Vitamins Blog

Love In The Boardroom Bab: 1 Anti Buaya Kantor

Bookmark
Please login to bookmark Close

 

Sinopsis

Mempunyai Atasan tampan, murah senyum dan humble. Tentunya menjadikan keberuntungan tersendiri  bagi mereka yang menjadi bawahannya.
Tapi sayang, dibalik sikap ramahnya itu Alexander Swan, mempunyai pribadi yang kurang baik. Hal itu juga yang membuat salah satu Karyawannya, Renata. Tidak menyukai Bosnya itu.
Renata sangat tidak menyukai laki-laki playboy.  Hingga terkadang, di saat dirinya dijadikan bahan candaan oleh teman satu kantornya, Renata menjadi sosok yang sedikit pemarah. Ya, bagaimana tidak marah? Jika candaan mereka membawa nama Alex, sosok yang  memuat mood Renata jelek.
Hingga di satu titik. Renata mulai takut dirinya akan jatuh cinta pada sosok yang dulu sangat tidak disukainya itu.
Ya, karna tugas baru yang mengharuskan mereka  bertemu setiap  saat. Membuat benih-benih cinta di antara mereka mulai tumbuh.
Akankah Renata mencintai Alex? Dan mampukah Alex merubah sifatnya yang semula seorang pemain wanita, berubah menjadi sosok lelaki sejati yang  mampu setia pada satu wanita yang di cintainya?

 

Bab: 1 Anti Buaya Kantor

Suasana kantor pagi ini entah kenapa berubah menjadi ladang gosip saat Renata baru sampai di ruang kerjanya. Ya, begitu sampai di tempat kerjanya, Renata sudah disuguhkan pemandangan oleh rekan satu kantornya yang bergosip pagi ini. Mereka bergosip bukan membicarakan tentang dirinya, melainkan membicarakan tentang Adelle yang merupakan sahabat Renata.
Mendengar nama Adelle yang di bahas oleh mereka, Renata Akhirnya menghampirinya, berniat mencari tahu.
“Kenapa dengan Adelle?”
Renata bertanya kearah Maya yang sedang asyik bergosip.
Maya mengangkat alisnya mendengar Pertanyaan Renata.
“Kau sahabat Adelle bukan? tapi di saat dia patah hati, kau tidak mengetahuinya sahabat macam apa kau.”
Patah hati? Astaga jangan- jangan……
Renata menatap Maya dan mengabaikan perkataan Maya yang provokatif itu.
“Dimana Adelle aku ingin bertemu.”
“Dia ada di ruangan pantri” Setelah mendapat jawaban dari Maya, Renata akhirnya bergegas menuju ruang pantry yang ada di kantornya ini.

*******
Sesampainya di ruang Pantri, Renata melihat Adelle tengah menangis sesenggukan. Di atas mejanya, terdapat tisu satu kotak sebagai peyeka air matanya yang menderas. Melihat Adelle seperti dilanda kesedihan yang tak terkira, Renata akhirnya menghampirinya dan mendekati Adelle.
“Kau kenapa?” begitu mendengar suara Renata dari belakang, Adelle membalikan badannya dan kemudian langsung memeluk Renata.
“Aku sedih Renata, aku sedih, aku sudah menjadi korbannya.” mendengar ucapan Adelle yang seperti itu, otomatis Renata mengangkat alisnya, kemudian melepaskan pelukannya, memegang pundak Adelle dan mendorongnya pelan.
“Kau dan buaya kantor itu?” ucapnya menebak tepat sasaran. Adelle menganggukkan kepalanya dengan muka bersemu merah menahan malu.
Melihat Reaksi Adelle, Renata tak bisa untuk menggelengkan kepalanya, heran dan tak habis pikir dengan sahabatnya yang ada di depannya ini.

Alexander swan sosok playboy kantor yang sudah terkenal reputasinya dalam mempermainkan banyak hati perempuan. Bahkan beberapa anak buahnya yang pernah menjadi korban keisengan Alex, menjulukinya dengan sebutan
‘Buaya Kantor’. Ya, sebutan itu kerap di lontarkan mereka dikala hatinya sudah di patahan sepihak oleh Bosnya itu. Terkadang Renata tak habis pikir dengan kelakuan teman-temannya yang ada kantor, mereka sudah mengetahui sifat Alex yang seperti ‘itu’, tetapi dengan bodohnya mereka masih saja menerima ucapan cinta Alex yang penuh bualan palsu. Termasuk sosok yang di depannya ini, Adelle. Melihat sahabatnya itu menangis dan sedih, Renata tidak tersentuh sama sekali, malahan yang ada, timbul rasa ingin memarahinya. Dirinya melipat tangannya dan menatap sinis ke arah Adelle.

“Kau sudah tahu reputasi buaya kantor itu seperti apa, tapi dengan bodohnya kau malahan menerima cinta itu. Kau mungkin perempuan ke seratus yang sudah menjadi korbannya.”
Renata berucap sarkas, sengaja untuk menyadarkan otak Adelle yang bebal.
“Kau ini sahabatku, bukannya menyemangati-ku malah memarahiku, sahabat macam apa kau.” ucapnya bersungut-sungut, dibarengi dengan Adelle mengeluarkan ingusnya keras- keras dari lubang hidung yang ditutup dengan tisu.
Melihat Adelle yang seperti itu, Renata tak tahan untuk berekspresi jijik.
“Hentikan, itu sangat menjijikkan.” Serunya dengan ketus. Setelah dilihatnya Adelle sudah menuntaskan dengan isi hidungnya. Renata kembali menatap lekat-lekat ke arah Adelle
“Rasanya enak bukan dipermainkan?”
Mendengar kalimat Renata itu Adelle tak membantah sama sekali, dia kemudian menundukkan kepalanya.
“Rasanya memang sakit, tapi aku tidak menyesal telah menjadi barisan para mantan dari bos Alex. Kau tahu walaupun dia playboy, tapi dia sangat perhatian dan romantis.” Mendengar ucapan Adelle yang seperti itu, Renata tak tahan untuk mengumpatnya lagi.
“Dasar bodoh, sepertinya aku telah membuang waktuku dengan datang kesini.”
Renata kemudian membalikan badan hendak pergi dari ruang pantry, sebelum Renata sampai di ambang pintu. Adelle menimpalinya.
“Hei aku tidak seperti itu. Aku berdoa semoga di masa depan nanti kau akan menjadi korban berikutnya dan mendadak bodoh sepertiku.”
Begitu mendengar kalimat Adelle. Renata lansung membalikan tubuhnya dan menatap Adelle dengan jengah.
“Dalam mimpimu, aku tidak sebodoh dirimu yang gampang jatuh cinta!”
Mendengar jawaban Renata, Adelle langsung tertawa mengejeknya.
“Kita lihat saja nanti sejauh mana kau akan menghindar saat Bos Alex sudah berniat mengejarmu, kau pasti akan jatuh cinta.”
“Dalam mimpimu!” Lagi-lagi Renata menimpalinya dengan kesal, kemudian menutup pintunya dengan marah.
Adelle yang sebelumnya sedih kini terkekeh geli melihat Renata marah-marah seperti itu. Rasanya sangat menyenangkan jika Adelle bisa menganggu Renata seperti tadi.

Renata mungkin pengecualian di kantor ini. Disaat perempuan lain akan bahagia kegirangan saat mendapatkan perhatian dari Alex. Renata malah meresponnya dengan ekspresi aneh. Adelle masih ingat kejadian beberapa hari yang lalu saat mereka berdua makan siang di kantin dan Alex. Tiba-tiba menghampirinya kemudian dengan sengaja mengajak Renata untuk berkencan, sayangnya bukan respon baik yang di dapatnya, yang ada Renata menatapnya seperti sedang menatap orang gila.
“Kau ada waktu nanti malam Renata? Aku ingin mengajakmu makan malam bersamaku”
Adelle yang mengingat itu tiba-tiba tertawa terbahak. Menggelikan sangat menggelikan.

Saat tawaran itu ditolak mentah-mentah oleh Renata, Bosnya tidak marah ataupun tersinggung, dia hanya tersenyum kecut saat menerima penolakan. Dengan mengejutkan, setelah Alex pergi dari kantin, tidak lama kemudian Bosnya itu menelponnya untuk menyuruhnya masuk ke dalam ruang kerjanya. Semula Adelle sangat kaget dan penasaran saat tahu Bosnya itu memanggilnya, tapi karna rasa penasaran yang mendominasi, Adelle akhirnya menemuinya juga dan pada akhirnya mereka pergi berkencan. Adelle mungkin perempuan bodoh dan naif. Bodoh karna mudah terpesona dengan fisik Alex yang mempesona, hingga saat Alex mengajaknya berkencan, Adelle dengan cepat lansung menerima ajakan tersebut.
Dan naif, disaat reputasi Alex sudah terkenal sebagai buaya kantor, dia masih berharap bahwa Alex akan mencintainya dan hubungan mereka akan berjalan cukup lama. Tapi harapan tinggal harapan. Di saat mereka berkencan, semula berjalan dengan baik dengan mengucapkan kata-kata romantis. bahkan saat Alex mencium Adelle dirinya tidak menolaknya. Sampai dimana saat makan malam itu hampir selesai, Alex mengucapakan kata-kata yang membuat hatinya sakit.
“Aku berharap setelah kencan ini berakhir, aku ingin kau melupakan semua yang pernah kulakukan padamu malam ini. Dan satu lagi, aku ingin kau bersikap biasa saja saat kau melihatku di kantor, mengerti. Cukup bukan menjalin hubungan satu malam dengan Bosmu ini?”

Bahkan disaat Alex melontarkan kata yang menyakiti hatinya, lelaki itu masih sempat mengelus pipinya dengan lembut dan memasang senyuman manis tanpa rasa bersalah.
Mengikat kejadian itu, membuat keadaan hati Adelle kembali galau dan kesedihan yang sebelumnya telah hilang kini muncul kembali.

Menyedihkan sangat menyedihkan, memang pantas Renata menyebutnya bodoh.
Cukup, Adelle tak akan mengikat hal itu lagi! Akan lebih baik jika dia fokus berkerja, toh buaya kantor itu juga tidak akan repot- repot untuk mengingatnya kembali bukan? Dia playboy ulung, sudah pasti dia akan mendapatkan pengantinya dengan cepat!

********

Siang ini Renata tengah menyantap makan siang di kantin yang ada di dalam area kantornya. Renata makan dengan tenang, hingga ketenangannya terenggut saat ada suara yang menyapa dari belakang. “Kau disini rupanya, aku cari kau di tempat biasa tapi tidak ada.” Adelle berucap, kemudian mendudukkan dirinya di depan meja tempat Renata makan. Melihat Renata yang tak segera menjawab pertanyaannya, Adelle berucap kembali.
“Kau masih marah?”
“Tidak, kau tahu? Saat kita makan sebaiknya jangan sambil berbicara, itu tidak baik.” Renata kemudian melanjutkan makannya mengabaikan tatapan Adelle yang terasa menjengkelkan itu. Merasa terus di perhatikan dari depan seperti ini, Renata akhirnya tak tahan untuk segara mengkonfrontasi-nya. “Kau sebenarnya mau makan atau mau memandang wajahku?” mendengar ucapan Renata yang ketus itu Adelle kembali terkekeh.
“Hmm bisa di bilang aku sedang mengamati wajahmu.” ucapnya dengan nada menggoda.
“Cih hentikan, itu sangat menggelikan!”
Renata mengelak dan mulai  kembali fokus menyantap makanannya. kali ini, Renata sepenuhnya mengabaikan Keberadaan Adelle sahabatnya yang selalu jadi pengganggu.
Di saat Renata tengah fokus makan, Adella masih memperhatikannya dengan bertopang dagu sambil memainkan garpu yang ada di piring berisi spaghetti.
Hingga muncul ide iseng, untuk menganggu Renata kembali merasuki pikirannya.
“Hmmm aku perhatian seperti kau ini cocok jika di pasangankan dengan buaya kantor kita.” ucapnya dengan kekehan geli.
Dan benar saja, di detik Adelle menyelesaikan ucapannya. Suara batuk keras langsung keluar dari mulut Renata. makanan yang sedang dalam kunyahannya yang hampir masuk kedalam kerongkongannya, kini menerjang keluar dari mulutnya dan menciptakan nuansa terbakar dari dalam kerongkongannya, hingga membuat mata Renata memerah. Dengan cepat, di raihnya gelas berisi air putih yang ada di atas meja makannya dan kemudian meminumnya dengan tegukan besar hingga tandas. Setelah dirasa dirinya sudah cukup tenang, Renata akhirnya memaku pandangannya ke arah Adelle. Ada nuansa kesal saat dia melontarkan kejengkelannya.
“Kau pikir itu lucu? Bagaimana kalau aku tersedak parah dan harus dilarikan ke rumah sakit karna ucapan bodoh-mu itu.”
Mendengar ucapan Renata, bukannya meminta maaf, yang ada Adelle mengangkat alisnya dan hal itu tentunya membuat Renata semakin kesal.
“Kenapa kau menatapku seperti itu?” ucapnya dengan galak.
“Ayolah Renata kau ini terlalu berlebihan, aku hanya ingin menggoda-mu saja, tapi tidak di sangkanya kau memang sangat anti dengan buaya kantor itu.”
“Bodoh”
“Hei, kau” Adelle berucap tak terima. Mereka kemudian saling bertatapan lama satu sama lain, seolah sedang mengukur kekuatan masing-masing, hingga akhirnya Renata kembali menimpalinya.
“Ya, kau bodoh, sudah jelas aku sangat anti dengan buaya kantor itu dan kau tahu itu, tapi dengan bodohnya kau tetap saja merundung-ku seperti itu, kau dan Alex sama-sama menyebalkan!”
Setelah meluapkan kekesalannya, Renata akhirnya bangkit berdiri dan pergi meninggalkan Adelle sendirian di kantin.
Kali ini terbesit rasa menyesal pada Adelle saat melihat kepergian Renata yang marah besar karna ulahnya.

1 Komentar

  1. SeraFinaMoonlight menulis:

    Lupa. Mau nulis Bab: 1 ‘Anti Buaya kantor’
    di bawah judulnya. keburu di klik😭