Vitamins Blog

UNDER SIEGE – BAGIAN III : Her Mind

Bookmark
ClosePlease login

No account yet? Register

Ya Tuhan.

Ingin rasanya menangis.

Memang terdengar dramatis. Tapi melihat pemandangan kota Mayana yang selama ini ia lihat di televisi benar-benar menakjubkan. Beruntung Anna duduk dekat jendela dalam kereta sehingga ia bisa melihat dengan jelas. Dan beruntungnya lagi kereta sedang sepi karena ini adalah hari rabu dan sedikit orang yang memutuskan untuk menghabiskan malam di Mayana, sehingga Anna bisa dengan cepat menghapus air matanya yang turun tanpa disangkanya.

Anna memang sedramatis itu.

Apa ia coba saja menjadi pegawai kedai kopi ya?

Setidaknya ia bisa selalu di kota Mayana setiap hari.

Ia bisa melihat cahaya bewarna warni terang disetiap gedung seakan-akan sedang menghipnotis manusia untuk masuk dan berbagai kedai kopi bernuansa coklat dengan wangi khas kopi Marika di seluruh penjuru jalan.

Ia juga bisa setidaknya masuk kedalam gedung perbelanjaan baju hanya untuk melihat-lihat tanpa khawatir masalah uang. Dan yang terpenting adalah hilangnya rasa khawatir karena baru berada di tempat yang seramai ini.

Anna selalu merasa ia bukanlah anak yang penakut. Bahkan ia cenderung berani dan tidak takut melawan jika ia merasa benar. Ia juga tinggal sendirian dan terbiasa pulang malam hari. Tapi tetap saja, jiwa perempuannya bergetar ketika ia berada di tempat yang tidak dikenalnya saat malam hari tidak begitu menyenangkan buatnya walaupun kota Mayana masihlah sangat ramai karena memang sekarang masih pukul sembilan kurang.

Halte 19.

Jalan sedikit ke utara dan sampai.

Ternyata tidak sedikit.

Dasar Ramon.

Ia terpaksa sedikit berlari karena memang sebentar lagi pukul sembilan dan ia khawatir akan terlambat.

Bukan Ramon yang ia khawatirkan. Clara sangat butuh dokumen ini katanya. Anna tidak ingin membuat siapapun Clara itu yang tidak pernah ia lihat sebelumnya kecewa padanya. Lalu Ramonlah yang akan membuatnya sulit. Ia memang hanya akan sedikit mengomel dan memukul tangannya pelan yang menurutnya adalah hukuman untuk anak-anak yang membuat salah sehingga semua orang dewasa yang dipukulnya akan merasa malu dan tidak melakukannya lagi.

Sedikit konyol

Tapi cukup efektif karena ketika pertama kalinya Anna dipukul karena lupa membawa surat penting yang dibawa pulangnya sehari sebelum, membuatnya cukup malu karena ia diomeli dan dipukul di depan banyak orang.

Dan akhirnya ia sampai di depan kedai kopi tersebut.

Blue Marika Coffee Shop.

Seperti namanya, kedai ini bernuansa biru yang cukup unik karena kebanyakan kedai kopi bernuansa coklat dengan kesan klasiknya.

Sepi

Tentu saja. Kedai ini cukup jauh dari tengah kota dan akses transportasi. Tapi entah mengapa kedai ini sangat terlihat menawan dan menenangkan hatinya.

Apa karena Anna suka warna biru?

Atau memang harum kopinya yang sedikit berbeda dan menenangkan?

“Anna?”

Sontak saja ia melihat sekeliling dan menemukan seorang wanita cantik berambut brunette pendek dan bermata emerald hijau.

Cantik sekali.

“Clara?” tanyanya memastikan.

“Benar. Ya Tuhan senang sekali melihatmu disini. Aku daritadi khawatir karena kamu sepertinya terlambat walaupun ia masih belum datang. Apa cukup sulit menemukan kedai ini? Apa kamu haus ingin membeli sesuatu? Blue Coffee disini adalah yang terbaik. Aku cukup sering kesini untuk urusan pribadi. Ya ini pertama kalinya urusan pekerjaan sih.” cerita Clara panjang lebar bahkan Anna belum memberikan dokumen padanya.

Orang yang menyenangkan.

Dan dilihat dari bagaimana ia selalu tersenyum saat berbicara membuat Anna merasa bersama seorang ibu yang terus ramah dan menyanginya. Walaupun Clara masihlah sangat muda mungkin lebih cocok menjadi kakaknya tapi entahlah. Karisma keibuannya sangat cocok.

“Ini dokumennya”

“Oh ya. Astaga aku ini. Terima kasih ya Anna. Tiana! Blue coffeenya satu untuknya. Aku yang bayar nanti.“ Serunya pada seorang pegawai yang sedang sibuk di meja kasir.

“Tidak perlu. Aku sepertinya akan langsung pergi dan mengejar kereta kota” kataku cukup sungkan karena memang ia tidak menyangka akan di belikan sesuatu.

“Kau ini. Jangan menolak pemberian orang. Itu tidak sopan dan sepertinya aku lebih tua sedikit darimu. Jadi sudah sewajarnya yang tua menyenangkan yang muda. Dan kau harus mencoba dulu sebelum pergi. Jangan membosankan seperti itu dasar” omel Clara sambil tertawa dan kembali ke bangku yang ia duduki sebelumnya.

Bahkan ia belum mengucapkan terima kasih sudah dibelikan.

Sepertinya Clara adalah orang yang cukup keras kepala.

Tidak ada yang bisa ia lakukan selain duduk dan menunggu pesanannya tiba.

Ia sengaja duduk di dekat jendela yang berlawanan dari pintu masuk karena pemandangannya bukanlah jalanan, tapi gedung-gedung.

Aneh.

Ia bukanlah pecinta pemandangan gedung-gedung. Tapi ia cinta pemandangan itu di kota ini.

Ada apa dengannya dan kota ini?

“Silahkan” ucap pegawai kedai sopan yang sedang menaruh gelasnya pelan.

“Terima kasih”

Menarik.

Kopinya benar-benar bewarna biru.

Ada apa dengan pemilik kedai ini dan kecintaannya pada warna biru?

Ia pikir namanya saja yang disesuaikan dengan nama kedai sebagai salah satu menu yang akan menjadi rekomendasi, tapi ternyata blue coffee benar-benar kopi bewarna biru.

Sedikit gelap kopi didasar, putih yang diduga susu cair dan cairan bewarna biru yang entah apa itu.

Haruskah ia mengaduknya?

Atau langsung saja diminum?

“Jangan diaduk. Langsung saja di minum dengan sedotannya.” Ucap seorang pria yang duduk disebelahnya.

Sepertinya ia baru datang dan sedang menunggu pesanannya.

Tampan.

Ini pertama kalinya ia melihat seorang pria yang memiliki alis tebal dan rapi serta mata bewarna emerald blue yang benar-benar blue. Rambut kuning pucat serta kulitnya yang pucat menunjukkan bahwa pria ini pasti turis yang berasal dari negara bersalju, tidak ada matahari sama sekali dan ia pasti kekurangan darah.

“Aku tidak kekurangan darah, aku memang turis tapi dari negeri tropis yang hanya mempunyai musim hujan dan kemarau. Jadi tentu saja matahari selalu ada disana” ucapnya sambil menahan senyum.

Pasti ia baru saja berkata apa yang ada dipikirannya lagi. Satu kebiasaan buruknya yang sulit dihilangkan meskipun sudah diusahakan.

“Maaf. Itu tidak sopan. Maafkan aku”

“Tidak masalah. Kau bukan yang pertama bicara seperti itu padaku. Tapi memang kekurangan darah cukup unik karena pertama kalinya seseorang berkata seperti itu” ucapnya sambil tersenyum.

Ahhh

Pemain ulung ternyata.

Salah satu jenis pria yang harus dihindarinya.

Menurut Sivia, jenis pria pemain ulung yang suka tersenyum dan bicara bahwa kita wanita adalah yang pertama maka mereka sangatlah berbahaya dan beracun. Sedikit saja kita percaya dan luluh, sudah pasti kita wanita akan berakhkr di ranjangnya malam ini.

Dan Anna memilih hanya tersenyum dan fokus pada minumannya.

Baiklah ia akan mencoba minum tanpa diaduk dan jika kurang menyenangkan barulah ia aduk.

Dan ternyata enak.

Ternyata cairan biru itu adalah soda yang membuatnya segar. Minuman ini memang dihidangkan dingin tanpa batu es, tapi sodanya yang sangat dingin membuatnya sangat segar.

Pantas saja Clara sedikit memaksanya mencoba menu ini.

Ia benar-benar berterimakasih dan berencana akan membelikan Clara kue saat gajian nanti.

“Memang segar. Sepertinya sodanya dimasukan lemari pendingin sebelum disediakan.” Kata pria tadi sambil terus tersenyum memandangnya.

“Maaf, apa aku mengenalmu?” tanya Anna sopan berusaha tidak menyinggung perasaan pria tersebut.

“Tidak. Maafkan aku. Aku memang suka berbicara pada siapa saja. Maafkan aku jika kamu merasa tidak nyaman.” Raut wajah pria tersebut langsung berubah tidak enak dan Anna merasa sangat berdosa telah membuat situasi yang sebelumnya cerah menjadi dingin.

“Tidak, maksudku aku tidak keberatan. Hanya bertanya saja tadi. Maafkan aku menyinggungmu”

“ Benarkah? “ tanyanya yang dengan sangat cepat berubahnya raut wajah pria tersebut kembali senang.

“Benarkah apa? “

“ Kau tidak keberatan? Aku senang sekali bertemu dengan orang yang tidak ku kenal dan kita berbicara banyak hal” bahkan ia tiba-tiba saja sudah berdiri dan duduk dibangku yang berhadapan denganku.

Dan sepertinya ini akan lama.

Semoga ia tidak tertinggal kereta kota.

1 Komentar

  1. Semoga saja