Sita namanya,
wanita yang digariskan bersanding
dengan sang penakluk Alengkadiraja.
Sita namanya,
wanita yang oleh Rahwana
disandingkan di singgasana milik rajadiraja.
Sita namanya,
wanita yang digariskan bersanding
dengan sang penakluk Alengkadiraja.
Sita namanya,
wanita yang oleh Rahwana
disandingkan di singgasana milik rajadiraja.
Bila esok tak jadi milikku,
akankah kudengar desau angin yang
lewat di antara batang bambu
nan hijau bagai alas perdu?
Bila esok tak jadi milikku,
Kekasih hati, bila kau mendengar desau angin di padang pasir, maka kau akan mendengar sebagian doa yang kupanjatkan pada-Nya. Dalam setiap kerinduan yang kuselipkan di setiap butir tasbih, tak jemu aku katakan kerinduan hati. Kau mungkin berdiri di bawah langit dan mendengar sedikit kegusaranku.
Pernahkah hatimu meragu? Merasa segala hal yang berputar di sekitarmu hanyalah ilusi belaka? Kau tak yakin, atau tak pernah berharap, menjadi bagian dalam lingkaran kehidupan?
Kuhitung bayangmu.
Melalui jemariku.
Melalui ujung saku.
Melalui titik paku.
Kugenggam bayangmu.
Sebelum fajar tiba.
Sebelum hati iba.
Aku masih belum bisa menerjemahkan bahasa cinta. Seringnya aku telat menyadari tanda yang tampak jelas di kedua matamu. Kau tak pernah mencurahkan lara di hati, tidak pula berceloteh perihal denyut yang menyesakkan dada, dan seluruh rahasiamu. Kau tak ingin membaginya, dan aku pun tak berani meminta lebih dari apa yang mampu kauberikan padaku.
Entah mengapa aku senang melihat kerlip indah yang terpantul di kedua matamu. Seolah ada ratusan kunang-kunang dalam sorot matamu. Yah, aku tak yakin kau menyadari binary indah tersebut. Atau mungkin hanya aku seorang yang bisa melihat pancaran indah tersebut.
Boleh Saja Berharap
Boleh saja berharap.
Pada malam yang sunyi.
Pada langit yang tampak akan runtuh.
Pada esa yang tak terbilang.
Sebatang Pohon yang Kesepian
Sebatang pohon yang kesepian.
Sebatang pohon tumbuh di luar sana.
Tiada pohon lain yang tumbuh di tanah lapang itu.
Bagai samudra yang melingkupi bumi.
Saat prahara menghampirimu; menggoda iman dan keteguhanmu, maka cobalah untuk menunduk dan menyebut nama-Nya. Ingatlah pada segala rahmat yang oleh-Nya diberikan padamu.
“Aku ingin sepuluh tangkai mawar kuning,” pintamu.
“Tidakkah kau menginginkan yang lain?” tanyaku.
Kau menggeleng, tidak mau.
Cinta yang tak terbalas itu menyedihkan.
Hanya mampu melihat tanpa memiliki kuasa untuk menyentuh.
Tidak bisa disebut ada.
Meski begitu, cinta yang tak terbalas tetaplah cinta.
Pernahkah kalian merasa terikat dengan seseorang hingga tak memikirkkannya selama sedetik pun tersa berat? “Rindu,” katamu. Padahal kau baru saja bertemu dengannya. Entah mengapa segala hal terasa benar saat kau berada di dekat “ia” yang kausayangi.
Dukaku kadang tak beralasan, muncul dan tenggelam laksana buih di pinggir pantai. Kata orang aku terlalu lemah hingga segala yang mereka katakan mengenaimu pun tak aku pedulikan. Atau mungkin aku terlalu larut dalam kebersamaan kita?
Saat hujan datang hatiku berubah sendu. Rintiknya mengusik kenangan yang ingin aku lupakan. Tentang bagaimana tak berdayanya diriku saat ini. Tentang ketidakpuasan akan hidup yang aku rasakan. Lalu mungkin tentang dunia itu sendiri. Semuanya jadi terasa tidak menyenangkan.
Hari ini aku duduk di kafe yang dahulu kita datangi bersama. Tak banyak hal yang berubah; meja-meja cokelat dengan setangkai bunga mawar, aroma kopi yang bercampur dengan harum parfum, dan kicauan pengunjung di sore hari. Tidak ada yang berubah….
Kata orang cinta itu seperti embun di pagi hari; menyejukkan hati yang haus akan kasih, membilas dahaga dengan madu, dan menyegarkan jiwa yang merindu untuk disadarkan oleh perhatian. Cinta yang benar-benar menutupi seluruh benak dengan bayangan. Cinta yang membutakan.
You’re only getting farther
You’re the only one
It hurts and hurts and it’s foolish but good bye
Though I may never see you again, you’re the only one