Vitamins Blog

The Ugly Princess : Chapter 2

Bookmark
Please login to bookmark Close

“Ibu pokoknya kita harus segera menyingkirkan Rosela. Aku tidak mau calon suamiku tahu aku punya adik yang buruk rupa. Lagi pula semua orang tahu kalau Rosela sudah mati”, Putri Seina berjalan mondar-mandir di depan ibunya yang sedang duduk dengan gusar di serambi ruang istirahat. Tangannya terkepal, matanya menatap jauh ke depan.

“Ibu…ibu tidak maukan kalau pernikahanku dengan pangeran Evans gagal hanya gara-gara Rosela. Pangeran Evans adalah pewaris tahta kerajaan Violentin, dia akan menjadi seorang raja. Dengan aku menikah dengannya, aku akan menjadi ratu dan aku bisa memperbaiki masalah yang ada di kerajaan ini”. Putri Seina duduk menghadap ibunya. “Lagi pula untuk apa menahan lama-lama gadis cacat di istana, itu hanya akan menambah beban”.

Ratu Eliza menatap Putri Seina dengan tatapan tak percaya. Bagaimana putri Seina bisa berkata sekejam itu. “dia adalah adik kandungmu sendiri Seina. Bagaimana kau bisa berkata sekejam itu”.

“Iya, tapi ayah sudah membuangnya ibu. Ibu harus terima itu, Rosela sudah tidak bisa diharapkan lagi. Dia itu cacat. Dia hanya akan menjadi aib untuk keluarga kerajaan”.

“Hentikan Seina!”, bentak Ratu Eliza.

“Tapi itu memang kenyataan ibu. Rosela tidak dapat kembali seperti semula. Dia itu cacat seumur hidup. Dia itu cuma jadi beban untuk kita. Kerajaan ini sedang dalam masa krisis dan kita harus segera mengambil tindakan untuk menyelamatkan kerajaaan ini. Satu-satunya cara adalah aku menikah dengan pangeran Evans. Tapi jika masih ada Rosela di istana ini, pangeran Evans tidak akan mau menikahiku”.

Ratu Eliza kembali terdiam dan merenung. Keputusan Raja Bowman untuk menganggap Rosela mati adalah hal paling menyiksa untuknya. Bagaimanapun Rosela adalah anak kandungnya juga. Anak yang begitu dia sayangi. Tetapi keegoisan dan harga diri yang tinggi dari sang Raja, menyuruhnya untuk tidak dekat-dekat dengan Rosela dan juga mengabaikannya. Rasanya sangat sakit ketika melihat dan mendengar Rosela menangis sendirian di kamarnya, ingin sekali ia merengkuhnya kedalam pelukannya. Ingin sekali ia bercengkerama dengan Rosela seperti dulu, bercerita, bercanda bersama. Tapi dinding yang dibuat sang Raja sangatlah kokoh untuk ditembus. Ratu Eliza hanya bisa diam dan menatap Rosela dengan sembunyi-sembunyi sembari perih dihatinya.

Kini putrinya sendiri, Seina, memintanya untuk menyingkirkan Rosela dari istana ini. Mana mungkin dia bisa melakukannya, dia adalah seorang ibu. Hatinya sakit seperti diiris-iris oleh sebilah pisau.

“Ibu, jika ibu tidak mau menyingkirkan Rosela dari istana ini, biar aku saja yang melakukannya”, Putri Seina berdiri dari kursinya dan berjalan keluar meningalkan Ratu Eliza. Mata sang ratu memandang kepergian putrinya dengan pandangan pilu.

***

“Tuan putri, sehubungan dengan akan diadakannya pernikahan Putri Seina dengan Pangeran Evans, maka Raja meminta tuan Putri Rosela untuk sementara waktu dipindahan ke castil Alpenia”. Berita dari pengawal itu mengejutkanku. Castil Alpenia sangatlah jauh, berada di ujung paling timur kerajaan ini. Butuh waktu hampir 3 hari untuk bisa sampai kesana. Selain itu jalanan menuju castil itu sangatlah susah dan melewati tebing-tebing yang curam. Castil itu tersembunyi di antara bukit-bukit yang mengelilinginya. Sebenarnya castil itu, lebih tepat sebagai tempat pengasingan.

Setelah menyampaikan berita perintah dari Raja, pengawal itu memohon diri. Aku mengamati pengawal itu keluar dari kamarku. Aku masih tidak percaya, keluargaku akan benar-benar membuangku. Aku menghembuskan nafas berat. Aku bangkit dari dudukku dan berjalan ke arah lemari pakaianku. Ku keluarkan sebuah koper berukuran cukup besar, lalu kumasukkan beberapa pakaianku ke dalamnya.

Diana masuk kekamarku dengan tergopoh-gopoh. “Apa benar kalau tuan putri akan dipindahkan ke Alpenia?”, tanyanya sedikit terengah. Aku menganggukkan kepalaku lemah. “Benar-benar sungguh tega mereka.” Aku hanya tersenyum masam mendengar kata-kata Diana. “Kalau begitu ijinkan saya untuk ikut tuan putri, saya ingin menemani tuan putri disana”.

Aku menoleh ke arah Diana, “Tidak Diana, kau lebih berguna disini dari pada aku”, kataku masih sambil menata barang-barang kedalam koper.

“Tuan Putri, saya tidak ada gunanya disini jika tidak ada tuan Putri”. Aku menghentikan aktifitasku dan menoleh kearah Diana.

“Diana…Terima kasih telah menyayangiku sepenuh hati. Terima kasih telah menjadi pengganti ibu untukku. Terima kasih telah menjadi guru yang terbaik untukku. Terima kasih telah mendampingiku selama ini, membelaku, menjagaku. Terima kasih untuk semua yang telah engkau berikan padaku”. Aku meraih tangan Diana dan menggenggamnya. “Terima kasih karena selalu menggenggam tanganku seperti ini. Aku tidak mau menjadi bebanmu lagi ataupun beban semua orang disini”.

“Tidak tuan putri…tuan putri tidak pernah menjadi beban untuk saya. Saya sudah menganggap tuan putri seperti anak saya sendiri”. Setetes air mata jatuh dari mata Diana.

“Diana, sejak aku masih kecil hingga saat ini, kaulah yang menjadi sandaranku. Kaulah yang selalu menopangku. Kini saatnya aku belajar untuk berdiri sendiri, berdiri diatas kakiku sendiri. Biarkanlah aku memulai hidup yang baru diluar sana sendirian. Aku takut jika ada kamu, aku tidak akan bisa untuk belajar berdiri”. Aku mengusap air mataku yang mulai terjatuh. “Biarkan aku pergi sendiri. Tetaplah disini dan jagalah keluargaku untukku, terutama ibuku. Berjanjilah padaku apapun yang terjadi kau harus tetap menjaga ibuku, berjanjilah Diana…”. Diana menganggukkan kepalanya, “Aku berjanji tuan putri”. Kami pun berpelukan sebagai tanda perpisahan.

***

Ratu Eliza menatap kepergian Putri Rosela dari jauh. Matanya kini sudah penuh dengan air mata. Tangannya meremas dadanya yang terasa sakit melihat Putri Rosela pergi dari istana ini. Putri Rosela berjalan gontai sambil membawa koper ke arah kereta kuda yang sudah menunggunya. Seorang pengawal membantunya membawakan koper itu masuk ke dalam kereta.

Ratu Eliza tetap memandang Putri Rosela. Sebelum Putri Rosela memasuki kereta kuda, dia menoleh ke arah istana. Ratu Eliza dapat melihat jelas air matanya dari balik kerudung yang menutupi wajahnya. Lalu Putri Rosela segera berbalik dan memasuki kereta kuda itu, dan kereta kuda itupun berjalan pergi meninggalkan istana.

Oh…putriku, maafkan ibu nak…

***

Setelah 2 hari kepergian Putri Rosela, istana mulai disibukkan dengan persiapan pernikahan Putri Seina dan Pangeran Evans. Pernikahan ini begitu menyita perhatian rakyat. Pernikahan yang digadang-gadang akan menjadi pernikahan termegah sepanjang abad ini.

Diana sedang membantu beberapa pelayan lainnya untuk menyiapkan bunga-bunga di kebun istana. Kebun istana sangatlah luas, terdapat banyak varietas bunga yang ditanam disana. Diana menatap bunga mawar yang ada di depannya. Dia ingat Putri Rosela sangat menyukai bunga mawar. Setiap hari dia akan selalu membawakan bunga mawar ke dalam kamarnya. Putri Rosela akan selalu tersenyum ketika bung mawar itu sudah berada di dalam vas di samping tempat tidurnya.

“Rosela sangat menyukai mawar”. Suara di belakang Diana mengagetkannya. Dia membalikkan tubuhnya dan berhadapan dengan Ratu Eliza.

“Iya…paduka Ratu, tuan Putri Rosela sangat menyukai bunga mawar”, kata Diana.

“Ambilkan beberapa mawar ini dan bawa ke dalam ruang perpustakaan”, perintah Ratu Eliza, yang langsung dikerjakan oleh Diana. Ratupun pergi masuk kedalam istana.

Diana membawa beberapa bunga mawar seperti yang diperintahkan oleh Ratu ke dalam perpustakaan istana. Ratu Eliza juga berada di dalam perpustakaan itu, dia duduk di serambi sambil membaca sebuah buku ditangannya. Diana menata bunga-bunga mawar itu ke dalam vas yang sudah ada disana.

Tiba-tiba 2 orang pengawal kerajaan masuk kedalam dan menghadap kepada Ratu Eliza. “Hormat kami paduka Ratu”, kedua pengawal itu membungkuk di hadapan Ratu. Ratu Eliza mengangkat wajahnya dan memandang para pengawal itu. “Ada berita buruk yang akan kami sampaikan kepada paduka Ratu”. Ratu Eliza mengernyitkan dahinya.

“Berita tentang apa?”, tanya Ratu kepada kedua pengawal itu. Kedua pengawal itu saling pandang, nampak bingung harus memulai dari mana. “Katakan saja!”, perintah Ratu.

“Ini mengenai tuan Putri Rosela”, kata salah satu pengawal itu. Ratu Eliza langsung berdiri mendengar nama Putri Rosela.

“Ada apa dengan Putri Rosela?”, tanyanya dengan nada penuh kecemasan.

“Kereta yang membawa Putri Rosela ke Alpenia jatuh ke dalam jurang kemarin sore dan sampai sekarang tubuh Puti Rosela belum diketemukan”

“Apa??”, Ratu Eliza terkejut mendengar berita itu, dia terajatuh dan pingsan.

***

Ratu Eliza terlihat masih sangat terkejut, wajahnya pucat pasi, matanya terus menangis. Diana berdiri di samping ranjang tempat Ratu Eliza berada. Diana juga sangat shock mendengar berita itu. Dia berada di dalam perpustakaan saat para pengawal memberi kabar tentang Putri Rosela kepada Ratu.

“Diana katakan padaku bahwa berita itu tidak benar kan?”, tanya Ratu penuh nanar.

“Saya tidak tahu paduka Ratu”, Diana mulai menangis terisak. Dan Ratupun juga ikut menangis.

Pintu kamar Ratu terbuka pelan, Raja Bowman berdiri diambang pintu sambil memandang istrinya yang masih menangis tersedu-sedu. Diana memohon diri untuk meninggalkan tempat itu. Sepeninggalnya Diana, Raja Bowman menghampiri istrinya dan duduk di pinggir ranjang.

Ratu Eliza memalingkan mukanya, tidak mau menatapa suaminya. “Eliza”, panggil Raja Bowman.

“Sudah puaskah kau? Kini anakmu telah benar-benar mati. Dia kini sudah mati”. Raja Bowman memegang pundak Ratu Eliza, tapi dengan cepat ditangkisnya tangan Raja Bowman menjauh dari dirinya. “Jangan menyentuhku. Kau telah membuatku sebagai ibu yang sangat kejam. Kau membuatku jauh dari putriku sendiri”. Wajah Ratu Eliza sudah penuh dengan air mata. “Kau jahat…kau kejam…kau egois”. Ratu Eliza berteriak histeris.

“Hentikan Eliza”, bentak Raja Bowman dengan nada tinggi.

“Kenapa? Memang itu kenyataannya. Kau membuang anakmu sendiri hanya karena dia memiliki luka di wajahnya. Kau mengabarkan kematiannya, padahal dia masih hidup. Sekarang dia sudah tidak ada, putriku…”. Sebuah tamparan keras mendarat di pipi Ratu Eliza, hingga membuat Ratu tersungkur ke ranjang.

“Jangan pernah mengajariku tentang kenyataan. Aku lebih tahu kenyataannya dari pada kau sendiri, Ratu. Dia memang putrimu tapi bukan putriku…”

***

Sejak berita tentang hilangnya Putri Rosela, kesehatan Ratu semakin menurun. Bahkan kini Ratu hanya bisa berbaring lemah di atas ranjang, wajahnya juga terlihat begitu pucat. Diana selalu setia mendampingi sang Ratu, dia teringat pesan terakhir Putri Rosela untuk tetap menjaga keluarganya, terutama sang Ratu.

“Minum obatnya dulu Yang Mulia”, Diana menyerahkan beberapa butir obat dari dokter istana untuk diminum Ratu.

“Tidak Diana aku tidak mau”, kata Ratu Eliza dengan lemah.

“Tapi Yang Mulia anda harus meminum obat ini, agar kesehatan Yang Mulia bisa cepat pulih”, Diana berusaha membujuk Ratu Eliza untuk meminum obatnya.

“Aku tidak mau sembuh Diana. Biarkan aku mati saja. Mungkin ini bisa menebus dosaku pada Rosela, putriku. Yang aku sia-siakan selama ini…”

“Tidak Yang Mulia jangan berkata seperti itu. Putri Rosela sangat menyayangi anda. Dia akan sangat sedih jika melihat kondisi anda seperti ini”

“Tapi kini Rosela sudah tidak ada Diana…”, tangis Ratu Eliza pecah dan sudah tidak dapat terbendung lagi. Diana hanya bisa melihatnya dan ikut menangis. Kepergiaan Putri Rosela juga sangat membuatnya terpukul.

***

15 Komentar

  1. Kasian bngt putri Rosela, berharap dia msh hidup dan jdi bahagia
    Ayah dan kk ny bgtu bngt sma Rosela huhu
    Ibu ny jg ga bsa berbuat apa2 yak huhu
    Ditunggu kelanjutanny yak
    Semangatttt

  2. di tunggu kelanjutannya kak ‘-‘)/

  3. Pasti selamat kan yaak putri rosela .. :PEDIH

  4. Putri rosela anak sapa?
    Kata raja bowman bkn anaknya

  5. Tks ya thor udah update. Putri Rosela itu anak syapa??? Munkinkah anak Ratu dgn Raja terdahulu. Jadi penasaran ni. Mngkinkah kecelakaan ini ulah PUtri Seina ????

  6. Kok nggak ada tanda lope-lopenya ? :nangisgulinggulingan

  7. Koq raja Bowman ngmong bgtu?? Apa benar Rosela bukan anaknya??
    Duh, pantas aja Rosela di asing kan setelah kecelakaan itu..

    Lanjutkan.. Semangat :byesampaijumpa

  8. Bukan anaknya??
    semoga aja salah,,
    biar tumbuh rasa bersalahnya berlipat-lipat ganda,,

  9. salsabilanurutami menulis:

    yah… kok ga ada lope lope nya sih :inlovebabe

  10. Sedih bener jadi Rosela… ditunggu lanjutannya… semangat yaa :LARIDEMIHIDUP

  11. Waduhhhh, bukan anaknya???

  12. Kawaiyeoja menulis:

    Sedih bacanya:(((( update lagi dongggff ceritanya huhu

  13. :PATAHHATI :PATAHHATI

  14. fitriartemisia menulis:

    Rosella bukan anaknya Raja?
    nahlohh

  15. Ditunggu kelanjutannyaa