8. You’re Mine
Atmosfir memanas di tengah hawa udara yang dingin. Jenny memandang tajam Jonathan yang tadi mengatakan, kalau mulai sekarang namanya akan berganti menjadi Valencia Giovinco. Gejolak jiwanya seketika langsung naik ke ubun-ubun. Di sisi nyata, Jenny mencibir Jonathan secara terang-terangan. Dia tidak peduli laki-laki itu akan marah atau tidak. Yang jelas, dia ingin melampiaskan semua amarahnya.
“Gurauanmu tidak lucu sama sekali Jo,” sindir Jenny.
“Aku sedang tidak bergurau,” balas Jonathan tak kalah serius menghadapi sisi paling keras dari perempuan di hadapannya sekarang.
Jonathan bangkit dari kursinya, melangkah memutari meja untuk mencapai posisi Jenny yang sedang duduk dengan punggung tegang.
Alih-alih mengetahui niat Jonathan, Jenny segera berdiri kemudian melangkah ke arah pintu. Hatinya terus mengatakan, keberuntungan akan memihaknya sebentar lagi. Walaupun dirinya harus melawan takdir.
Jonathan membuat senyuman miring khasnya. Dia melangkah cepat dan meraih tangan Jenny dengan kasar hingga menghadap ke arahnya. Tubuhnya menyudutkan tubuh perempuan itu ke dinding.
Mereka saling berhimpitan, ketika Jonathan menciumi leher Jenny serta membelai lembut pahanya yang terlapis drees abu-abu terlapisi kain menerawang di luarnya, menimbulkan sensasi panas penuh sensual.
“Sekarang namamu berubah menjadi Valencia Giovinco,” darah Jenny menggigil menyandang nama itu. Ada sesuatu asing merasuk ke dalam sudut hati paling dalam dan dirinya tidak kuasa menahannya.
“Tidak akan pernah!” Jenny berseru penuh kebencian dengan menggunakan sisa akal sehatnya yang terkontaminasi oleh tangan Jonathan yang bergerak memanjakan inti tubuhnya.
“Kau sangat basah sayang..” Eluh Jonathan langsung mencium bibir Jenny rakus. Namun, tidak ada lagi Jenny yang merespon dengan senang hati ciuman itu.
Selang beberapa menit ciuman mereka terlepas. Pandangan keduanya berkabut terliputi oleh gairah.
Jenny mendorong tubuh Jonathan perlahan seperti tidak ada unsur untuk menjauh. Permainan sebentar lagi akan dimulai. Siapakah yang akan menang?
“Don’t fucking touch me,” umpatan itu terdengar terlalu lembut untuk menyiratkan kata pemberontakan.
“Aku tidak akan menyandang nama sialanmu itu sampai kapanpun. Ini diriku! Jadi yang mengendalikan utuh diriku adalah aku! Selama ini aku selalu menuruti perintahmu karena kemauanku bukan kau Jonathan. Kau terlalu percaya diri dapat memilikiku seutuhnya,” topeng keangkuhan kembali terbentuk rapih pada wajah Jenny. Jangan sampai dirinya kalah oleh kukuhan The Ruthless.
Karena ini awal dari peperang dan Jonathan baru mulai membuka sedikit demi sedikit sikap kejamnya. Tapi yang menjadi pertanyaannya, kapan semua ini akan berakhir? dan sampai tahap manakah Jenny harus bertahan?
“Jangan menantangku Jenny, kau membuatku marah,” dijambaklah rambut Jenny oleh Jonathan terliputi emosi lalu tubuh gadisnya di hempaskan ke atas sofa.
Ditahanlah kedua tangan Jenny dalam satu genggaman kuat. Bibirnya dicium kasar. Jenny terdiam. Pikirannya kini menjadi buta memandang kegelapannya masa depan. Namun, nasibnya tidak boleh seperti gadis sebelumnya yang dipatahkan kakinya oleh Jonathan, itu kisah yang diam-diam dia dengar dari para pelayan.
Bibir lembut Jenny digigit hingga darah muncul. Disesap darah itu oleh Jonathan dengan nikmat. Kemudian dia melepaskan ciuman diantara mereka supaya Jonathan mendapatkan raut wajah ketakutan gadisnya.
Hasilnya yang didapatkan adalah nol. Jenny memberinya pandangan kosong.
Gadis Spanyolnya selalu membuat dirinya terpakau. Dia akan menggunakan cara berbeda untuk melawan sosok monsternya sampai jiwa Jonathan menjadi penasaran untuk menerima kejutan selanjutnya.
“Kau pernah mengatakan akan menghukumku hingga membuatku putus asa dan memohon padamu, aku menagih hukumanku.”
Hukuman yang terbayang oleh Jenny adalah siksaan fisik seperti ayah kandungnya dulu lakukan. Sekarang siksaan itu dia butuhkan untuk menutupi rasa kesedihannya.
Jonathan tersenyum senang. Untuk kali ini biar dirinya yang memenangkan permainan. Di belai lembut pipi gadisnya sambil mengatakan.
“Hukuman untukmu sedang berjalan. Karena kau berani meninggalkan jejak untuk Alan Bennet.” Jenny menegang Jonathan menyebutkan nama daddynya. Ada banyak dugaan buruk mengenai hukuman Jonathan untuknya.
“Jenny Violena sudah mati. Aku membunuhnya di Hotel Dupont Circle, Washington D.C. dan orang tuanya akan menguburnya lusa,” seru Jonathan begitu serak sembari menjilat telinga Jenny.
Menculik seorang gadis yang memilki postur tubuh seperti Jenny lalu mengoperasi setengah wajahnya sama persis dengan Jenny dan merusak setengah wajahnya yang lain dengan air keras. Kemudian dia menyuruh Peter untuk membunuhnya secara sadis di hotel tepat bersamaan jasadnya Hardy-laki-laki yang memberi penawaran $ 700,000 USD pada Jenny.
Jenny menyingkir dari kukuhan tubuh Jonathan. Dia berdiri di atas kaki yang hampir goyah. Emosinya meledak.
“KAU GILA JONATHAN!” jerit Jenny.
Bagaimana dia bisa terlepas dari Jonathan jika daddynya berhenti mencarinya dan menganggap dirinya telah mati.
“Tepatilah kontrak sialan yang telah kau buat ini.” Jonathan memberikan kertas kontrak pada Jenny yang telah dia ambil dari lantai. Lalu melanjutkan ucapannya “Perintahku yaitu lupakan nama Jenny Violena, karena aku telah membuat identitas baru yang telah di sahkan oleh pemerintahan Rusia”
“Persetan dengan kontrak itu!” balas Jenny geram.
“Kau menjebak dirimu sendiri pada kukuhan seorang The Ruthless”
Jonathan memeluk tubuh gadisnya dengan erat. Menikmati setiap inci aroma tubuhnya di balik sikap kaku karena putus asa.
“You’re mine“
~~~~~TBC~~~~
udahlah Jenny gak usah ubah nama depannya,,
nama belakangnya aja,,
jadi Jenny Giovinco,, kan mereka kayak udah nikah jadi,,
Rencanax sad ending ato happy ending thor??
Rahasia.. nanti juga tau sendiri. Biar kamu penasaran, >_< [author tertawa jahat] :bebekngintipdendam
Wah semoga happy end yah, kurang seneng yg sad, paling ya akunya kabur :LARIDEMIHIDUP :LARIDEMIHIDUP
:PATAHHATI
waduh, Jo,, kau cerdas hahaha
Ditunggu kelanjutannyaa