Vitamins Blog

DWINA part 7

Bookmark
Please login to bookmarkClose

No account yet? Register

Love it! (No Ratings Yet)

Loading…

7. Alergi

 “Alerginya masih tahap awal tapi, jika kondisinya semakin memburuk tolong langsung dibawa ke rumah sakit karena bisa berefek bahaya. Dan setiap orang memiliki variasi sendiri atas gejala alerginya” pesan dokter langsung tertanam di otak Arya. Ia harus membuat Dwina tetap dalam keadaan hangat. Segera ia menyuruh Pak Kliwon membeli tambahan pemanas ruangan portebel di toko elektronik.

Arya juga membaca beberapa artikel di internet tentang alergi dingin. Efek dari alergi tersebut mulai dari hal yang sederhana seperti gatal-gatal, bentol sampai paling bahanya terjangkit sesak napas karena pembengkakan di saluran pernapasan berujung skenario terburuknya adalah kematian. Dwina tidak boleh mati duluan sebelum dia mendapatkan perempuan itu. Entah mulai dari kapan dirinya tertarik pada Dwina. Sudah lama sekali Arya bisa merasakan kembali hal menggebu-gebu dalam hatinya. Apalagi Bayu benar-benar mewanti-wantinya untuk menjaga ketat Dwina.

Saat ini Dwina sedang mencoba mencicipi bubur sumsum buatan Teh Kila sebagai tester. Ada kerutan khawatir di wajah Teh Kila, takut kalau bubur buatannya tidak berhasil sukses. Kila sangat ingin menyenangkan Ibu mertuanya kalau dia juga bisa memasakan makanan enak dan layak untuk Abang Ares. Dwina tidak kunjung memberi respon hingga satu mangkok bubur sumsum buatannya hampir kandas, kesal merayapi Kila. Gadis itu sesekali hanya memandangnya dengan tatapan datar tanpa mengatakana apapun.

“Kasih komentar dikit dong, Teteh kan penasaran” Kila akhirnya buka suara

“Udah enak kok Teh, coba tanya Bang Ares” tukas Dwina. Bukan bermaksud menyedihkan Teh Kila. Sayangnya memang wajah Dwina terlalu datar, masih memikirkan perkataan dokter tentang alerginya.

“Dia mah pasti bilang masakan buatan Teteh itu enak semua” Bang Ares mendapati pelototan dari istrinya lagi. Bagi Ares, intinya masakan buatan Kila bisa ditelan olehnya saja sudah sujud syukur. Nggak perlu ribet-ribet seperti kurang asin atau lainnya. Malah bakalan berakhir rumit dan membuat Kila sedih. Istrinya yang berniat belajar masak untuknya saja, hati Ares sudah sangat tersentuh. Kila terlalu terbebani oleh keinginan Ibunya.

“Aku mau nyobain juga dong” seru Arya yang ikut-ikutan nimbrung di meja makan dapur duduk diantara Dwina dan Abang Ares.

Entah kenapa Dwina langsung menyuapi bubur sumsum miliknya ke mulut Arya. Mungkin sudah menjadi kebiasaan Dwina bertingkah seperti itu dirumah. Arya mah senang-senang saja Dwina bersikap romantis seperti itu.

“Enak kan?” tanya Dwina sambil tersenyum dengan manik mata berbinar. Arya ingin sekali kalau dirinya jadi lupa diri dan langsung mencium bibir Dwina.

“Woy kedip lo” Abang Ares langsung memukul punggung adiknya dengan keras untuk menyadarkan adiknya, bisa gawat kalau Dwina sampai nangis di tatap horor kayak begitu. Teh Kila menahan tawa melihat tingkah Arya yang tidak tahan menatap Dwina. Kayaknya adik iparnya bener-bener harus dinikahin dengan Dwina secepatnya. Lihat saja wajah nafsu Arya mirip sekali seperti suaminya yang bertampang Psyco. Ingin menerkam habis-habisan bila lepas kendali.

“Enak kok-enak..” Arya mencairkan suasana hatinya dengan merespon bubur sumsum yang kini terasa hambar di lidahnya karena ada yang lebih manis, sehingga dia lupa rasa bubur sumsum tersebut. Pandangannya tidak lagi kearah Dwina bisa-bisa ia lepas kontrol. Muncul bayangan Dwina di pelupuk mata Arya sedang bercelana pendek dan menampilkan kaki mulus nan jenjang membuatnya menelan salivanya berulang kali. Pikiran Arya semakin keruh. Untung saja yang tau hanya dia dan Allah. Jadi nggak begitu malu-maluin ketahuan berpikiran mesum.

“Tapi tambah enak kalau gula merahnya ditambahin jahe kak biar kerasa seger” Dwina mengalihkan alur pembicaraan mereka. Untung saja Teh Kila mendengarkan sarannya dengan serius, tidak berbalik meledeknya karena wajahnya sedang merah padam. Jantungnya berdetak keras ketika Arya tadi menatapanya lekat dan panas… Seharusnya ia tidak menyuapi Arya. Hati Dwina sungguh kesal melalui hal memalukan seperti ini, terlebih ada dua orang lain yang menonton mereka. Baginya kejadian ini hampir sama dengan Angel ketika itu mencium Galih. Huh..

Suara tangisan anak kecil terdengar keras dari arah halaman belakang. Mereka bertiga bergegas menuju sumber suara. Ternyata Tio memukul adiknya sendiri hingga Fiah menangis. Kila segera membawa Fiah ke dalam gendongannya menenangkan anaknya.

Dwina paling benci anak kecil menangis rasanya kepalanya bisa pecah apalagi mengurusi anak nakal. Ditatap tajam Tio yang terlihat tak bersalah sama sekali sedang bersedekap erat.

“Aduh Bang Tio nggak boleh begitu” tukas Arya menggunakan nada lembut untuk meluluhkan sifat keras Tio. Sayangnya tidak untuk Dwina, ia tau anak seperti ini tidak bisa menggunakan cara lembut, akhirnya ia angkat bicara.

“Tio tau nggak seorang Kakak itu tugasnya apa?” tanya Dwina tegas seketika suasana mendingin. Tidak secuilpun Dwina melepaskan tatapan tajamnya dari Tio. Ada perasaan gusar dalam diri Tio mendapatkan pertanyaan seperti itu.

“Tugas kakak itu harus sayang sama adiknya, ngejaga adiknya, jangan dibenci! dia saudara kamu, memang Fiah salah apa ke kamu sampai kamu pukul dia?” penjelasan itu begitu serius.

“Dia nginjek mobil-mobilan aku” Tio menunjuk mobil-mobilan telah berbentuk mengenaskan.

“Tapi tetep semarah apapun kamu nggak boleh mukul Fiah. Nggak baik itu. Kenapa kamu nggak ngomong ke Ibu atau Ayah atau nenek kamu kan bisa? mungkin kamu bakalan dibeliin lebih bagus dari itu. Ngerti nggak?” Dwina menggunakan nada penekanan membuat Tio semakin ketakutan pada dirinya.

Bukan hanya Arya saja yang tak berkutik pada sikap Dwina, Bang Ares dan Teh Kila juga tidak menutupi rasa kagumnya sama sekali. Padahal sulit sekali mengurusi anak nakal satu ini, bahkan Teh Kila dan Bang Ares sudah merasa kualahan memperingati, memarahi bahkan sampai memukul Tio.

“Jawab dong!” suara Dwina melembut sambil berlutut didepan Tio untuk menyamakan tinggi.

“Aku udah ngerti” buliran air mata Tio terhapus oleh Ibu jari Dwina kemudian memeluk Tio erat.

Kadang kala mendidik anak itu harus sedikit dikeraskan dan jangan sampai kita melarang seorang anak tanpa alasan jelas. Anak kecil itu juga butuh penjelasan tidak hanya orang dewasa saja.

“Kalau Bang Tio bersikp baik kan kelihatan lebih ganteng, lebih keren. Fiah pasti bangga punya Abang kayak kamu” pikiran buruk Tio luntur begitu saja saat senyuman Dwina tampil apik di hadapannya. Nyatanya Dwina tidak semenyeramkan itu.

Hebat sekali, kali ini Dwina membuat tiga orang keluarga Arya terpaku padanya. Cara Dwina sangat mudah untuk dilakukan menghadapi seorang anak tapi, hanya sedikit orang yang mengetahui cara mendidik anak dengan baik dan benar. Termaksud Bang Ares dan Teh Kila walaupun mereka sudah memiliki dua orang anak. Namun, Dwina tampak lebih berpengalaman.

“Tau nggak Kak Tio, Ibu kamu bikin bubur sumsum enak banget…, tadi Kak Dwina udah nyobain enak banget tau” Dwina menggandeng tangan Tio menuju dapur mendudukannya pada salah satu kursi makan kemudian menyiapkan semangkuk kecil bubur sumsum untuk Tio lalu menyuapi anak tersebut dengan telaten. Bang Ares, Teh Kila juga Kak Arya mengikuti mereka berdua duduk dikursi makan tanpa secuilpun melepaskan pandangan dari Dwina.

“Enak kan?” tanya Dwina antusias. Dan dibalas anggukan samar dari Tio.

“Seharusnya aku yang disuapin” tukas Arya jengkel. Iri sekali dirinya pada Tio yang diberi perhatian lebih dari Dwina, seiring kesini irinya semakin memarah ketika Dwina mencium pipi gembil Tio. Ck… Dasar anak kecil nggak tau diri lagi mau pdkt digangguin.

“Ih Om Arya kan udah gede masih minta disuapin” seru Tio dengan tatapan songong pada Arya.

“Biarin, emang salah?” tukas Arya tak mau kalah dengan anak kecil, harga dirinya bisa ambles.

Beberapa saat kemudian dapur kembali diisi oleh tiga orang dewasa dan tambah Teh Bika sedang menimang-nimang bayi pertamanya berumur dua bulan selepas Tio pergi bermain bersama sepupunya bernama Akbar.

“Coba jelasin gimana caranya kamu naklukin si Tio?” Teh Kila tidak tahan ingin mengetahui rahasia Dwina menaklukan Tio.

“Ehmm ya gitu deh Teh” Dwina agak kesulitan menjelaskannya karena Ia lebih suka langsung menerapkannya.

“Ya gitu gimana?” Abang Ares menimpali Dwina tidak puas dengan jawaban tak ber-arti itu.

“Ehm… anak itu harus sedikit dikerasin jangan hanya dibiasain manja. Nggak imbang jadinya, dia nggak akan ngehargai kita sebagai orang yang lebih tua. Setiap anak itu butuh penjelasan kenapa kita melarang dan membolehkan suatu hal, kayak tadi aja. Aku kasih penjelasan kenapa nggak boleh mukul Fiah karena seorang kakak itu harus sayang adiknya. Bukan hanya orang dewasa aja yang butuh penjelasan. Apalagi anak itu invenstasi keluarga, mau kita cetak seperti apa itu anak. Salah cetak gawat. Bahkan bisa merusak banyak orang. Maaf ya kak marahin anaknya. Aku pusing ngeliatin anak kecil nangis apalagi badung, bawaannya gregetan.”

“Nggak papa kok, malah itu bagus banget” seru Teh Kila

“Oh satu lagi ini pengalaman hidup aku sih.. tapi, cukup berguna. Kita itu harus tarik ulur perasaan orang lain terlebih untuk anak kecil”

“Tapi kamu tau semua itu dari mana?”

“Nonton ceramah ustad di YouTube cara mendidik anak dengan baik, berhubung aku sering dititipin tiga keponakan dari pihak Ibu. Jadi aku berusaha cari tau cara mudah mendidik anak. Rata-rata sepupuku itu paling nurut sama aku dari pada Ibunya sendiri”

Dwina menunjukkan channel YouTube ustad favoritnya dari ponselnya pada Kak Kila. Satu sisi lain yang telah diketahui Arya, ia tidak menyangka pola pikir Dwina benar-benar luas walaupun dia masih muda dan sering mendekam dirumah.

“Kadang orang berpikir lebih baik untuk membaca buku psikologis anak padahal dalam islam pembelajaran mengurus anak itu berbanding jauh lebih bagus. Disini kita dikasih tau kiat-kiat dan cara menangani baik seorang anak. Tau nggak satu rahasia penting, belajar tentang al-quran itu bikin IQ naik kak! kerenkan?”

Memang ada Dwina itu bikin hati adem…

8 Komentar

  1. Dwina udah cocok tuh jadi Ibu,,
    tunggu apalagi , ayo Arya cepet gaet si Dwina,,
    nanti disamber orang lho,,
    eh, tapi gak usah cepet” lah,,
    Aryanya aja belum siap jadi Ayah,,
    masa sama anak kecil aja iri,,

  2. wahhh tambah seru nih…

  3. Wahh2 dwina emang calon wonder mom

  4. Sekarang dwina buat kagum kakak dan kakak iparnya arya , dwina bisa naklukin tio
    Arya uda mulai melakukan serangan2 hehehhe
    Uda arya nikahin dwina secepatnya

  5. Udh siap jadi calon ibu nih

  6. fitriartemisia menulis:

    dwina itu wife materials banget yaaa hahaha

  7. Dwina keren bgt dah ah??

  8. Ditunggu kelanjutannyaa