Kembali aku memejamkan mata, memaksa diri untuk terlelap. Namun, belum sampai waktu berjalan hingga 5 menit aku kembali membuka mataku. Bahkan sangat lebar. Aku sangat menyadari aku tidak akan bisa tertidur jika dalam keadaan begini. Dalam keadaan perasaan yang gelisah, khawatir, takut seperti ini mana mugkin bisa memanjakan tubuh dan pikiran di kasur empuk ku ini. Sudah puluhan kalimat kurapalkan doa untuk bisa lebih menenangkan hati tapi tetap saja tak bisa tenang menuruti kemauan ku.
Aku berharap angin malah yang dingin ini yang menyusup dari celah-celah fentilasi jendela kamarku membawa pesan kegelisahan, kekhawatiran dan ketakutan ku ketempatmu agar kamu mengetahui malam ini ada seseorang yang menunggu kabarmu dengan perasaan yang kacau.
Hei, kamu..
Kembali aku bertanya-tanya, apa yang sebenarnya terjadi padamu disana? Saat ini aku ingin seperti hari-hari sebelumnya dimana malam tiba akan selalu ada cerita panjangmu menceritakan kegiatan yang kamu lakukan dan kesibukan-kesibukan mu. Saat kamu mengatakan sedang bahagia karna sesuatu aku akan tertawa bersamamu dan saat kamu mengatakan sedang sedih karna suatu masalah aku akan menghiburmu serta saat kamu sedang lelah aku akan setia menyemangatimu. Meski semua itu dilakukan hanya sebatas suara, tapi bukan kah itu sudah cukup untuk kamu merasakan betapa aku selalu ada disisimu untuk menjadi penyemangat, penghibur dan penguatmu.
Ya, aku merasakan cintamu sama seperti yang sering kamu katakan bahwa kamu juga merasakan cintaku untukmu. Sungguh aku mempercayaimu tanpa ada celah apapun, tapi…
Akhir-akhir ini aku selalu menghitung hari hingga malam ini. Menghitung tepatnya kamu tak menghiraukan ku. Dan malam ini tepat 7 hari, seminggu dimana kamu tak berkabar denganku. Kamu tak mengindahkan berbagai pesan dan panggilanku.
Ada apa sebenarnya denganmu? Apa terlalu jenuh dengan hubungan jarak jauh ini? yang hanya bisa bersayang-sayang dengan mendengarkan suara atau hanya melototi layar hp untuk bisa melihat wajah yang begitu dirindukan. Jika kamu bertanya padaku.. ada saatnya aku merasa jenuh juga tapi itu hanya karna aku terlalu merindukanmu, terlalu membutuhkanmu menjadi nyata disisiku. Lalu lambat laun rasa jenuh itu hilang ditutup makin besarnya rasa sayangku padamu. Aku pun menyadari lebih baik merasa jenuh dari pada mencari jalan terbaik karna jika sudah mencari jalan itu hanya ada satu jalan keluarnya yaitu..
Hingga pikiran-pikiran buruk selalu merecoki otakku. Apa tanganmu patah hingga tidak bisa mengetikan pesan untukku? Apa pita suaramu putus hingga tak bisa menelpon dan berbicara barang semenit? Atau apa kamu kecelakaan hingga koma jadi tidak bisa memberiku kabar?. Tapi pikiran-pikiran itu tak memiliki arti apapun, tak mampu membuatku terlalu takut. Aku lebih takut dengan pikiran bahwa kamu punya yang lain, kamu telah membagi hatimu untuk seseorang disana. Itu terlalu buruk yang dilakukanmu saat aku disini gelisah menunggu kabarmu hingga terlalu khawatir dengan keadaanmu.
Tapi aku berharap jagalah kepercayaan hati ini. Jangan sampai ada kekecewaan diantara hubungan 3 tahun ini. Aku hanya berharap kabarmu yang mengatakan kamu baik-baik saja agar aku bisa menghilangkan perasaan kacau ini. Aku tidak berharap ada pesan panjang penjelasan atau seribu alasan dari mulutmu tapi yang aku harapkan saat ini hanya pesan singkat se singkatnya yang membuktikan kamu masih hidup. Ya, itu saja. Sehingga rasa gelisah,khawatir dan takut ini segera pergi dari malamku yang selalu terasa dingin ini.
***
Pagi yang cerah menyambutku namun aku nya tak secerah matahari pagi ini. Jam 9 aku bangun dari ranjang empuk ku langsung memeriksa hp, namun kembali aku menelan kekecewaan karna hp ku tak memiliki notifikasi sama sekali. Apalagi dari dia. Aish, membuatku tambah stress saja. Kembali aku mendesah lelah, memilih keluar dari kamar mencari sang mama tercinta. Pasti saat ini di meja makan sudah ada nasi goreng yang sangat enak buatan mama.
“Ma..mama” aku berteriak memanggil wanita yang telah melahirkanku 23 tahun silam itu.
“Mama..hah!” Terkejut. Aku hanya bisa ternganga melihat pemandangan di ruang tamu. Dia..
“Aduh Bee kamu kok berantakan gitu nggak malu apa sama calonnya” Suara mama menyadarkan ku dari keadaan syok berlebih. Aku melototi tamu itu seakan tidak percaya dia ada dihadapanku, dirumah ku. Dan apalagi maksud mama.. Calon? Aku bingung.
“Kamu? Kenapa bisa ada disini?” Tanya ku masih dalam keadaan linglung tak mempedulikan perkataan mama tadi. Dia tidak menjawab dan malah terlihat menahan tawa. Apa ada yang lucu?
“Bee mandi dulu sana bersihin dulu ilernya” Mendengar perkataan mama membuatku secara otomatis memegang sudut bibirku. Mandi? Iler?
“Aaaaaa…” Aku berteriak seraya mengambil langkah seribu menuju kamarku kembali. Aku bisa melihat tatapan gelinya itu. “Maluuu”
“Bodohnya kamu Bee. Gadis tolol masa mempermalukan diri sendiri sih,” Aku sibuk merutki diriku setelah melihat penampilan super berantakan ku dicermin. Mata panda, rambut singa, ya ampun.
Tapi kenapa dia kesini pagi-pagi lagi? Setelah sekian lama nggak ada kabar dia main datang saja kerumah ini. Huhh cowok ngesilin, cowok yang nggak ada peduli-pedulinya sama pacar cantiknya ini. Sudahlah Bee lebih baik kamu mandi terus temui pacar tanpa kabar mu itu.
***
Setelah mandi secepat kilat aku kembali menginjakan kaki diruang tamu memilih tempat duduk di sofa sisi kanan mama yang berhadapan langsung dengan dia. Jangan harap aku menundukan kepala karna malu akan kejadian tadi, aku memang malu tapi perasaan kesal lebih mendominasi.
“Ada apa?” tanyaku ketus
“Aduhh Bee jangan gitu ah sama nak Arkin. Nak Arkin mama tinggal dulu ya..ngomong aja sama Bee. Bee terima mama juga bakal terima kok.” Sebelum aku bertanya apa maksud mama tadi, mama sudah beranjak meninggalkan aku dan juga Arkin. Huhh mama main tinggal saja.
“ Kenapa kesini? Aku pikir kamu lupa ada pacar disini?”
“Sebelum kita bahas-bahas hal itu ikut aku ke halaman belakang,” aku hanya bisa mendengus kesal melihat sikap Arkin. Dia selalu seperti itu tukang perintah. Apa dia tidak tahu kalo pacarnya ini sedang mode marah, kesal dan jengkel. Tapi meski begitu aku tetap mengikuti langkahnya ke halaman belakang rumah.
“Jadi ada apa?” kembali aku bertanya setelah mengambil posisi duduk masing-masing dibangku panjang yang memang ada dari sebelum aku lahir. Aku mengambil sisi kiri mencoba menjaga jarak dengan Arkin yang mengambil posisi duduk disisi kanan.
Aku tahu Arkin sedikit jengkel melihat tingkahku. Jika saja saat ini kami baik-baik saja pasti dia sudah mendesisih mengatakan aku kekanak-kanakan. Jika sudah seperti itu aku pasti makin mengganggunya dengan sikap manja berlebih. Emm.. kangen saat itu.
Pacarku Arkin Fidel cowok berusia 25 tahun, cowok yang kelewat dewasa dibandingkan aku yang anak manja sepertiku. Arkin bukanlah tipe cowok cuek yang irit bicara, dia tipe yang ramah tapi saking dewasanya dia itu hanya mau membicarakan hal-hal penting saja.
Sejak dua bulan yang lalu Arkin keluar kota karna tuntutan pekerjaan. Jadi sejak saat itu juga kami harus menjalani apa yang kata orang bilang LDR. Hari-hari sebelumnya komunikasi kami masih lancar hingga seminggu terakhir ini komunikasi kami benar-benar terputus. Tapi kini Arkin ada dihadapanku, jangan-jangan dia minta pu..Ah tidak mungkin. Jauhkan pikiran itu Bee..
“Bee, apa kamu masih ingat pertemuan pertama kita,” Aku segera memandang Arkin yang sedang memandang langit seakan kembali mengumpulkan segala potongan memori di pertemuan pertama kami. Pertanyaannya itu seakan membuka kenangan lama kami yang terjadi 3 tahun yang lalu. Meski kesal juga sedikit tidak mengerti kenapa Arkin membahas hal itu aku tetap mengangguk menyatakan aku tak pernah lupa akan kejadian itu tak lupa juga memperlihatkan senyumku saat Arkin juga sedang menatapku dengan senyum manisnya.
Flashback
“Aauu” Aku memegang dahiku yang baru saja menabrak sesuatu yang keras hingga membuatku terjungkal kebelakang.
“Maaf, nona saya tidak sengaja” Ujar cowok yang menabraku itu seraya mengulurkan tangannya hendak membantuku bangun. Aku dengan senang hati menyambut uluran tangan itu agar aku bisa berdiri. Setelah berhasil bangun, diam-diam aku memperhatikannya, ganteng tapi tidak seganteng Ji Chang Wook, senyumnya manis meski lebih manis punya oppa chang wook ku, dan seperti tipe pria kantoran yang kalem. Emm..boleh juga.
“Aku juga salah nggak liat depan, jadi nabrak deh,” Ujarku ramah.
“Apa masih sakit?” tanya pria itu sambil mengelus dahiku yang sempatku elus tadi. Wow! Nggak kenal tapi berani main elus aja jidat anak orang mana muka didekatin lagi kewajahku kan jadi…
Sebelum pipiku memerah seperti tomat karna perlakuan pria asing ini tanganku ditarik kasar hingga…
Plakkk
Apa? Apa yang terjadi barusan? Aku baru saja ditampar ya.
“Dasar cewek kurang ajar, nggak tau malu lo ya ngegodain cowok orang,”
Tentu aku syok dengan kejadian seperkian tadi. Aku barusan ditampar depan umum terus dituduh godain cowok. Oh my god, berani-berani tuh cewek..
Sebelum aku sempat membalas tamparan cewek gila itu, cowok tadi sudah menariknya menjauh. Terlihat jika cewek itu berontak berusaha melepaskan diri dari tarikan kasar cowok itu. Aishh kenapa cowok itu harus narik cewek gila itu padahal aku sudah mempersiapkan serangan 10 kali lipat karna berani-berani nya menampar pipi mulusku, dia juga memfitnah ku bikin makin kesal saja. Jika bertemu lagi aku akan membalasnya, aku orang pendendam loh.
Aku akhirnya memilih duduk dibangku yang ada ditaman ini. Menghela napas berat meratapi hari minggu buruk ini. Tadinya aku ingin menikmati hari libur ini dengan berjalan-jalan ditaman menghilang kan jenuh karna status jomblo yang aku miliki, tapi malah lebih sial lagi. Biar jomblo aku anti ngegodain cowok orang kali lagian aku kan tadi hanya perhatikan dikit-dikit nggak banyak kok eh malah dapat hadiah pipi merah dari pacar sialnya itu. Mana pipiku masih perih lagi, aduh nasibmu Bee.
“Nona,” Panggilan itu, ‘nona’. Siapa yg memanggilku begitu? Bukankah cowok yang… Segera saja aku mengangkat kepalaku dan ternyata benar saja. Cowok tadi berdiri dihadapanku kalau tidak salah dia memandang khawatir padaku.
“Ada apa lagi? Belum cukup pipi dan dahi ku jadi merah2 gini hah,” marahku padanya. Ngomong-ngomong aku punya hak untuk marahkan.
“Aku kesini bukan nyari masalah lagi kok hanya ini,” Ujat pria itu seraya menunjuk kantong es batu yang ada ditangan kanannya. Tanpa ditanya pun aku tahu apa maksudnya membawa es tersebut. Jadi aku tak mempersalahkan cowok itu yang sekarang sudah duduk di sampingku. Dia mengambil saputangan lalu digunakanya untuk membungkus potongan kecil es batu itu. Selanjutnya aku dibuat terkejut karna dinginnya es batu itu juga karna cowok itulah yang secara langsung mengompres pipiku. Aduh sekarang rasa-rasanya benar aku berselingkuh dengan cowok ini. Ya ampun gimana kalau saja cewek gila tadi melihat kami berdua begini bisa-bisa pipi kanan aku lagi yang kena sasaran.
“Hmm.. Soal kejadian tadi maaf ya saya benar-benar nggak nyangka Cindy berani nampar kamu.” Ujar cowok itu memecah keheningan diantara kami terlihat juga dia merasa sangat bersalah. Kompresannya pun berpindah dari pipi ke dahiku. Posisi kami makin dekat saja hingga sukses membuatku jadi deg-deg an.
“Oh, cewek gila itu namanya Cindy toh. Eh, itu aku enggak mak…” Mulutmu Bee masa nyebut cewek itu gila depan pacarnya lagi. Aku hanya bisa menunduk saking takutnya. Setelah itu aku mendengar kekehan dari cowok itu.
“Cindy memang cewek gila tapi tidak seperti dipikiranmu nona, Cindy bukan pacar saya dia hanya mantan pacar yang masih teropsesi sama saya” Aku hanya mengangguk tanda mengerti dengan penjelasannya itu. Entah kenapa aku merasa puas dengan kata mantan yang baru saja cowok itu katakan. Ada kesempatan gitu buat dekatin dia, eh abaikan.
“Eh..ngomong-ngomong aku bukan nona mu. Aku Bevita Ri, kamu bisa panggil aku Bee, Vita atau Rii terserah kamu. Aku tersenyum manis sembari memperkenalkan diri. Selanjutnya dia menyudahi kompresan di dahiku lalu mengulurkan tangannya untuk berkenalan yang tentu saja aku sambut dengan senang hati.
“Saya Arkin Fidel, kamu bisa panggil saya Arkin. Senang berkenalan denganmu Bee,” Cowok yang bernama Arkin itu juga menampilkan senyum lebar miliknya. Ah dia memanggilku Bee padahal biasanya orang akan lebih memilih memanggilku Vita, Bee itu panggilan kesayangan mama untukmu. Kayanya Arkin tahu kalo aku akan jadi kesayangan dia nanti, ngayal dikit boleh kan.
“Apa sudah baikan?”
“Sudah lebih baik kok. Panasnya udah nggak”
“Sekali lagi saya minta maaf ya karna saya kamu jadi sial hari ini. Emm..boleh minta no. hp kamu?”
“Eh, no hp?” Wow! Arkin ternyata kategori cowok agresif masa langsung minta no. hp segala.
“Maksud saya minta no. hp kamu itu supaya saya bisa bertanggung jawab lebih soal kejadian tadi, mungkin sebagai permintaan maaf saya bisa mentraktirmu makan lain kali.”
“Oh..” Aku hanya ber oh saja sembari menyebutkan 12 angka yang menjadi no. hp ku sedangkan Arkin sibuk mengetikan angka yang aku sebutkan itu. Arki sibuk menyimpan nomorku sebagai kontak sedangkan aku sibuk memperhatiaknya. Kalau diperhatikan benar-benar Arkin itu manis loh.
Selanjutnya Arkin memaksa untuk mengantarku pulang. Sejak saat itu hubunganku dengan Arkin teras berlanjut.
Flashback end
Ternyata mengenang pertemuan pertama kami membuat hatiku menghangat. Dulunya Arkin hanya sebatas orang asing bagiku kini sudah menjadi seseorang yang begitu berartinya untukku.
Aku kembali tersenyum saat merasakan tanganku digenggam oleh tangan besar Arkin. Genggamannya masih saja menimbulkan kehangatan, kenyamnan yang seakan mengaliri tubuhku. Kembali aku jatuh cinta padanya lagi dan lagi seakan tanpa batas. Sekarang aku bingung apakah aku masih marah?
“Dulu, kamu tau kenapa aku berani-beraninya langsung minta no. hp mu? Ingin bertanggung jawab itu hanya alasan. Yang sebenarnya itu karna aku ingin memastikan getar di hatiku saat kita bertabrakan waktu itu apa tetap bertahan hingga kita benar-benar saling mengenal. Dan ternyata getar itu tidak hilang sama sekali malah selalu bertambah saat aku didekatmu.”
“Maaf selama tujuh hari ini aku menghilang. Aku hanya sedang memikirkan sesuatu yang penting. Sesuatu yang bisa mengubah hidupku dan juga hidupmu Bee, aku memikirkan apakah selama 3 tahun ini cukup membuat kita siap menjalani hidup bersama. Bagiku ini merupakan sesuatu yang tidak bisa diputuskan hanya karna keinginan tapi kita perlu memikirkan. Sekarang aku sudah menemukan jawabannya yaitu aku sudah siap dan aku harap kamu pun sudah siap Bee”
“Will you marry me, Bevita Ri?”
Aku..aku tidak bisa berkata-kata lagi. Dia melamarku? Arkin melamarku..Astaga! Meski saat ini dia tidak berlutut dihadapanku, meski dia tidak membawa mawar atau mengajakku dinner romantis tapi ini sudah cukup, sudah sangat cukup. Bagiku hal paling membahagiakan adalah hari dimana aku bisa bertemu dan mengenalnya, tanpa sengaja tapi tentu itu sudah ada dalam catatan kecil hidupku bahwa dialah jodohku.
Sekarang aku hanya bisa mengangguk. Aku tak bisa menahan air mataku saat Arkin memasangkan sebuah cincin di jari manisku. Setelahnya tentu kami berpelukan, berharap hubungan kami akan seerat pelukan ini, tak akan pernah putus seperti cincin ini. Inilah ujung cinta kami meski aku tahu ini bukan akhir perjuangan hidup kami tapi setidaknya untuk saat ini aku tidak lagi susah tidur di malam hari karna kegelisahan, kekhawatiran atau ketakutan ku melainkan karna terlalu bahagia. Terima kasih Arkin, kamu pelengkap hidupku.
Selesai
Itu saja :)
Cieeeee Lucy
Spesial bikin cerita yg bikin melting ting ting nih ehmmmmmm
Kebiasaan deh note ny bilang ‘itu aja’, aq tadi mau nulis ‘komen, itu aja’ haha, apasih ini haha
Arkin bikin Bee deg2an aja dah, ngilang tau2 ngelamar, aduhhh bungkus dah bungkus cwo yg berani ngelamar kyk gtu mah, kerennnn, berani bngt gtu ehhh haha
Ohhhh jdi dia tuh ngomong mau mempertanggung jawabkan buat jangka panjang alias mau di nikahin si Bee ny yak haha *abaikan komen bagian ini
Ditunggu karya2 lainnya
Semangat trs ya Lucy
Hadehh harusnya di reply mlh nggak kak palah
Jwbnya ada diatas yah hehe
Hihi iya ga apa2 Lucy kdng aq jg suka salah reply hihi
Hahaha
Soalnya lgi mendambakan seorang Arkin jg nih kak, klo ada pngn bungkus jg hehe
Iya kak palah makasih udh baca cerita gak jelas ini :MAWARR
Mendambakan???? Lucy dah mau nih klo ujug2 dilamar ??? hihi
Aminnnn, mga dpt yg terbaik ya Lucy
Semangat