Vitamins Blog

1 of 3 Antares: The Old Story of Aludra

Bookmark
Please login to bookmarkClose

No account yet? Register

18 votes, average: 1.00 out of 1 (18 votes, average: 1.00 out of 1)
You need to be a registered member to rate this post.
Loading...

Cuap-cuap:

Hola, kembali lagi dengan author bal abal di sini, datang dengan endapan imaji yang setelah banyak drama akhirnya kelar juga 😌😌😌 Sementara itu si Arivah masih belum ditemukan 🀣🀣 Oke, geih, semoga kalian sukak 😘😘😘

 

Pada suatu ketika, jauh sebelum peradaban dimulai, sebelum Aludria menjadi tanah-tanah dipijak, Aludra hanyalah sebuah hutan belantara penuh misteri. Setiap jengkalnya merupakan tampat bersemayam para makhluk mitos yang aneh, juga para peri-peri hutan, juga duyung, juga elf, juga para orge. Orang-orang menyebutnya dengan hutan terlarang Aludra.
Konon dikatakan, Deimos dan Phobos, sang penjaga tidak mengizinkan siapapun untuk menyentuh tanah-tanah Aludra.

Deimos sang penjaga hutan, ia adalah roh pohon, sang penanggungjawab kehidupan pohon-pohon Aludra, tubuhnya besar dan tinggi, terbentuk oleh kayu-kayu lapuk hingga terlihat serat-seratnya, seringkali berkeliaran dan menyadur dengan pepohonan di sekitarnya.

Sedangkan Phobos, ia adalah roh misterius, tidak ada yang tahu wujudnya, kadang ia dikabarkan seperti seekor rusa jantan dengan tanduk-tanduknya yang indah, kadang juga dikabarkan ia adalah burung surga dengan kecantikan bulu yang luar biasa, kadang juga ia digambarkan seperti anak kecil yang bermain-main di tepi sungai. Phobos dikatakan pula merupakan pelindung hewan liar di Aludra.
Desas-desus makhluk-makhluk hutan Aludra menjadi perbincangan banyak negara, ditambah lagi Aludra menjadi jalur bagi pengelana. Tentu saja mereka ingin cepat-cepat melewati hutan angker tersebut sebelum malam menjelang, karena bukan tidak mungkin mereka akan menjadi santapan bagi penghuni di sana. Meski demikian, cerita-cerita yang berkembang dari para pengelana dan para kaum tertentu membuat cerita yang tidak jarang diragukan kebenarannya karena terlalu banyak diubah-ubah. Seperti ada yang mengatakan mereka menemui makhluk besar di balik pepohonan, penampakan kuda putih bertanduk, atau penampakan ikan setengah manusia nan cantik, juga penampakan seorang gadis muda yang tersesat di hulu sungai, dan banyak cerita lainnya. Namun tidak ada satupun orang yang mempu membuktikan cerita tersebut, meski begitu, para pengelana terus menceritakan cerita-cerita tersebut puluhan tahun lamanya.
Singkat cerita, suatau ketika sebuah rombongan pengelana memutuskan untuk beristirahat di hilir sungai mulut hutan Aludra. Mereka adalah para warga dari kota Carus yang melarikan diri, mereka dipaksa pergi dari tanah kelahiran mereka akibat penyerangan sekutu kerajaan. Mereka hendak pergi ke kota terdekat, namun sayangnya kota yang mereka tuju tidak jauh buruknya dengan asal mereka, saat itu peperangan memang terjadi di mana-mana. Tidak kenal ampun, tidak kenal pria dan wanita, orang tua, dan anak-anak.
Warga Carus hendak pergi ke kota Zacfir, sebuah kota netral di sebelah Selatan Varen, sebelum mencapainya mereka harus melewati hutan Aludra yang angker. Sayangnya mereka datang tepat ketika matahari menjelang petang, alhasil atas keputusan para pemimpin rombongan mereka beristirahat di hilir sungai.

Sementara para rombongan beristirahat, para pemimpin rombongan mencoba menelusuri mulut hutan, sekaligus berjaga kalau-kalau makhluk aneh dari hutan tidak menerima kehadiran mereka. Ketika berjaga itulah, Eridu–seorang pemimpin pemuda yang tangguh–menemukan sebuah danau air panas yang mengepul hangat. Tidak hanya itu, yang membuatnya lebih terkejut adalah sosok yang berada di tengah kolam itu sendiri. Sosok kadal besar bersayap, seekor naga.
Naga itu bernama Izar, salah satu naga tertua di Aludra. Eridu mencoba mengajak Izar berbicara, yang bertujuan untuk meminta izin menunggui secuil tanah Aludra untuk mereka. Meski kemungkinan itu kecil mereka mencoba berbicara pada Izar yang bermulut pedas. Meski begitu, Izar tetap menyetujui untuk berbicada dengan Eridu di malam bulan sabit di purnama kedua. Maka mereka menunggu hingga dua malam lagi dan selama itu mereka meminta Izar untuk melindungi rombongannya dari makhluk-makhluk Aludra yang misterius.
Dua malam yang ditunggu itu tiba, Eridu beserta dua pemimpin lain yang mengetahui keberadaan Izar kembali memasuki hutan Aludra. Mereka bertemu di sebuah lahan kosong tidak jauh dari lokasi mereka pertama kali menemukan Izar, ketika malam semakin larut mereka mulai menangkap cahaya-cahaya lentera juga segerombol orang berjubah aneh menghampiri mereka ada sekitar empat atau lima orang, dan salah satu dari rombongan tersebut memperkenalkan dirinya sebagai Izar.
Tanah-tanah Aludra memanglah misterius, Izar pun termasuk hal yang misterius bagi Eridu juga yang lainnya. Tidak banyak yang tahu bahwa Aludra memberikan berkah yang luar biasa pada makhluk yang tinggal di tanah Aludra, sehingga mereka mampu berubah wujud menjadi seperti apapun termasuk mengubah diri mereka menjadi manusia.
Dalam pertemuan tersebut telah dihadiri beberapa tetua di Aludra. Ini adalah pertama kalinya mereka kedatangan manusia setelah ratusan tahun lamanya setelah manusia terakhir yang mencoba masuk ke dalam hutan ditangkap oleh Demos sebelum akhirnya dilempar keluar dengan cara tidak bisa dibayangkan.
Meski banyak pertentangan, akhirnya Eridu berhasil meyakinkan para pemimpin untuk meminjamkan tanah Aludra, sebagai gantinya setiap anak yang lahir di malam bulan sabit purnama kedua akan menjadi pengantin Gienah, yang artinya ialah yang akan mengemban perantara antara dunia manusia juga makhluk Aludra. Mereka akan tahu begitu lahir, sang pengantin telah memiliki tandanya sendiri, yaitu tanda bulan sabit juga bulan purnama merah di malam sebelumnya, maka itulah kelahiran sang mengantin, dan berkah dari para tetua akan diberikan dihari kedewasaannya.

Eridu menyetujui persyaratan tersebut, mereka akhirnya dapat membangun tempat tinggal mereka sendiri, meski begitu Eridu dan rombingannya tidak bisa seenaknya mengambil milik Aludra, mereka masih tetap diawasi hingga beberapa waktu lamanya hingga sang pengantin pertama lahir.
Ia adalah Minerva, gadis cantik yang lahir dari keluarga petani sederhana. Sebelum lahir tanda-tanda yang diberikan oleh Izar terlah terbukti, purnama merah darah menggantung di langit Aludra. Suasana sunyi hutan membuatnya semakin mencekam, di beberapa malam berikutnya Minerva lahir. Tanda bulan sabit diberikan di lengan kirinya, Minerva adalah pengantin pertama.
Festival kedewasaan diselenggarakan ketika calon pengantin menginjak dewasa, pendeta tertualah yang memimpin upacara tersebut. Dimulai dengan persembahan di kuil setempat, kemudian dilanjutkan dengan iring-iringan perahu melalui hilir sungai hingga ke hulu tempat peresmbahan Aludra berada. Disanalah tempat upacara pernikahan itu diadakan.
Setelah upacara dilakukan, semua berkah melimpah membanjiri desa, tanah-tanah yang mereka tanam menjadi subur, ternak mereka sehat dan berkah-berkah yang lainnya. Sejak saat itu desa tersebut diberi nama Aludria, yang artinya berkah tanah Aludra….”
Gadis itu menutup buku ditangannya, ia mengela napas, mata sayunya beralih pada jendela buram yang menampilkan negeri asing di sana. Bukan lagi hamparan hijau pepohonan, melainkan hamparan kota berkabut selepas hujan.
Ia merindukan dusun ditepi hutan, bau air sungai, rumput kering di ladang, juga sesuatu yang tinggal di dalam hutan.
Sebuah ketukan halus di pintu mengingatkannya kembali bahwa ia masih terjebak di kota aisng tersebut. Ia yakin dibalik pintu tersebut adalah seorang kepala pelayan tua cerewet yang beberapa waktu ini mengurusnya.
“Putri, air mandimu sudah siap, silahkan anda membersihkan diri. Tuan Fenrir meminta Anda untuk makan malam bersama.”
Tidak ada jawaban dari sang putri.
“Saya akan menunggu anda di pemandian. Permisi.”
Hening.
Gadis itu tidak peduli apa yang akan dilakukan mereka padanya yang ia pedulikan sekarang adalah bagaimana keluar dari penjara asing ini dan pergi sejauh mungkin dari sana. Pergi untuk pulang ke tempat asalnya, di balik gunung itu, di satu tempat di dalam hutan, bersama orang-orang yang ia kenal.
Hujan mulai menghantam bumi, sebagian jatuh menimpa jendela menciptakan embun di permukaan kaca, awan bergulung-gulung diata langit menandakan badai akan kembali datang. Ia masih menatap sesuatu nun jauh di sana, meski telah tertutup kabut, namun hatinya yakin bahwa sesuatu yang ia inginkan ada di seberang sana, dalam keheningan, dalam redam suara hujan, dalam satu tarikan napas, ia menyebut satu nama yang sangat ia rindukan.
“Antares.”

 

 

TBC πŸ€”

15 Komentar

  1. apa itu Antares? :lovely aku penasaran

    1. Wkwkwkkww tunggulah di part berikutnya 🀣🀣🀣

  2. Lanjut kak :ayojadian

    1. Wkwkwkwk tunggu aja ya :NGAKAKGILAA :NGAKAKGILAA :NGAKAKGILAA :NGAKAKGILAA :NGAKAKGILAA

  3. Hai kak jangan sampek kendor semangat nulisnya yak :lovely

    1. Wkwkkw makasih :lovely :lovely :lovely :lovely :lovely

  4. Al-Humayra Raudatul menulis:

    kak…kenapa arifah sama dimas lama banget dikarantina?

    1. Akoh pun tak tahuu :aw..aw :aw..aw :aw..aw :aw..aw
      Padahal drafnya udah setengah jadi, tapi lagi mentok. Udh kebayang cuman belum bisa mengungkapkan :panikshow :panikshow :panikshow
      Saya usahain deh ya buka lagi baca lagi kali ketemu jalannya :menantiadegankiss :menantiadegankiss

  5. Al-Humayra Raudatul menulis:

    makasih kak ..
    : : :lovely

    1. Kembali kasi, udah mau nunggu selama ini :lovely :lovely :lovely

  6. Wuihhh seru nih
    Ditunggu kelanjutannya ya

    1. Otw :NGAKAKGILAA :NGAKAKGILAA :NGAKAKGILAA

  7. Lnjut :ayojadian :ayojadian

  8. Lanjutkan