Vitamins Blog

REFLEKSI KEADILAN

Bookmark
Please login to bookmark Close

17 votes, average: 1.00 out of 1 (17 votes, average: 1.00 out of 1)
You need to be a registered member to rate this post.
Loading...

aku melihat mereka berkumpul, bergerak, menyuarakan keadilan

“..wahai kalian yang rindu kemenangan, wahai kalian yang turun ke jalan..”

aku juga melihat ribuan militer bersiaga di sisi lainnya,

merapatkan barikadi, bersiap-siaga, dan tank perang berdatangan.

Apakah ini gambaran sebuah perang Baratayudha??

Perang saudara yang kalah jadi abu yang menang jadi arang itu?

Oh, jangan TUhaaan.

Mereka semua bersaudara, satu negeri, satu hati, satu tujuan, tapi tidak satu pemikiran.

Langit Jakarta yang panas tidak mampu menghentikan hawa mencekam ini.

Gelora semangat aksi berkobar,

“kepada para mahasiswa, yang merindukan kejayaan.

kepada rakyat yang kebingungan, di persimpangan jalan.”

Gelora api peperangan dimata militer tersulut,

Suara tembakan berdatangan,

satu suara sirine ambulans terdengar

dua suara sirine ambulans semakin mendekat,

tiga lampu ambulans mulai jelas terlihat,

semakin lama suara sirine ambulans semakin menggila.

Tiap menit seolah-olah diisi sirine ambulans.

Militer mulai menampakkan taringnya,

membubarkan habis para peserta aksi.

Membubarkan dalam artian sebenarnya,

menuju ke rumah sakit, penjara, atau kuburnya.

Lagu kemenangan militer mulai membahana,

menyoraki matinya nurani pemerintah,

menyoraki runtuhnya rumah keadilan,

dan terkuburnya hak-hak rakyat.

aku melihat itu seperti film kehidupan yang tak pernah berhenti.

menakutkan, aku sangat takut Tuhan.

————————————————

Aku menjerit, Aku dianggap gila oleh kawanku.

tidak terjadi apa-apa didepanku.

hanya lalu lalang besi yang ditunggangi manusia.

Film itu tidak sedang berlangsung, tapi aku seperti melihanya lagi Tuhan.

Tidak dalam kekerasan secara langsung,

berganti cara, gaya, manuver, dan tekniknya.

Tetapi intinya di sini sama,

keadilan tidak lagi berpihak pada rakyat jelata seperti aku ini.

Negeriku tidak lagi sama seperti janjinya pada kami.

Negeriku tidak lagi menjadikan kami Raja dan Ratunya yang harus dijunjung dan diagungkan.

Rakyat jelata tetaplah rakyat jelata.

Jika rakyat jelata berduit, maka dia akan mendapatkan keadilan dan menjadi Raja.

Jika rakyat jelata miskin, maka negeriku akan menolak keadilan baginya.

Negeriku tak lagi memiliki kaca utuh.

Negeriku tak ubahnya timbunan kaca pecah yang tak mampu digunakan.

Tuhan, semoga api kecil yang disebut kepercayaan ini tak pernah padam.

pada keadilan, pada semangat juang, dan pada hidup sesuai dengan PERIKEMANUSIAAN DAN PERIKEADILAN.

Berikan manusia-manusia yang mampu menyusun mozaik pecahan-pecahan kaca menjadi kaca utuh,

agar mampu digunakan untuk melihat kebenaran dan keadilan yang sesuai dengan hak-hak rakyat.

11 Komentar

  1. farahzamani5 menulis:

    Hidup keadilan
    Semangattttttt

    1. farahzamani5 menulis:

      Kata2ny keren bngt ini
      Ditunggu karya2 lainnya yak

    2. @shinminjonghwa menulis:

      :YUHUIII

  2. Kereennn bgt

    1. @shinminjonghwa menulis:

      :owlcerahceria

    2. ???

  3. ReniPuji_14 menulis:

    waw keren bgt… menyentuh :owlcerahceria

    1. @shinminjonghwa menulis:

      :dragonmuach

    2. Setujuuu

  4. fitriartemisia menulis:

    keadilan !!!

  5. Hidup keadilan!