Vitamins Blog

Wayang

Bookmark
Please login to bookmarkClose

No account yet? Register

16 votes, average: 1.00 out of 1 (16 votes, average: 1.00 out of 1)
You need to be a registered member to rate this post.
Loading...

Ariana. Gadis berdarah Indonesia yang menumpang lahir di Perancis itu akhirnya berkesempatan mengunjungi tempat lahir ibunya, Indonesia setelah sekian lama tumbuh di negeri orang tanpa pernah menginjakan kaki di kampung halaman ibundanya. Ia tak henti tersenyum, membayangnyan negeri yang selama ini diceritakan almarhumah ibunya. Pasti indah dan kaya akan budaya. Terlebih ia akan langsung pergi ke pulau Jawa yang selalu didambanya.

 

Ariana masih betah berkeliling pendopo. Sesekali mengabadikan momen yang ditangkap menggunakan kamera yang ditentengnya. Ia tak jemu memerhatikan benda-benda antik di tempat yang kini disinggahinya. Sebuah padepokan seni tradisional Jawa.

Ketika melewati jejeran gamelan beserta wayang-wayangnya, ia mendengar suara yang menurutnya asing namun menarik minat.

Dilihatnya pemuda seumurannya yang telaten menggerakkan wayang, seakan memberi mereka nyawa untuk bersandiwara di atas panggung.

“Syahrep data pitana. Anenggih pundi negari kang kaeka adi dasa purwa. Eka sawiji, adi linuwih, dasa sapuluh, purwa wiwitan …”

Belum usai pemuda itu berbicara, seorang wanita yang sudah tua yang sedari tadi berada di dekatnya memotong ucapannya.

“Duh Bagas, cah bagusku, jangan seperti itu cengkoknya. Jejer itu harus halus, tenang. Namun berirama dan berwibawa.”

Entah sudah kali keberapa pemuda yang menguncir rambutnya mengulang lakon itu. Ia merasa lelah. Perkataan wanita yang sudah tua itu dijawabnya dengan sebuah anggukan, kemudian kembali mendalang.

Ariana mengerutkan kening. Ia tahu sedikit bahasa Indonesia, namun tidak begitu paham dengan beberapa kosa kata yang tadi diucapkan wanita tua pada pemuda yang dipanggil Bagas itu.

Sebelumnya, netra Bagas bersatu pandang dengan seorang gadis yang berdiri tak jauh dari sana sedang memerhatikannya dengan antusias. Gadis itu tersenyum padanya yang pula dibalasnya dengan senyuman.

Justru setelah itu Bagas mendadak jadi semakin bersemangat untuk berlatih mendalang. Sementara Ariana mendadak salah tingkah kala Bagas bertatapan dengannya.

Sementara Bagas terlihat salah tingkah, Ariana terkekeh sesaat setelah memerhatikan pendalang tampang yang bertemu pandang dengannya. Kini bagi Ariana, Indonesia tak hanya kaya dengan budaya, tapi ternyata kaya juga dengan pemuda tampan.

Fin.