Vitamins Blog

Kasih Yang Tak Terucap – Bab 1

Bookmark
Please login to bookmark Close

9 votes, average: 1.00 out of 1 (9 votes, average: 1.00 out of 1)
You need to be a registered member to rate this post.
Loading...

Aku menutup pintu kamar dengan letih. Tugas kuliah yang menumpuk telah menguras tenagaku sejak pagi tadi. Sekarang aku hanya ingin istirahat sejenak untuk menghapus lelah.

Ketukan samar di pintu kamar membuatku mendesah, tapi aku tetap beranjak membuka pintu. Tubuh kurus Ibuku menyambutku di balik pintu. Rambut putihnya seolah meneriakkan betapa tua dirinya. Hatiku perih menatap wajah keriputnya yang berusaha menampilkan senyum.

“Nduk, tolong bantu Ibu jemur kerupuk ya…..!!” suara seraknya menusuk telingaku dan mengirimkan perasaan perih yang makin menyayat hatiku.

Aku ingin sekali menghambur kepelukannya dan memintanya berhenti bekerja. Tapi otakku berpikir lain. Tidak sanggup memaafkannya karena kenangan buruk yang tidak bisa terhapus dari memoriku. Ironisnya, tubuhku lebih memihak otakku dibanding hatiku.

“Masa Ibu tega nyuruh Ana jemur kerupuk siang-siang begini. Apalagi Ibu kan tau kalau Ana baru pulang kuliah.” Hatiku menangis mendengar kata-kata kasar yang terlontar dari bibirku, tapi otakku tidak peduli malah mengangguk setuju. “Ana ingin istirahat Bu……!!” tegasku membuat mata cerah Ibuku sejenak memudar.

“Ya sudah, nduk. Kalau kamu capek Ibu tidak akan memaksa.” Ucapnya sambil tersenyum mengerti. Tapi bahunya lunglai ketika beranjak meninggalkanku yang berdiri di ambang pintu.

Aku berusaha menahan air mata yang hendak tumpah. Lalu senyumku merekah ketika suara lembut Tante Ninis memanggilku. Aku berlari kecil ke dapur tempat suaranya berasal. Dia tersenyum sambil meminta tolong padaku membantunya membuat kue. Aku langsung mengiakan permintaannya.

Ya, apapun akan kulakukan untuk Malaikat sekaligus Dewi penyelamatku ini. Adik Ibuku ini telah menjadi bagian terpenting dalam hidupku. Saat ini Ibuku memiliki tempat berteduh pun atas kemurahan hatinya. Dengan riang aku mengikuti instruksinya dan tanpa sadar, kenangan menyakitkan beberapa tahun lalu mengisi benakku.


 

~~>> Aya Emily <<~~

Aya Emily

HIDUP untuk MENULIS dan MENULIS untuk HIDUP

1 Komentar

  1. Kenapa ini??