Vitamins Blog

Secangkir Kopi Penghilang Sepi

Bookmark
ClosePlease login

No account yet? Register

15 votes, average: 1.00 out of 1 (15 votes, average: 1.00 out of 1)
You need to be a registered member to rate this post.
Loading...

 

Hari ini aku duduk di kafe yang dahulu kita datangi bersama. Tak banyak hal yang berubah; meja-meja cokelat dengan setangkai bunga mawar, aroma kopi yang bercampur dengan harum parfum, dan kicauan pengunjung di sore hari. Tidak ada yang berubah….

Kecuali fakta bahwa tidak ada lagi dirimu yang menemaniku.

Rasanya aneh, maksudku ketiadaan kehadiranmu. Biasanya kita akan memperbincangkan rasa kopi yang kita pesan. “Aku suka yang pahit,” katamu padaku. Aku mengangguk. “Cocok denganmu.” Lalu, kau akan memberengut, tidak terima dengan komentar yang aku utarakan.

Aku bahkan masih bisa mengingat dua lesung pipi yang muncul saat kau tersenyum, pasrah dengan omelanku mengenai caramu memandang dunia.

“Kau hanya perlu membaca dengan cara berbeda.”

Sampai sekarang aku masih belum mengerti maksud dari membaca dengan cara berbeda. Perlukah aku mengerti alasan dedaunan menguning saat musim berubah? Ya, aku tak perlu alasan untuk mencintaimu. Sesungguhnya aku tak mengerti alasan hati ini memilihmu … bukan yang lain.

“Karena aku tercipta untuk melengkapi kekuranganmu,” rayumu.

Kita bahkan bukan sepasang anak remaja yang sibuk memikirkan rumus fisika. Aku terlalu tua untuk hal semacam itu, namun jiwaku merindu rasa yang sama; kerinduan, perhatian kala senyummu merekah, dan genggaman yang bisa menguatkanku.

“Bagaimana bila suatu saat rambutku memutih dan aku tak lagi cantik?” tanyaku padamu.

Kau pun tersenyum, menggenggam jemariku dan menjawab, “Tak peduli seberapa banyak jumlah uban yang kaumiliki, aku akan mendampingimu.”

Tahukah kau? Jawaban itu tak cukup menyenangkanku.

Ada kegundahan yang menyertaiku. Kadang aku mencemaskan hal-hal kecil seperti, apakah pilihanku ini sudah benar dan sebaliknya.

“Jangan terlalu dipikirkan,” hiburmu.

Hatiku berkata ada sesuatu yang berubah darimu. Keluhan yang aku utarakan padamu itu sebenarnya hanyalah sebentuk ketakutan yang lama aku pendam. Akhir-akhir ini kau mulai jarang menyapaku; sekedar bertanya kabar. Katamu dirimu milikku seutuhnya, hanya milikku seutuhnya.

Sayangku, aku tahu itu tidak benar.

Ada seseorang yang mulai menggeser keberadaanku dari ruang hatimu. Dia, wanita yang kini bersamamu, adalah salah satu dari sekian alasan mengapa aku merasa tersiksa saat kau berada bersamaku.

Bagaimana aku bisa merasa bahagia bila kau yang aku cintai tidak benar-benar berada bersamaku. Tubuhmu bersamaku, namun tidak dengan hatimu.

Aku ingin mencintaimu secara sempurna; tubuhmu, jiwamu, pikiranmu, serta hatimu. Bagiku tidak boleh ada kata “setengah” dalam mencintai, bila aku mencintaimu, maka itu artinya aku benar-benar membutuhkanmu.

Sangat membutuhkanmu.

“Laki-laki tak bisa menjaga hatinya untuk satu wanita,” begitulah yang dipesankan kawanku. Haruskah aku memercayai naasihat lama tersebut? Seringnya aku bertanya arti diriku untukmu? Kenapa begitu mudahnya kau berpaling ke yang lain?

Tidak, aku tak ingin meyalahkanmu. Justru aku ingin menanyakan sesuatu pada diriku, “Kenapa harus mencintaimu?”

Ya, kenapa?

Saat ini aku benar-benar merasa kosong. Seberapa keras usahaku menutup lubang yang ada di dada ini; rasanya tak ada cara yang ampuh untuk menyembuhkan luka di hati selain belajar melupakanmu. Sayang, aku tahu melupakan tak semudah bayangannya.

Ah, lagu lama kembali diperdengarkan di kafe ini.

Secangkir kopi hitam terhidang di hadapanku. Warnanya pekat, seperti hariku tanpamu. Kusesap rasa pahit yang disediakan minuman tersebut.

“Pantas,” kataku.

Ya, pantas saja kau menyukai pahitnya kopi. Mungkin saat itu kau berusaha memikirkan cara untuk melepaskanku. Dan kini aku pun melakukan hal yang sama: menyesap secangkir kenangan pahit di antara kita.

 

5 Komentar

  1. Huaaaaa. Baper bacanya, kak.?

  2. farahzamani5 menulis:

    Karena aq tercipta untung melengkapi kekuranganmu, tp knp engkau pergi sih huhu
    Tubuhmu bersamaku tapi tidak dengan hatimu
    Akhirnya jleb
    Jdi kata2 dicwo yg bilang kopi itu pait tuh kode yak huhu
    Nebak ahhh, pasti abis denger lagu armada yg asal kau bahagia kan ni ka galuh ny hihi

  3. Pahitnyaaa ??

  4. fitriartemisia menulis:

    haduuuuhhh, filosofi kopi painya pait bener yaa :PATAHHATI

  5. syj_maomao menulis:

    Pahitnya hubungan aihh :LARIDEMIHIDUP
    Pernah aku nemu kutipan dalam watty yang isinya intinya itu jika ada dua pilihan dalam hatimu pilihlah yang kedua, karena jika kau tulus mencintainya dan hatimu kuat, maka seharusnya tidak ada yang kedua… :PEDIHH