Vitamins Blog

Lord Of The Demon’s Bride Bab 8

Bookmark
Please login to bookmarkClose

No account yet? Register

BAB 8

MENYERAH

Perempuan.
Priam menendang sofa di ruang pertemuan, seketika semua orang diruangan itu berhenti berbicara dan menatap Priam penasaran. Zale yang sedang mengasah belatinya menatap ksatria itu dengan alis terangkat.
Kapan Priam akan mengerti mereka. Dia sudah meminta maaf, bahkan dia sudah menceritakan tentang Daemonnya. Tapi Estel tetap memandang rendah dirinya. Perkataan Estel masih terngiang ditelinganya, makhluk rendahan, makhluk hina demi neraka Hades yang terkutuk, dirinya tidak pernah merasa begitu buruk sampai ucapan Estel tadi. Priam tidak menyangka reaksi Estel akan seperti tadi. Apa yang kau harapkan Priam, setelah sadar kau pikir Estel akan menatapmu dengan tatapan cinta. Jangan bodoh Priam, wanita itu adalah seorang bangsawan, Putri mahkota dunia kematian. Selamanya kau akan ditatap hina olehnya. Ingatlah dirimu Deamon, terkutuk. Pikir Priam.
“Kau baik-baik saja” Zale menepuk bahu Priam, “wanita, makhluk yang rumit. cukup Xander yang bertingkah bodoh karna Ionia, kau pemimpin kami” Xander menggeram tidak terima,
Sreettt…
Sebuah shuriken melukai bahu kanan Zale. “kau ingin kepala bodohmu dilubangi yah” teriak Ionia marah.
Priam mendesah lelah.
“Kau berdarah, aku berasumsi kau dan perempuan itu sedang berkelahi”. Priam menyelipkan sig sauger dibalik pinggangnya. Mengantongi 3 magasin kaliber 45, beberapa belati sudah diikat dibalik pergelangan kaki. Dia menatap Zale masam.
“Kau seorang pemimpin Priam, dirimu memiliki banyak hal untuk diurus, jangan fokus pada salah satunya saja. itu terlihat tidak adil”. Tambah Helios tajam. Dari awal Helios tidak menyukai Estel. Perempuan itu akan mendatangkan banyak masalah. Helios bisa merasakannya terutama untuk Priam.
Priam terhenyak, benar yang dikatakan Helios seharusnya dia tidak terlalu sibuk memikirkan Estel dan melupakan tugasnya untuk persiapan mereka ke Bled. Baru kali ini dia mengabaikan tugasnya, Priam merasa malu dengan dirinya sendiri.
“Kau baru mengenal perempuan itu kemarin. Dia hampir memenggal kepalamu tetapi kau tetap membelanya. Aku akan membunuhnya jika jalang itu berani melukaimu lagi.
“Helios” tegur Rivan tapi terlambat. Priam sudah melompat kearah Helios, menggulingkan mereka berdua kelantai. Daemon Priam mengambil tubuhnya begitu saja. Erinyes mengigit, mencakar merobek kulit Helios. Mereka berdua meraung satu dengan kemarahan karena milik mereka diancam, yang satunya meraung karena kesakitan.
“Milikku. Harus dilindungi”. Erinyes meninju Helios tetapi sang ksatria menghindar.
Xander mengunci Priam dengan kedua tangannya, berusaha menahan Priam menyerang Helios lagi. Rivan menarik Helios berdiri “kau seharusnya menjaga mulutmu itu” Helios mendengus kesal.
Tatapan marah membara Priam akhirnya beralih pada sosok yang baru muncul di ruang pertemuan. Dia berhenti. Tak mampu menarik nafas, Estel terlihat menakjubkan dengan rambut dikuncir, celana jeans yang membentuk lekuk tubuhnya, tank top hitam dengan jaket kulit serta sepatu bot selutut.
Kemarahan Priam hilang dalam sekejap digantikan kebahagiaan.
“Milikku. Milik kita yang berharga” Erinyes menyunggingkan senyum bahagia.
Estel mengerutkan kening ketika melihat Priam ditahan oleh Xander, pria itu setengah iblis, cakarnya masih memanjang dengan mata yang semerah darah. Tatapannya terkunci pada Estel.
“Hari terindah yang pernah ada” ujar Ionia dramatis. Dewi itu menghela Estel kearah Priam, “bantu kami mengendalikan Priam sebelum Pria bodoh itu kehilangan kepala” Ionia penatap Helios sengit.
“Aku pikir kita harus bersiap untuk pergi” Estel berusaha untuk tidak melihat Priam. Sebelum turun dirinya sudah memutuskan untuk menjaga jarak dengan Priam. Pria itu marah dan Estel masih berusaha untuk bersikap egois meskipun Priam sudah menjelaskan semuanya. Sebagian hatinya ingin percaya kepada ksatria itu tetapi dirinya masih ragu.
Helios hampir menerjang Estel jika Rivan tidak memegang bahunya kuat “Perempuan sialan, kau tidak lihat kondisi Priam saat ini” geram Helios. Estel menatapnya datar. Membentengi dirinya sendiri, satu lirikan saja dan Estel tahu tidak bisa menghindari perasaan yang menyeruak hangat didadanya.
Zale berdecak lalu berjalan kearah Estel cepat menatap sang putri tajam “aku yakin Priam sudah mengatakan siapa kami. perlu kau tahu putri kami tidak ada pilihan lain. Diantara putus asa dan siksaan hanya itu tiket kami untuk keluar. Kau tidak berhak menghakimi kami. Benar kami iblis tetapi kami tidak menyakiti manusia tanpa alasan”
Estel terdiam, binggung.
“menjauh darinya Styx, milikku” geram Erinyes.
“Kau memerlukan kami, suka atau tidak. Priam mempercayaimu. Mengutamakanmu diantara semua tanggung jawab, merendahkan dirinya untuk menyelamatkanmu semalam. Suatu hal yang tidak pernah dirinya lakukan sepanjang masa hidup kami. Aku rasa kau paham apa arti semuanya itu”.
Lutut Estel lemas, dirinya terduduk dilantai. Perkataan Zale seakan menamparnya. Estel menyentuh jantungnya seakan ada pedang yang menusuk. Perasaan bersalah menyeruak bagai racun, perlahan matanya memanas, sambil menangkup kedua tangan diwajahnya Estel terisak pelan.
Raungan Priam menggema, menggila ketika melihat wanitanya pucat basi dan terisak. Xander tidak mampu menahan Priam. Priam melesat kearah Zale hendak memukulinya
“berhentilah” bisik perempuan yang memeluk Priam dari belakang. Wangi madu dan matahari membuat Priam menghirupnya dalam-dalam. Napas Estel menyebar dipunggungnya dengan hangat.
Perlahan wujud Priam kembali. Semua orang menarik nafas lega “sebaiknya kita bersiap-siap” Rivan tidak menunggu lalu melangkah keluar ruangan dengan tergesa-gesa.
Hanya tinggal Priam dan Estel setelah aksi brutal pria itu. Sebelum para ksatria pergi Priam sudah meminta maaf dan seperti biasa dirinya selalu dimaafkan.
“Tolong katakan aku tidak menyakitimu lagi” Priam menatap setiap inci tubuh Estel sambil berdoa dirinya tidak menyakiti perempuan itu ketika Erinyes mengambil alih.
“Aku baik-baik saja” tenggorokkan Estel tercekat saat mengucapkan kata-kata itu. Tiba-tiba air mata membakar matanya. Air mata malu. Malu dengan ucapan sebelumnya kepada ksatria dihadapannya.
Priam meraih tangan estel dan memeluk dirinya sejenak. Priam menatap wajah Estel yang dipenuhi air mata. Dia menangkup pipi Estel lembut, menggerakkan jarinya menghapus air mata Estel perlahan. Sebuah getaran menjalar didalam hati Estel. Dirinya tidak bisa menarik diri. Pria itu menawarkan sebuah perlindungan dari rasa bersalah. Mata ungu itu menatapnya hangat.

 

?~

#Curhat

Ksatria favoriteku Zale tapi entah kenapa ceritanya Priam yang duluan dibuat. ??

ryindini

i love reading

8 Komentar

  1. :dragonmuahsanasini

  2. :gulungguling

  3. nandyguest704 menulis:

    Bagusssss bangetttt

  4. :NGEBETT

  5. Kris Dayana menulis:

    :NGEBETT :inlovebabe :owlcinta

  6. Suka ama ceritanya

  7. Give up