Vitamins Blog

SAUDADE II

Bookmark
Please login to bookmarkClose

No account yet? Register

6 votes, average: 1.00 out of 1 (6 votes, average: 1.00 out of 1)
You need to be a registered member to rate this post.
Loading...

TITLE : SAUDADE II
CAST : CALISTA IM | OH SEHUN | CHOI SIWON
OC : FIND BY YOUR SELF
GENRE : ROMANCE
SEQUEL FROM RED

Kegiatan menghindari sang mantan yang sefakultas adalah tugas yang sangat melelahkan. Calista harus selalu mengaktifkan radar pendeteksi sosok bernama Oh Sehun. Seperti biasa Calista terus menerus mengedarkan matanya sepanjang perjalanannya ke kelas yang ia tuju.

Dan di sana tepat beberapa meter darinya ia melihat lelaki jangkung dengan kemeja biru kotak-kotak menuju ke arahnya. Batinnya meringis, kenapa harus sepagi ini ia harus bertemu dengan  Sehun. Dengan cepat Calista berbalik dan mengambil jalan memutar menuju kelasnya. Calista berusaha keras memusatkan pikirannya pada pelajaran dan menghilangkan gambaran pertemuan yang nyaris ia alami bersama Sehun pagi tadi.

Calista jongkok dan bersandar di tembok belakang salah satu gedung fakultasnya., “Sialan, kegiatan menghindari lelaki itu benar-benar menguras tenaga dan pikiran,” ucapnya frustasi.

Sebuah suara bertanya padanya, ”Siapa yang kau coba hindari, hmm….?”

Tanpa sadar Calista menjawab, “Aku lelah menghindari mantan pacarku. Bisa kau bayangkan? Aku harus mengambil jalan memutar atau mencari tempat sembunyi agar tidak berpapasan degannya,” keluhnya.

Suara itu balas berkata, “Apa kau tidak bisa berhenti?”

“Tentu saja tidak bisa!,” seru Calista.

“Kau masih memiliki perasaan padanya, bukan? Karena itulah kau berusaha untuk tidak bertemu dengannya. Karena… jika kau melihatnya kau mungkin akan memohon padanya untuk kembali padamu,” kata suara itu dengan ejekan di setiap  katanya.

Touch.

Perkataan suara itu berhasil mengenai titik sakit dalam diri Calista dengan berang ia bangkit berdiri dan berbalik menghadap sumber suara yang ia yakini berasal dari belakang.

“Diam! Kau tidak tahu apa-apa!” teriaknya, dan ia dapati adalah lelaki yang tengah tersenyum malas dengan lesung pipi berada di depan jendela. Siku lelaki itu menumpu pada ambang jendela dan menatap lurus ke iris cokelatnya.

‘Damn! Senior Choi Siwon, batinnya histeris.

Calista sadar bahwa ia baru saja memarahi seniornya dan parahnya curhat tentang mantan pacarnya. Wajahnya berubah warna dan dengan cepat berlari menjauh, ia masih bisa mendengar tawa Siwon.

“Hey, bukannya gadis yang baru saja meneriakimu tadi adalah junior kita?”

Siwon tidak berbalik masih tetap melihat sosok Calista yang semakin mengecil dan menghilang dari pandangannya. “Hmm, gadis yang menarik.”

Oh man~~. Jangan katakan padaku kau tertarik padanya?” Tidak mendapat jawaban atas pertanyaannya, lelaki dengan kemeja cokelat tua itu menggeleng, dan kembali membuka mulutnya. “Calista Im, junior yang menarik banyak perhatian di awal masuknya, namun sosok yang cukup tertutup. Dan kau dengar sendiri gadis itu masih belum bisa move on dari mantannya yang ternyata sefakultas dengan kita.”

“Hmm…, kau tahu siapa lelaki itu?’

“Huh, aku saja baru mengetahui dia memiliki mantan yang berada satu fakultas dengan kita dari pembicaraan kalian beberapa menit yang lalu,” dengusnya

“Keputusanku untuk bersantai di ruangan ini adalah hal yang baik, ehehe…,” kekeh Siwon yang suaranya memantul di penjuru ruangan dan hanya diisi mereka berdua.

“Bodoh! Bodoh, kau bodoh Calista Im,” rutuk Calista pada dirinya sendiri, “apa yang harus aku lakukan besok jika bertemu dengan Siwon Sunbae.” Memikirkan kemungkinan memalukan yang akan ia alami membuatnya tidak bisa menahan diri dan meledak karena malu.

“Argh!!!”

“Calista Im, diamlah jika kau masih ingin tidur di dalam rumah!” teriak ibunya dari luar.

Sebagai gantinya Calista menggigit bantal melampiaskan semua perasaan yang ia alami. Hari yang buruk bagi seorang Calista Im. Setelah puas melampiaskan semua perasaan frustasi pada bantal yang sekarang berada di ujung ruangan meratapi nasibnya yang menjadi pelampiasan.

Calista memikirkan kembali perkataan Siwon dan tanpa sadar mengangguk menyetujui saran lelaki dengan senyum lady killer miliknya. “Aku tidak bisa menghabiskan seumur hidupku menghindari Sehun.”

“Yeah!”

“Calista Im!”

Kamar Calista kembali tenang dan tepat pada saat itu ponselnya berbunyi menandakan pesan masuk. Ia melihat nama pengirim dan itu adalah Luhan, teman sepupunya. Lelaki dengan wajah yang bisa membuat manusia dengan jenis kelamin yang sama dengan Calista  malu, karena lelaki itu memili wajah yang cantik. Yeah. Cantik.

Menggeleng, Calista membaca pesan yang dikirim Luhan. Luhan menanyakan kabarnya. Perkataan sepupunya yang mengatakan bahwa ia ingin membuat Calista dengan Luhan yang baru saja putus dari pacarnya kembali terdengar di telinganya.

Calista memutuskan untuk membuka hatinya sekali lagi.

Dengan tekad baru. Calista menjalani hari baru dengan perasaan ringan. Senyum tetap setia bertengger di wajah berbentuk hati miliknya yang membuat setiap mahasiswa yang melewatinya tidak bisa mengalihkan pandangan darinya. Yeri yang menemaninya hanya bisa menggeleng melihat perubahan teman barunya.

Calista berjalan menuju taman belakang kampus dan takdir sepertinya berpikir bahwa Calista sudah cukup kuat untuk menghadapi mantan pacarnya. Karena itu ia ditakdirkan untuk berpapasan dengan Sehun yang berada di tempat ia tuju.

Menarik napas dalam ia melanjutkan langkahnya dan membuka mulutnya. “Hey, orang asing,” sapanya dengan senyum yang ia buat senatural mungkin.

Sehun yang ditegur terkejut, ia tidak langsung menjawab. Menatap Calista, memastikan bahwa gadis yang ia tahu mati-matian menghindarinya sekarang menyapanya.

“Hai, Calista,” balas Sehun.

Calista berusaha mencari topik lain dan tidak sadar matanya melihat rokok yang berada di tangan kanan Sehun. Dahinya berkerut dan tanpa sadar menanyakan kebingungannya.

“Sejak kapan kau merokok?” Calista bisa melihat bahwa Sehun tidak nyaman dengan pertanyaan yang barusan ia lontarkan.

“Itu bukan urusanmu.” Ia berjalan melewati Calista dan mematikan rokok yang ia pegang lalu membuangnya di tempat sampah tidak jauh darinya.

Calista tidak melihat Sehun melakukan itu, ia sangat terkejut mendapati seberapa besar perubahan Sehun. Lalu jawaban yang diberikan Sehun padanya membuat gadis dengan iris cokelat muda itu kesal.

“Sehun bodoh,” rutuknya.

Malamnya Calista membuka tanda blokir yang ia lakukan pada akun SNS Sehun dan mengirim pesan padanya.

“Hai. Sedang apa?”

Ia menunggu dan sangat terkejut mendapati Sehun membalas pesannya.

“Melihat dua idiot bertanding basket”

Ponselnya kembali berbunyi dan pesan lain masuk ke ponselnya.

“Malam, Calista. Apa kau mempunyai waktu luang akhir pekan ini? Mau menghabiskan akhir pekan bersamaku?”

Calista berkedip. Masih tidak percaya Sehun membalas pesannya dan Luhan yang ia yakin mengajaknya kencan akhir minggu ini. Oh My. Sepertinya awan cerah mulai menampakkan dirinya di dunia kecil Calista Im. Dengan cepat ia membalas pesan Sehun dan mengiyakan ajakan Luhan.

Calista menunggu kedatangan Luhan di teras rumahnya dengan perasaan gugup. Berulang kali ia merapikan baju dan rambutnya. Calista juga bersyukur keluarganya sedang ke rumah kakeknya, jadi ia tidak harus menghadapi tatapan ingin tahu yang dilemparkan padanya.

Suara motor menarik Calista dari lamunannya. Ia melihat Luhan yang turun dari motornya dan melangkah ke pekarangan rumahnya dengan senyum semanis aktor televisi. Calista berdiri, mengambil tas selempangnya dan melangkah keluar dari teras rumah.

“Kau tidak ingin pamit pada keluargamu?”

“Keluargaku sedang tidak berada di rumah.”

Mengangguk mengerti Luhan membuka pintu pagar untuk Calista, sampai di motor yang ia parkir. Luhan mengambil helm lain dan memakaikannya pada gadis yang ia ajak kencan. Calista tersentak, tidak siap dengan tindakan Luhan. Sedang Luhan?

Ia kembali tersenyum manis dan menyuruhnya naik ke atas motornya, namun ia kembali berbalik, melihat pakaian yang gadis itu pakai. Hal yang juga baru disadari Calista. Ia memakai dress!

Calista berpikir untuk mengganti pakaiannya sebelum ia melihat Luhan yang membuka jaket biru langitnya dan menyodorkannya pada Calista.

“Pakai jaketku untuk menutupi pahamu,” ujarnya lalu seakan masih ingin mengatakan sesuatu namun ragu.

“Masih ada yang ingin Oppa katakan?”

“Hum, itu, kau memakai short?”

Wajah keduanya memerah dengan perkataan Luhan. Calista mengangguk kaku, lalu mengikat jaket Luhan di pinggangnya dan menyusul lelaki itu naik ke motor.

Luhan mengajak Calista ke gedung olahraga di kampus lelaki tersebut. Fakultas Luhan sedang bertanding dengan fakultas lain dan Luhan tentu harus ikut karena ia adalah kapten tim basket fakultasnya.

Calista menonton di bangku penonton dan berusaha keras untuk menghiraukan tatapan mata yang diberikan padanya dari penonton lain. Tuhan. Ia sangat tidak nyaman. Waktu berlalu dan fakultas Luhan keluar sebagai pemenang. Melihat Luhan yang menghampirinya dan mengajaknya untuk keluar lepas berkenalan dengan teman-teman lelaki dengan rambut cokelat itu adalah amnesti terbaik bagi Calista.

Luhan lalu mengajaknya ke tempat makan favoritnya yang juga akhirnya menjadi favorit Calista. Dan Luhan tidak bisa menahan tawa melihat wajah berseri Calista melihat makanan di depan mereka.

Kencan yang menyenangkan untuk Calista Im.

 

Calista tertawa sendiri melihat pesan yang dikirim Kai. Teman Sehun itu menceritakan cerita lucu dan ia tidak bisa mengontrol tawanya. Well, ia mulai dekat dengan Kai dua minggu setelah hari di mana ia mulai menegur sehun.

Calista mulai berpikir apa ia sekarang menjadi seorang playgirl? Tahun pertama sebagai mahasiswa dan ia telah dekat 2 pria. Oh My.

Calista menggeleng dan mulai membuka aplikasi SNSnya dan mulai membuat fake akun untuk menjadi stalker akun SNS sehun. Yah, Calista Im sekarang memiliki pekerjaan sampingan sebagai stalker.

Calista tidak bisa menolak betapa menyedihkan dirinya. Sekuat apa pun ia berusaha membuka hatinya. Ia masih tidak bisa menghentikan debar jantungnya menunggu balasan pesan dari Sehun dan bahkan membuat akun palsu untuk melihat aktivitas akun SNS sehun.

Calista melangkah keluar rumah. Debar jantungnya seakan menunggu waktu untuk meledak di waktu ia melewati rumah Sehun, suara pria itu terdengar.

“Mau ke mana?”

Calista menoleh dan melihat Sehun yang berdiri dengan pendek selutut dan baju kaus putih, tengah mematikan selang yang menguatkan dugaan Calista bahwa Sehun baru selesai membersihkan motornya.

“Aku akan ke toko buku. Aku harus membeli buku  untuk salah satu mata kuliahku.”

“Hmm….” Sehun tampak berpikir sejenak, “masuklah dan tunggu aku mengganti baju. Aku akan mengantarmu.”

Tidak menunggu tanggapan Calista lelaki itu membukakan pintu pagar untuk Calista. Calista yang kehilangan kemampuan bicaranya karena masih sibuk memproses perkataan Sehun hanya bisa dengan patuh masuk ke pekarangan rumah dan mengikuti Sehun ke dalam rumah lelaki itu.

Calista menyapa ke dua orang tua Sehun ketika berada di ruang tamu dan ia seperti kembali di waktu ia masih berstatus pacar Sehun. Beberapa menit berlalu, Sehun akhirnya muncul di ruang tamu dengan pakaian lebih rapi. Mengajak Calista keluar  dengan kunci motor di tangan kanannya.

Sehun menghentikan motornya tepat di depan. Tanpa mengangkat kaca helmnya ia menoleh dan melihat Calista yang masih belum naik.

“Naik sekarang, Calista.” Calista mengerjap dan dengan kaku mengikuti perintah Sehun.

Sepanjang perjalanan hanya diisi dengan keheningan dan Calista merasa hidungnya tergelitik dan matanya yang mulai terasa perih. Calista merindukan momen bersama Sehun.

Calista turun dari motor Sehun, membuka helm yang dipakainya dan memberikannya pada Sehun. “Umm, terima kasih,” ucapnya lalu dengan langkah cepat berjalan ke toko buku. Calista kembali dibuat terkejut saat melihat Sehun mengikutinya masuk ke dalam.

“Buku apa yang kau cari?” tanya Sehun dengan santai. Seakan mereka tidak pernah berhenti bertegur sapa.

“’Mm… aku bisa mencarinya sendiri.” Calista menghiraukan raut tidak setuju Sehun dan bergegas ke rak buku yang ia cari.

“Kau  keberatan jika kita berhenti di tempat makan?”

“Tidak. Aku juga belum makan siang.”

“Hmmm….”

Mereka berdua singgah di salah satu tempat makan tidak jauh dari toko buku. Keduanya menghabiskan makannya tanpa berbicara.

“Aku harus ke kamar kecil.” Calista yang merasa gugup memilih ke kamar kecil, Sehun menanggapi dengan anggukan.

Di sana Calista menenangkan dirinya dan senyum lebar tidak bisa ia sembunyikan. Ia melangkah keluar dan punggung Sehun terlihat dalam pandangannya. Ia berada dua langkah di belakang Sehun saat ponsel lelaki yang hari ini memakai T-shirt hitam itu berbunyi dan nama yang keluar dari mulut Sehun berhasil melenyapkan senyum di wajah Calista.

“Hayoung.” Sehun mendengar apa yang dikatakan gadis di seberang telepon, “Aku akan tiba di sana dalam waktu 30 menit.”

Sehun menyudahi pembicaraannya dan memasukkan ponselnya kembali. Calista memasang wajah senormal mungkin dan kembali duduk di kursinya. Mereka keluar dari tempat makan diikuti oleh mata seorang pria yang memakai kaos biru terus menatap Calista.

Calista berbaring dengan matanya menatap langit-langit kamar saat tiba-tiba sepupunya menerobos masuk dan berhasil mengagetkan Calista.

“Apa kau tidak bisa mengetuk terlebih dahulu, Yuri Unni,” tegurnya dengan mata melotot.

Mian, Cal,” balas Yuri dengan kikuk. Sedetik kemudian sikapnya berubah, seakan mengingat alasannya menemui Calista.

“Aku membawa kabar buruk, Cal.”

Kabar buruk yang dibawa Yuri adalah bahwa Luhan kembali bersama mantannya dan ia tidak bisa berhenti mengutuk Luhan karena hal itu.

“Luhan sialan. Jika saja laki-laki itu tidak berhenti memintaku mendekatkannya denganmu. Aku pasti tidak akan percaya bahwa Luhan belum bisa move on. Sial.”

Suasana hati Calista semakin gelap. Melihat wajah Calista, Yuri berusaha menghiburnya.

 

“Lupakan Luhan dengan wajahmu kau bisa mendapatkan yang lebih tampan. Untung saja kau belum memiliki perasaan padanya.”

“Kau belum memiliki perasaan padanya kan?”

“Oh Tuhan. Berhentilah bicara Yuri Unni. Kau membuat kepalaku semakin sakit.”

“Baiklah, baiklah. Tapi kau harus memberiku jawaban atas pertanyaanku sebelumnya.”

“Yeah. Aku belum memiliki perasaan pada temanmu. Tidak akan.”

Puas dengan jawaban Calista, Yuri mengambil posisi berbaring di samping Calista dengan gaya seakan beban berat terangkat dari bahunya. Tidak lama ponsel Calista berdering menandakan pesan masuk.

Calista sangat tidak ingin membuka ponselnya mengira pesan itu berasal dari Luhan. Yuri berinisiatif membuka pesannya dan teriakan gembira mengisi kamar Calista.

“Yuri!”

Setelah menenangkan diri karena teguran ibu Calista. “Cepat baca dan balas pesanmu, Cal,” paksa Yuri. Calista dengan malas membaca pesan masuk dan mendapati pria yang dekat dengannya memintanya menjadi pacarnya.

“Oh My. Kau benar-benar hebat, Calista Im,” puji Yuri dengan mata berkilat menatapnya.

Calista menatap pesan yang dikirim oleh si pengirim pesan.  Menghela napas dan mulai mengetik pesan balasan. Yuri yang penasaran merebut ponsel Calista untuk melihat pesan balasan yang dikirim Calista. Dan ia kembali mengutuk, kali ini mengutuk kebodohan sepupunya itu.

“Apa yang kau pikirkan, huh? Bukannya ini kesempatan bagus untuk membuka lembaran baru dalam hidupmu.”

“Kau bukannya sangat berapi-api mengatakan akan memiliki pacar baru dan melupakan Sehun?”

Calista mengalihkan pandangannya ke jendela kamarnya yang terbuka. Sembari menjelaskan alasannya, “Aku tidak ingin seperti Luhan Oppa. Bukannya akan tidak adil pada Kai Oppa? Aku sadar aku belum bisa melupakan Sehun Oppa sepenuhnya.”

Yuri menatapnya dan membawa Calista dalam pelukannya.  “Gadis bodoh,” ejeknya dengan nada sayang.

 

TiwiWhielfElf

Just a weirdo girl who loves book and writing

1 Komentar

  1. KAI sehun :lovelove