Vitamins Blog

looking for you

Bookmark
Please login to bookmark Close

prolog

Aku dulu merasa lega saat aku tahu, akulah orang yang mencintaimu pertama kali. Aku puas dengan hanya mengetahui namamu, tanpa mendengar suaramu atau mendapat tatap matamu. Tapi seperti apa yang dikatakan orang itu, cinta bukan untuku, cinta tidak boleh untuk orang sepertiku. Wanita jahat yang senang melihat orang menderita, wanita jahat yang akan tertawa melihat orang terluka – begitulah yang orang lain katakan tentangku. Maka kini, saat aku memilikimu, kau membenciku. Kau meludahiku dengan kata – kata kasar, mengabaikanku dan berusaha sekuat mungkin untuk menghancurkanku.

Apa yang bisa kulakukan selain membangun dinding itu kembali, agar bisa menjagaku tetap utuh, tanpa sempat membelaimu, tanpa sempat mengatakan bahwa aku mencintaimu, aku kembali sendiri. Dinding yang tinggi dan kokoh, namun begitu gelap dan dingin di dalamnya.

Aku… aku rindu menjadi gadis kecil ayahku, bahunya yang lebar menjadi tempat sempurna untukku meletakan kepala dan daguku, lengannya yang panjang, aroma buku – buku tua dan debu yang kuhirup dengan nikmat, segala tentang dirinya adalah hangat, meskipun pelukan itu hanya bisa kudapat sesekali. Namun segala tentang dirinya adalah dunia yang kutahu, di mana aku ingin hidup selamanya bersamamanya. Sebelum orang itu merenggutmu dariku, mencabikku, menamparku, memukulku, menghantamku.

Aku menjadi orang menyedihkan. Orang itu berkata, aku tidak pantas mendapatkan cinta, tidak dari ayahku, tidak darimu, dan bahkan… tidak darinya. Ibuku. Wanita yang mati – matian dicintai ayahku, di mana darah yang sama mengalir dalam diriku, menghantamku dengan kenyataan itu.

2 Komentar

  1. Davina Zahira menulis:

    :NGEBETT

  2. Ayah :aw..aw