Vitamins Blog

PROSA HATI: #5 Pengakuan

Bookmark
Please login to bookmarkClose

No account yet? Register

“DIA BUKAN ANAK SUAMIKU!”

Ucapnya cepat dan tegas lantaran tak ingin aku melanjutkan seluruh kalimat manis penuh pengharapan bait-bait doa nan suci dari bibirku.

Aku tengah mendoakan kebaikan atas rumah tangga yang dia bina, sebuah rasa suka cita atas kehadiran buah hati yang menahun dinanti-nantikan.

Dan ketika ia mengucapkan kalimatnya, aku hanya bisa termangu dan bergeming sepersekian detik. Sorot mataku menatap lekat ke dalam sepasang manik matanya yang meredup dan menyimpan gelap, didukung semburat amarah tersembunyi yang nyaris menguar tanpa tahu malu.

“Apa katamu?” gumamku lirih tak percaya atas apa yang kudengar.

“Aku pernah bilang padamu kan? kalau kau muak dengan lelakimu, kau coba saja pria lain di luar sana, begonya malah aku yang melakukan itu!”

Nadanya terasa getir ketika ia mengucapkan kalimatnya lagi, namun disertai kelegaan bahwa ia akhirnya bisa menemukan manusia lain untuk mengakui dosanya yang tersimpan rapat hingga menyiksa hati nuraninya selama ini.

Seharusnya aku tidak kaget, ia terbiasa bersikap liar karena itulah aku selalu maklum atas kata-katanya yang cenderung terlalu bebas dan tak punya adab sedikitpun.

Kupikir aku beruntung, sebanyak apapun ia menelusupkan pandangan-pandangan yang tak berbatas mengenai sentuhan pria, namun sebagai perempuan yang tak menganggap sentuhan fisik adalah hiburan, semua yang ia katakan hanyalah angin lewat bagiku.

Ah, mungkin jika boleh aku berkhayal jauh, aku hanya ingin bertemu pria yang mendengarkan cerita konyolku, menepuk punggung telapak tanganku dan berkata, “Kau perempuan yang hebat.”

Tak sedikitpun aku teracuni oleh kata-kata liar yang ia telusupkan dalam memoriku, tentang mendulang anggur dari pria asing di tengah pertemuan singkat saat hidup terasa penat.

Untuk beberapa saat aku hanya bisa terdiam dengan pikiranku yang seketika kosong lantas kependiamanku berakhir dengan reaksi mual yang menggelegak nyaris membuatku ingin muntah, sebab sekelibat bayang-bayang asing menjijikkan tak menyenangkan mulai memaksaku berimajinasi.

Kutatap bola mata jernih dari bayi mungil nan suci yang tersenyum ceria menatapku dari pangkuan ibunya.

Hatiku pilu membayangkan malaikat kecil nan lugu yang tak tahu apapun itu.

Hatiku tersayat membayangkan perasaan pria baik-baik yang sudah pasti mengira malaikat kecil di hadapanku ini adalah buah hati dari jatuh bangun drama cinta yang mereka bangun dan yang dinantikannya selama ini.

Hatiku terenyuh membayangkan perempuan dihadapanku ini menanggung dosanya dengan rongga dada yang terhimpit sesak seumur hidupnya.

Entah kenapa aku jadi mempertanyakan bagaimana ia bisa menatap mata prianya setiap hari dengan dosa yang menjelma dalam pangkuannya?

Aku frustasi, semua kompilasi rasa itu membuatku mual. Aneh, dia yang berbuat aku yang merasa mual tak berdaya.

Aku menarik nafasku, menghela dengan hati-hati sembari menenangkan batinku yang bergejolak. Aku berusaha menerima fakta yang tak sanggup diterima oleh hati nuraniku dengan sekuat tenaga lalu kutemukan kedua bola matanya meredup setelah beberapa waktu menatapku dengan nanar.

Ah, jangankan sumpah serapah, untuk menghakiminya aku sudah tak tega, memberi penghiburan pun aku tak mampu.

Hatiku luluh seketika, kuraih salah satu telapak tangannya yang bebas tak bertugas merangkul tubuh si bayi mungil , namun lidahku kelu tak mampu berkata-kata apapun.

Di dalam benakku, aku tengah bicara sendirian, tentang aku yang takkan sanggup menjadi dirinya dan secara egois aku diam-diam bersyukur dan memetik saripati kehidupan yang dia alami.

Sudah, aku tak punya apapun untuk menguatkanmu, lantas secara curang aku hanya memikirkan diriku sendiri dan terserah bagaimana kau menjalani sisa hidupmu.

XOXO,
ROSETTA

3 Komentar

  1. Karyanya k wahe ini klo orang Jawa mengatak “course of knowledge”

    1. Ahahah, terima kasih kak gula gula manis manja. :lovelove

  2. Lanjutkan :ohyeaaaaaaaaah! :berikamiadegankiss! :lovelove