Vitamins Blog

QUEEN’S CURSED : PART 10

Bookmark
ClosePlease login

No account yet? Register

41 votes, average: 1.00 out of 1 (41 votes, average: 1.00 out of 1)
You need to be a registered member to rate this post.
Loading...

Mereka, rombongan Keluarga Kerajaan Prancis telah tiba di perbatasan antara Jerman dan Prancis. Sama halnya dengan Ophelia, yang pertama kali ia lihat adalah perkampungan kumuh di antara pebukitan. Dari atas bukit, rombongan itu turun menuju dataran luas tempat perkampungan itu berada.

Berbeda dengan sebelumnya, perkampungan itu tampak sunyi dan sepi. Bagaikan tidak ada kehidupan disana. Charles memandang aneh dari balik keretanya. Ia merasakan ada sesuatu yang tidak beres dengan perkampungan ini.

“Apa… ini memang seperti yang kau lihat dulu, Aaron? Mengapa tidak ada penduduk di tempat ini?” Tanya Charles kepada Aaron.

Aaron menjawab sambil menggelengkan kepalanya. “Tidak, Yang Mulia. Ini sangat berbeda dari yang saya temui sebelumnya.”

Charles menjauhkan kepalanya dari jendela kereta sambil menutup jendela tersebut dengan tirai yang ada. Ada apa dengan ini semua? Apa semua penduduk ini telah berpindah ke pemukiman lain?

Dari balik jerami dan kandang babi yang ada, Aaron mendengarkan sesuatu yang mencurigakan. Jerami-jerami yang ada tampak bergoyang dengan aneh. Matanya yang awas tetap berusaha untuk terus fokus dan mengamati keadaan sekitar, takut bila sesuatu yang tidak di inginkan akan terjadi. 

Sesuatu yang melesat melewati pipi Aaron sehingga menyebabkan telinga sedikit terluka. Lalu, ia mendengar suara rintihan pengawal dan kuda-kuda yang melengking. Aaron menoleh ke belakangnya, tempat pengawal itu terjatuh dan ia mendapati pengawal itu tergeletak di atas tanah dengan panah yang menancap tepat di jantugnya.

Spontan saja ia mengeluarkan pedangnya dari sarungnya di ikuti dengan pengawal-pengawal lainnya. Saat mendengar suara pedang, para penduduk yang tengah bersembunyi segera keluar dari persembunyiannya. Mereka bagaikan air bah, menyerang begitu saja dengan pasukan yang banyak. Mereka hanya menggunakan alat seadanya, kapak, cangkul, tombak, dan pisau dapur. Para wanita menyiramkan air panas dan minyak ke keluarga kerajaan itu.

Charles yang melihat dari balik keretanya, mengumpat kesal. Aaron meneriakkan kepada para pengawal untuk melindungi raja dan putri. Mereka semua dengan sigap mengelilingi kereta tersebut. Tapi, mereka semua sangat kewalahan menghadapi aksi brutal para petani itu. Di tambah dengan para wanita yang terus menyiram minyak kepada mereka membuat mereka sulit untuk membuka mata.

Suasana kembali menjadi semakin gaduh saat salah satu petani berusaha untuk memasuki kereta Charles dengan memanjat kereta. Charles menarik pedangnya dan memotong tangan petani tersebut hingga ia jatuh dari kereta. Lagi-lagi ia menggeram dan mengeluarkan sumpah serapahnya. Dengan kesal, ia melompat keluar dari kereta dan berusaha melawan para petani brutal itu dengan tangannya.

Ia melihat kereta milik Claudia dan Philip tengah di serang oleh para petani tersebut. Mereka memanjat kereta seperti yang di lakukan petani itu kepadanya. Claudia berteriak ketakutan dengan Philip yang berada di pelukannya sambil sesekali ia memukul tangan-tangan mereka yang bergelayutan dengan barang seadanya. Kusir kuda keretanya membantu menyingkirkan para petani itu dari kereta untuk melindungi Claudia.

Aaron menggeram melihat petani itu semua mengerubungi kereta istri dan anaknya. Apalagi saat salah satu petani mencoba untuk menarik Philip turun dari kereta. Segera Aaron melesat kearah mereka dan menghabisi mereka dengan sekali tebasan. Ia tidak peduli bila orang-orang yang ia bunuh adalah orang-orang yang tidak berdosa. Tapi ini sudah sangat kelewatan baginya disaat tangan-tangan kotor mereka menyentuh Philip tersayangnya.

Mereka terus bertarung hingga senja tiba. Charles memerintahkan untuk tidak membunuh mereka semua. Mereka harus menyisakan satu orang untuk di introgasi agar mengetahui siapa dalang dari penyerangan ini. Aaron mengikat pria dengan topi rami itu di salah satu tiang kayu. Ia juga menempatkan pengawalnya di kiri dan kanannya.

“Siapa yang memerintahkan kalian untuk melakukan hal ini?” Aaron mulai bertanya.

Pria itu masih bergeming sambil memandang kebawah. Aaron menghela nafas kesal dan memukul wajah pria tersebut.

“SIAPA!!??”

Kepala pria itu oleng kebelakang dan menampakkan bibirnya yang terluka akibat pukulan Aaron.

“Kalian… para penjajah tidak… tahu diri.”

Charles maju kedepan dan menarik rambut pria itu untuk mendongak.

“Lihat mataku!” Perintahnya. “Kalian hanyalah sampah yang terpinggirkan oleh Alexandre. Tidak usah bergalagak bila ini adalah tanah kalian. Alexandre, raja kalianlah yang menyerahkan semuanya ke kami. Aku bisa saja menggorok lehermu sekarang, tapi aku ingin tahu siapa yang menyuruh kalian melakukan hal ini? Hah?! Bangsawan di sini? Para tetua?”

“Ka-kami… hanya ingin… merdeka…”

“Katakan, bodoh!” Charles kembali memukul wajah pria itu. “Apa kau ingin melihat istri dan anakmu meninggal lebih dulu? Kami harus menikmati tubuh mereka dahulu sebelum kami membunuh mereka. Tenang saja, kami melakukannya tepat di hadapanmu.”

Charles menoleh kepada pengawalnya. “Bawa para wanita itu kesini!”

Sebelum Charles berbalik meninggalkan pria itu membusuk di tiang, pria itu berteriak menyebutkan sesuatu yang membuat Charles dan Aaron bergeming.

“Seorang pria!”

Charles dan Aaron menoleh bersamaan. “Apa?”

“Dia… dia hanyalah pelancong dengan adik perempuannya. Anehnya dia sangat mengetahui tentang kalian… Aku… tidak tahu siapa mereka.”

Seorang pria pelancong dengan adik perempuannya? Mereka yang mendalangi ini semua?

“Aaron! Yang Mulia!”

Aaron dan Charles kembali menoleh bersamaan saat ia melihat Claudia yang berlari gusar kearah mereka. Raut wajahnya tampak panik membuat Aaron mengerutkan dahinya dalam.

“Ada apa?” Tanyanya.

“Philip! Phlip! Anakku… Dia menghilang!”