Vitamins Blog

PANDORA’S CURSED : PART 12

Bookmark
ClosePlease login

No account yet? Register

35 votes, average: 1.00 out of 1 (35 votes, average: 1.00 out of 1)
You need to be a registered member to rate this post.
Loading...

Seketika Ophelia menjadi panik. Ia segera berdiri dari bath-up tersebut untuk menghalangi cermin tersebut dari pandangan Charles. Ia menggigit bibirnya. Charles telah melihat Samuel, apa yang harus ia lakukan? Ia takut bila Charles mengetahui mengenai dirinya.

 

“A-apa maksudmu, Pangeran?”

 

Ophelia mencoba untuk bersikap biasa. Berekspresi lugu dan tidak tahu apa-apa mengenai bayangan itu.

 

“Lihat di cermin itu, Ilana! Lihat! Disana ada iblis dengan mata merahnya!”

 

Charles benar-benar seperti orang yang tidak waras. Ophelia berpura-pura untuk melihat kearah cermin. Ia keluar dari bath-up dan berjalan menghampiri benda panjang itu. Ophelia bernafas lega ketika bayangan Samuel telah tidak ada disana. Tapi ia tahu, Samuel pasti masih berada di dalam ruangan ini.

 

“Tidak ada apa-apa, Pangeran. Hanya ada bayanganku disini.”

 

Charles mendongak, menampakkan wajahnya dari balik lututnya. Lalu ia menggeram dan beranjak dari bath-up, tidak memperdulikan keadaan dirinya sekarang. Charles mendorong Ophelia menjauh dari cermin.

 

Charles mengerutkan keningnya saat bayangan yang ia lihat telah tidak ada. Cermin itu kosong dengan beberapa bercak di pinggirnya dan juga bayangan dirinya yang basah kuyup dan acak-acakan. Charles meraba-raba cermin tersebut, berharap bila penglihatannya itu benar.

 

“Aku melihatnya! Aku bersumpah melihatnya!”

 

“Pangeran…”

 

Charles menoleh saat mendengar seseorang memanggil namanya. Suaranya berat, tidak seperti Ophelia. Spontan ia langsung menoleh dengan kesal. Oliver Hortbell, pelayan setia dan pengirim pesan ratu masuk ke dalam ruangannya. Bak mandi ini hanya diberi tirai tipis yang membatasinya dari ranjang dan furniter di kamar Charles dan juga sebagai simbol itu adalah area pribadi. Tapi sayangnya Oliver tidak menghiraukannya.

 

Suasana yang tidak nyaman dan aneh membuat Oliver membelalakkan matanya melihat Charles dan Ophelia sedang bersama dengan keadaan Charles yang telanjang bulat. Merasa malu dan tidak sopan, ia langsung memutar balik tubuhnya membelakangi Charles.

 

“Berani-beraninya kau masuk ke area pribadiku tanpa seizinku!!”

 

Charles menggapai keranjang handuknya dan melemparnya kearah Oliver yang untungnya hanya mengenai punggung Oliver tanpa membuatnya luka. Charles memberi isyarat kepada Ophelia untuk memberinya handuk. Sambil menundukkan kepala, Ophelia memberi Charles sehelai handuk untuk menutupi tubuhnya. Pipinya benar-benar terasa panas.

 

“Ratu menyampaikan ingin bertemu denganmu di gazebo taman.”

 

“Baiklah,” Charles kembali mengambil handuk yang di berikan oleh Ophelia. “Keluar!” Perintahnya.

 

Oliver langsung keluar mendengar perintah tersebut, begitu juga dengan Ophelia. Ia tidak ingin menganggu Charles dan juga ia ingin menghindari mengenai masalah bayangan iblis itu. Samuel tiba-tiba saja keluar di hadapan Charles dan itu membuat Charles shock. Ia tidak ingin Charles membahas hal itu lagi.

 

“Tidak denganmu, Ilana,” Ophelia langsung menghentikan langkahnya. “Kau harus membantuku memasangkan baju.”

 

Ophelia berbalik. Ingin membantah tapi saat ia melihat kilatan marah yang masih terpancar di mata biru dingin Charles, ia akhirnya memilih untuk menuruti katanya.

 

–{—

 

Charles berjalan menyusuri taman belakang istana hingga ia berpapasan dengan Alexandre. Alexandre tengah berada disana sambil menikmati pemandangan di taman istana. Alexandre memunggingnya, tidak menyadari atas kehadirannya. Charles tetap diam, tidak berjalan melewatinya dan menunggu saat Alexandre menyadari kehadirannya. Hingga saat itu datang dan Alexandre mengangguk dan menyapanya.

 

“Pangeran Charles. Selamat siang,” Sapanya.

 

“Selamat Siang, Raja Alexandre. Aku ingin melihat-lihat?”

 

“Tentu saja.”

 

Charles memberi isyarat kepada Alexandre untuk mengikutinya. Mereka berjalan di taman, mengobrol sejenak sambil menghirup udara segar.

 

“Pernikahan berjalan dengan cukup lancar. Dan juga mereka sedang berbulan madu di rumah Aaron yang berada di perbatasan Ibu Kota,” Charles menjawab saat Alexandre bertanya mengenai kabar Claudia.

 

“Claudia sangat mencintai Aaron. Ia berkata kepadaku saat mereka bertemu di Jerman saat itu.”

 

“Aaron bisa dibilang pria yang sangat didamba di Prancis. Aku sangat terkejut saat ia bisa menggaet Putri Jerman,” Charles terkekeh. “Biasanya Aaron tidak tertarik dengan wanita.”

 

Alexandre menatap heran kepada Charles. Tatapan kaget yang penuh arti yang sangat mengejutkan— dan membuat beberapa orang jijik. Charles terkekeh sambil mengibaskan tangannya menanggapi tatapan Alexandre.

 

“Bukan, bukan begitu. Aaron bukan penyuka sesama jenis,” Alexandre akhirnya memohon maaf. “Aku hanya belum pernah melihat Aaron melakukan hal-hal seksual.”

 

Yah— bisa dibilang seperti itu, kecuali saat Charles menemukan Ophelia di rumah Aaron. Dan saat itulah ia menganggap adiknya masih waras. Sayangnya Aaron menyukai seorang wanita di saat yang tidak tepat. Setelah beberapa hari Aaron membawa Ophelia kerumahnya, Aaron harus bertunangan dengan Claudia.

 

“Pangeran,” Charles menoleh. “Aku sudah memberikan emas, tanah, dan adikku kepadamu. Bisakah aku meminta sesuatu kepadamu?”

 

“Raja tidak pernah memohon. Apa yang kau inginkan?”

 

Charles tahu akan hal ini. Ini belum saatnya.

 

“Prajurit. Aku ingin prajurit.”

 

“Sayangnya aku belum bisa memberinya kepadamu, Yang Mulia. Semua tahapan harus butuh proses.”

 

“Aku tahu itu tapi—.”

 

“Ratu pasti juga mengatakan hal yang sama. Dan lagi prajurit bukanlah hal yang bisa dijadikan alat tukar-menukar.”

 

“Aku sudah memberikan apa pun yang kalian inginkan! Tidak bisakah kalian memberikan prajurit kepada kami!?”

 

Alexandre menaikkan suaranya. Charles menoleh kepadanya, menyipit kesal.

 

“Diam kau, Yang Mulia. Aku sudah cukup berbaik hati kepadamu. Seharusnya aku sudah lama menghancurkan kerajaanmu itu dan meraup semuanya, prajurit, emas, dan juga wanitamu. Untungnya kami masih bisa berbaik hati padamu. Diam dan jangan banyak bicara.”

 

Alexandre mengetatakan gerahamnya. Ia telah dihina, ia telah diancam oleh Charles yang tak lain adalah seorang Pangeran. Ini penghinaan baginya. Tapi aura gelap Charles membuat ia tidak bisa berkutik.

 

Charles menjentikkan tangannya dan menatap kearah Oliver yang dari tadi mengikutinya di belakang.

 

“Bawa tamu kita ke dalam kamarnya. Tampaknya ia sedang tidak sehat,” Perintah Charles.

 

“Baik, Pangeran.”

 

Oliver berjalan kearah Alexandre dan memaksanya untuk mengikutinya. Alexandre memberontak. Diseret oleh seorang prajurit adalah salah satu penghinaan bagi seorang raja.

 

“Aku tidak mau!” Alexandre terus memberontak. Lalu, ia melirik sinis kepada Charles. “Kau tidak bisa melakukan hal ini Charles!     Aku adalah raja! Kau bersikap tidak sopan kepada raja!”

 

“Terserah….”

Charles hanya diam ditempatnya dan melihat Alexandre yang tengah di seret oleh Oliver. Dia tidak peduli bila Alexandre adalah raja. Toh tidak lama lagi Kerajaan Jerman menjadi miliknya.

 

–{—

 

“Dia Raja Charles terdahulu. Si pembunuh anak kutukan.”

 

Samuel menjelaskan lukisan yang tengah menarik perhatian Ophelia. Ophelia akan baru pergi ke kamarnya, tapi ia terhenti saat ia melihat lukisan ini di lorong. Lukisan Raja Charles yang pernah di lihat oleh Claudia sebelumnya.

 

“Raja Charles?” Ophelia menoleh sekilas kepada Samuel. “Pembunuh anak terkutuk?”

 

“Anak terkutuk pertama, Marlene.”

 

Ophelia melangkah mendekati lukisan itu. Ia terus memandang, mengamati setiap detail lukisan seolah-olah lukisan itu memanggilnya. Itu hanya lukisa biasa. Tapi ada sesuatu hal yang membuat Ophelia merasakan perasaan yang mendalam di lukisan ini.

 

“Lukisan ini tampak biasa saja. Tapi aku merasakan hal yang aneh,” Komentar Ophelia. Ia meraih bingkai yang berlapiskan emas tersebut.

 

“Apa kau terasa dekat dengan lukisan ini?”

 

Ophelia mengangguk sambil terus menatap lukisan tersebut.

 

“Lukisan ini memang tampak seperti biasa saja, tapi ada sesuatu di balik lukisan ini,” Samuel ikut meraih bingkai lukisan yang besarnya hampir menutupi tinggi dinding tersebut.

 

“Dibalik bingkai emas lukisan ini terdapat tulang-belulang Marlene,” Ophelia menoleh dengan raut terkejut. “Putri yang malang itu diseret di tengah alun-alun kota saat pertengahan musim panas. Saat itu ia kelaparan di sel tahanannya. Marlene tidak dapat mengeluarkan kekuatannya karena ia tidak dapat berburu jantung lagi.

 

“Raja Charles memerintahkan untuk menggantung dan menelanjangi Marlene. Lalu, mereka mengulitinya seperti hewan ternak. Setelah itu karena belas kasihan, Ratu Charles memerintahkan untuk memenggal kepalanya dan memotong empat bagian tubuhnya. Raja Charles mengambil salah satu bagian tubuhnya dan memajangnya disini— di dalam bingkai ini.”

 

Samuel tiba-tiba terkekeh. “Sebenarnya kutukan itu hanya berlangsung sampai Marlene saja. Tapi karena tulang ini berada di istana ini dan setiap Ratu yang memandang lukisan ini pasti akan melahirkan bayi yang terkena kutukan yang sama seperti dirimu.”

 

Ophelia meringis. Ia bisa membayangkan bagaimana menyeramkannya hukuman yang diterima oleh Putri Marlene.

 

“Ti-tidak… A-aku tidak ingin seperti itu.”

 

Samuel mendekati Ophelia dan mengelus pipinya. “Tenanglah, kau tidak akan mendapatkan takdir seperti itu.”

 

“Bagaimana kau tahu?”

 

“Aku melihatnya sendiri…”

 

Kata-katanya menggantung begitu saja dan Samuel tiba-tiba saja berubah menjadi asap hitam. Ophelia melirik kesana kemari. Ia belum puas dengan jawaban Samuel. Ia ingin lebih, ia ingin lebih tahu mengenai nasibnya di istana ini.

 

“Samuel…” Panggilnya.

 

Tapi ia terhenti saat ia melihat sesuatu di ujung lorong. Ada yang datang, dua orang. Tampak laki-laki dan juga perempuan dengan pakaian mewahnya. Suara sepatunya teredam oleh karpet-karpet yang membentang di sepanjang lorong. Ophelia memilih untuk minggir.

 

Sayangnya ia melihat wajah Aaron samar-sama dari kejauhan. Dan saat itu juga ia menyadari bila Aaron bersama dengan Claudia, istri barunya. Bukankah mereka sedang bulan madu? Kenapa mereka masih berada di istana? Ophelia berprasangka mungkin saja mereka cepat kembali dari bulan madu mereka karena suatu hal.

 

Ophelia membalikkan punggungnya dan berjalan menyelinap ke pinggir lorong. Lebih baik ia pergi saja agar Aaron tidak melihatnya. Dalam hati ia berharap bila Aaron tidak mengenalinya.

 

“Ophelia…”

 

Astaga! Jantung Ophelia meloncat keluar. Aaron memanggilnya. Dan lebih parahnya ia memanggilnya dengan sebutan “Ophelia”. Claudia melirik kearah Aaron. Lalu, ia melirik kearah punggung Ophelia.

 

Ophelia memilih untuk terus berjalan meninggalkan mereka. Lebih baik ia bersikap tidak tahu apa-apa. Tapi sialnya Claudia memanggilnya dengan suara keras dan dengan nada menyindir.

 

“Seharusnya pelayan akan membalikkan tubuhnya menghadap majikannya saat dipanggil,” Ophelia menghentikan langkahnya. “Bukannya terus berjalan tanpa melirik sedikit pun kebelakang. Itu adalah tanda-tanda pelayan kurang ajar.”

 

Ophelia menghentikan langkahnya. Ia menghela nafasnya dan memilih untuk berbalik. Ophelia terus menundukkan kepalanya sambil menautkan kedua jari-jarinya.

 

“Pangeran memanggil saya?” Tanyanya. “Maafkan saya. Saya tidak menjawab karena Pangeran bukan memanggil nama saya. Nama saya Ilana.”

 

Aaron tertegun. Ia salah bicara tadinya. Ia memanggil nama Ophelia. Pandangannya beralih ke lukisan Raja Charles di sampingnya. Untungnya di lorong ini hanya ada mereka bertiga, Aaron, Claudia, dan Ophelia. Mulai sekarang ia harus menjaga mulutnya agar tidak membahayakan posisi Ophelia di istana.

 

“Maafkan aku,” Kata Aaron.

 

Claudia melirik kepada Aaron dan juga Ophelia. Ia menyipitkan matanya, menatap lekat-lekat wajah Ophelia. Claudia mengerucutkan bibirnya sambil melirik kesal kepada Aaron.

 

“Bukankah dia wanita simpananmu yang kau sembunyikan di rumahmu, Aaron? Kenapa kau memanggilnya? Dia sekarang telah bersama Charles?”

 

Aaron membelalak saat Claudia mengucapkan hal itu secara tiba-tiba. Ia ingin membuka mulut untuk menjawab tapi Claudia tidak ingin menghentikan kata-katanya.

 

“Dia hanya wanita penghibur, Aaron. Apa kau masih mencintainya?”

Bersambung…

5 Komentar

  1. Vote dulu yaa :LARIDEMIHIDUP

  2. panas ne panas….. apa yg akan aaron lakukan? :LARIDEMIHIDUP

  3. farahzamani5 menulis:

    Cieeeee yg ketakutan liat Samuel
    Cieeeee yg kepergok sma Oliver
    Charles Charles Charles, aihhh jahat bngt dikau
    Aduhhh ngebayangin putri Marlene kok sakit bngt ni hati yak huhu
    Mga bnr kta Samuel klo Ophelia ga akan bernasib sama
    Cieeee ada yg cemburu sma Ophelia hihi
    Gaswat nih klo sampe putri Claudia mikir ada apa2 antara Ophelia dan Aaron pdhl kan mereka ade kk
    Ditunggu kelanjutanny
    Semangat trs ya

  4. seinnabilla menulis:

    Hadeuhhh….. makin seru adja ya. Nggak tau harus ngomong apa.

  5. nananafisah184 menulis:

    Claudia cemburu yaa.. Wkwk