang menyerupakan dirinya menjadi manusia. Oleh kedua Malaikat yg sedang berselisih, ia diangkat menjadi Hakim.

Sang Hakim pun berkata : “ukurlah oleh kalian antara dua tanah, kemanakah yang lebih dekat?”.

Kemudian diukurlah oleh kedua Malaikat. Ketika sudah ketahuan jelasnya ternyata lebih dekat ke tempat yang dituju. Maka orang tersebut (murderer) dirangkul oleh Malaikat Rahmat. Menjadi orang yang bahagia. ____________________________¤¤¤___________________________

**ini bukan karya saya, namun inspirasi dari salah satu hikayat dalam kitab pepeling (Dzikra) yang diterjemahkan dari huruf jawi (sunda), dengan sedikit improvisasi tanpa mengubah atau menghilangkan makna serta isi yang terkandung didalamnya*

3 Sifat hanya tampak pada 3 Perkara

28 Januari 2017 in Vitamins Blog

31 votes, average: 1.00 out of 1 (31 votes, average: 1.00 out of 1)
You need to be a registered member to rate this post.
Loading...

Lukman Al Hakim memberitahukan kepada putranya bahwa ada tiga perkara yang tidak tampak, kecuali pada tiga perkara, yaitu :
1) Orang sabar tidak tampak, kecuali pada saat marah

2) Pemberani tidaklah tampak, kecuali sewaktu. bertempur

3) Saudara tidak tampak, kecuali sewaktu membutuhkan bantuan

¤¤¤¤
*nomor 3 bener banget neh..hoho.. Berasa rasanya :p

DayNight
DayNight