Vitamins Blog

Helena (Bab. 6 Kompromi?)

Bookmark
Please login to bookmarkClose

No account yet? Register

71 votes, average: 1.00 out of 1 (71 votes, average: 1.00 out of 1)
You need to be a registered member to rate this post.
Loading...

Author playlist : Jet – Look What You’ve Done

***

Enjoy! ^-^

***

“Suatu kehormatan besar Anda bersedia datang—” Helena terdiam sejenak, melirik sekilas ke arah Rowena yang berdiri di depan pintu. “Anda datang untuk menjengukku bukan?” tambahnya dengan nada mencemooh yang sama sekali tidak disembunyikannya.

Rowena tersenyum samar. Diikuti Andrew di belakangnya, dengan langkah tertata ia berjalan ke arah putrinya. “Aku hanya memastikan sumber uangku baik-baik saja,” balasnya membuat Helena tertawa keras, terlihat puas mendengar jawaban ibu kandungnya itu.

Dengan acuh Helena mengangkat sebelah bahunya. “Setidaknya kau tidak berbasa-basi hanya untuk menyenangkanku.”

“Bisakah kalian hentikan pertengkaran ini?” Andrew berusaha untuk menengahi. Dia cukup lelah melihat pertengkaran keduanya, sementara alasan lainnya, pria itu sangat takut jika sikap istrinya malah membuat Helena semakin muak. “Rowena, putrimu sedang sakit. Bisakah kau sedikit bersabar menghadapinya?”

Helena mendengus, sama sekali tidak tersentuh oleh pernyataan ayah tirinya itu. “Jika kalian datang hanya untuk membujukku, sebaiknya kalian lupakan saja!” ujarnya, setelah jeda panjang. “Aku masih belum berubah pikiran,” tambahnya dingin. Dia berbalik, berusaha untuk tetap tenang di bawah tatapan tajam ibunya. “Jangan mengharapkan sesuatu dariku—”

“Setidaknya kau harus membalas budi karena aku bersedia melahirkanmu, anak tidak tahu diri!” Rowena berkata dengan tenang, sementara Andrew yang duduk di sampingnya hanya bisa menggelengkan kepala pelan. Terlihat menyerah. “Jika bukan karena pengorbananku, kau tidak akan bisa melihat dunia saat ini.”

“Dan kau bangga akan hal itu?” tanya Helena getir. “Setelah kau memperlakukanku dengan begitu buruknya?”

Rowena kembali mengangkat bahunya ringan. “Kau seharusnya menyalahkan takdirmu, Helena.” Ia menjeda. “Kau harus bertanya kepada Tuhan kenapa Dia menjadikanmu sebagai putri dari bajingan yang memperkosaku!” tukasnya penuh penekanan. “Saat aku melihatmu, yang kulihat hanya dia. Dia Si Bajingan brengsek yang sudah menodaiku!”

Helena tidak menjawab.

“Kau pikir bagaimana perasaanku setiap kali aku melihatmu?”

Hening.

Rowena meremat dadanya. “Rasanya aku ingin sekali mati saat teringat kejadian mengerikan itu,” tukasnya dengan nada lebih rendah namun menusuk. “Setiap kali melihatmu, rasanya aku ingin membunuhmu,” tegasnya membuat Helena tersentak, sakit hati.

Kenapa ibunya harus menyalahkannya? Bukan keinginan Helena untuk dilahirkan ke dunia. Bukan keinginan Helena juga terlahir sebagai anak dari hasil pemerkosaan. Kenapa semua kebencian yang dimiliki oleh ibunya harus dilimpahkan kepadanya? Tanya Helena di dalam hati.

“Rowena, tolong hentikan!” pinta Andrew lembut, berusaha untuk menenangkan istrinya, namun Rowena bergeming. Rasa sakit yang dikuburnya dalam kini kembali ke permukaan saat ia menatap Helena yang dilihatnya semakin mirip dengan pria itu. Pria yang sudah menghancurkan masa remajanya. Pria yang telah meredupkan masa depannya.

Rowena mengetatkan rahangnya. Kedua tangannya terkepal erat hingga membuat buku-buku jarinya memutih. “Seharusnya aku memberikanmu pada ayah bejadmu itu saat dengan pongahnya dia kembali datang padaku dan bertanya mengenai dirimu.”

Helena bergerak bangkit hanya untuk kembali terhuyung dan terduduk di sisi ranjangnya. “Apa maksudmu?” tanyanya setengah berbisik.

Apa lagi ini? Tanyanya di dalam hati. Apa maksud ibunya tadi?

“Ya, ayahmu mencarimu,” terang Rowena dengan seringai kejam. “Dia mencarimu dan bermaksud untuk membawamu bersamanya,” lanjutnya. “Dan tentu saja aku mengatakan padanya jika kau sudah mati.”

“Kenapa kau tidak memberitahuku tentang ini?” raung Helena frustrasi. Ya. Seharusnya ibunya mengatakan hal ini padanya sejak lama. Helena seharusnya tahu siapa pria yang menyebabkan penderitaannya selama ini. Ia seharusnya melihat wajah pria yang menjadi ayah biologisnya. Bukankah itu sudah menjadi haknya?

Sungguh, Helena hanya ingin tahu apa pria itu pernah menyesali perbuatannya pada ibunya di masa lalu? Ia hanya ingin tahu hal itu. Hanya itu.

***

Ayahmu sudah mati membawa dosa besarnya terhadapku!

Helena memejamkan mata. Berusaha mengusir air mata yang terus menumpuk dikedua sudut matanya. Rasa sakit itu kembali menyerangnya dengan hebat. Setelah penolakan dari ibu kandungnya sendiri kini ia harus menangisi sebuah kenyataan lain jika ayah biologisnya telah tiada.

Wanita itu tidak tahu apakah kenapa ia harus merasakan kesedihan ini? Bukankah ayahnya tidak pernah ada di dalam kehidupannya? Lalu kenapa ia harus merasa sedih setelah tahu jika pria itu sudah tiada?

Ibunya mungkin saja berbohong untuk menyakitinya. Iya, kan? Helena memeluk tubuhnya sendiri, berharap jika hal itu bisa memberinya sebuah kekuatan untuk tetap bertahan, sayangnya dia tidak mampu untuk berpura-pura kuat karena pada akhirnya air mata itu turun tanpa mampu dibendungnya.

“Apa kau menangis karena merindukanku?”

Helena terbelalak. Setelah kedatangan ibunya yang sama sekali tidak diinginkannya, kenapa sekarang James harus datang juga?

“Aku sangat sibuk beberapa hari ini, jadi aku tidak bisa menjengukmu.” James kembali bicara dengan nada santai, “Ayolah, jangan merajuk hanya karena aku tidak datang melihatmu, Sayang!”

“Siapa yang merajuk karenamu?” bentak Helena sengit.

James menaikkan satu alis. “Ah, jadi kau bukan menangis karena ketidakhadiranku?”

Helena tidak menjawab.

“Hah, kenapa aku merasa sakit hati saat kau mengatakannya?” decak James dengan ekspresi sedih yang berlebihan.

“Bisakah kau berhenti basa-basi dan katakan apa maksud kedatanganmu ke sini?” desis Helena tajam namun James terlihat sama sekali tidak terganggu. Dengan langkah tenang dia berjalan ke arah jendela, berdiri di sana beberapa saat dengan setelan jas kerja berwarna biru tuanya yang sempurna. “Jangan membuang-buang waktu, katakan saja apa maksud kedatanganmu, Tuan Smith!” desak Helena mulai merasa kesal.

James melirik lewat bahunya. “Apa kau sama sekali tidak bisa menangkap maksud dari tindakanku saat ini?” James masih berdiri di sana, menatap Helena dengan ekspresi serius namun wanita itu sama sekali tidak menjawab. Helena terlalu malas menanggapi James saat ini. “Kau benar-benar tidak bisa diandalkan,” desah pria itu terlihat sebal.

“Jadi apa maksudmu?” Helena kembali bertanya.

“Menjemputmu tentu saja,” jawab James datar. “Aku bahkan membawakanmu pakaian ganti. Kau sudah boleh pulang, Helena.”

Helena mengernyit. “Dokter tidak mengatakan apa pun padaku.”

“Karena aku memerintahkannya untuk memberi laporan kesehatanmu padaku,” jelas James dengan seringai penuh kemenangan. Ia melempar tas kertas berisi pakaian yang dijinjingnya ke atas ranjang. “Cepat ganti pakaianmu, aku akan mengantarmu pulang,” tambahnya yang terdengar seperti sebuah perintah.

“Aku tidak akan pulang bersamamu,” tolak Helena tegas. “Lagipula aku harus mengurus biaya administrasi sebelum pulang—”

“Aku sudah menyelesaikannya,” potong James tenang.

“Kenapa kau melakukannya?”

James mengangkat satu bahunya ringan. “Lalu dengan apa kau mau membayar tagihan rumah sakitmu?” tanyanya tenang. “Kau bahkan masih menunggak biaya asuransi kesehatanmu,” tambahnya dingin.

Gigi Helena gemeretak karena marah. Ia tidak mengerti kenapa James bisa sekurang ajar ini? Pria itu sudah sangat keterlaluan. “Bagaimana kau bisa tahu?”

“Aku harus tahu segala sesuatu mengenai calon istriku,” balas James pongah.

“Aku tidak akan menjadi istrimu.”

Keheningan melanda selama beberapa saat. James memiringkan kepala ke satu sisi, terlihat begitu santai menanggapi kemarahan Helena yang nyaris meledak. Helena bahkan harus mengakui jika pria dihadapannya ini memiliki tingkat kesabaran lebih tinggi saat ini dibandingkan dengan saat keduanya bertemu terakhir kali. Namun entah kenapa ia sama sekali tidak menyukai hal itu.

Helena merasa jika James tengah merencanakan sesuatu dibalik sikap tenangnya itu.

“Apa yang sedang kau rencanakan sebenarnya?”

“Memangnya apa yang bisa kurencanakan, Helena?”

“Aku tidak akan heran jika kau tengah merencanakan sesuatu yang kotor untuk menjebakku, Tuan Smith!”

James tergelak. “Aku menyukai keterusteranganmu itu, Ann.”

Helena terhenyak. Panggilan itu. Itu adalah panggilan sayang ibu panti asuhannya dulu padanya. Kenapa James bisa mengetahuinya? “Bagaimana bisa kau—”

James bergerak, melangkah mendekati ranjang dengan penuh percaya diri dan terlihat berkuasa. “Anggap saja aku sudah mengetahui sebagian besar dari masa lalumu, Helena,” bisiknya tepat di depan wajah wanita itu. “Lebih baik kau berkompromi denganku. Dengan begitu kau bisa bebas dari ibumu,” tambahnya dengan suara berat.

Helena tidak tahan lagi. Kedua tangannya terasa sangat gatal. Ia ingin melayangkan satu hingga dua pukulan tepat di wajah James hanya untuk membuat pria itu sadar jika uang tidak bisa membeli segalanya di dunia ini.

“Dan apa salahnya menjadi istri dari seorang James Smith?” tanya James lagi sebelum menyatukan bibir mereka dan satu ciuman panjang, panas yang murni hanya karena nafsu.

16 Komentar

  1. :PATAHHATI
    James teteup fighting ???????

  2. Yg satu ngeyel tetep pengen nikahin helena gegara penolakan helena ckckckck ada2 ajaaaaa james klo helena ga mau jangan d paksa…. :PATAHHATI :PATAHHATI

  3. Hmmmm ada ya ibu macam gtu :KAGEET sakit hati jadi si helena. Itu lagi si james bikin kesel juga. Pengennya ciuman kasih sayang bukan ciuman nafsu :PATAHHATI helena kurang kasih sayang waktu kecil jadi, apapun itu alesan si james semoga dalam lubuk hati yg paling dalam, dia suka ama helena. Bukan karena nafsu doang. Cukup masa lalunya aja yg gelap, masa skr dan masa depan helena semoga terang karena di terangi cintanya james :PATAHHATI . Kalau si james cinta bgt ama helena, semoga aja helena bales dendam ke ibu yg ga tau diri dgn bantuan james :HUAHAHAHAHA

  4. Klo nggak mau, kenapa harus dipaksa ? :PATAHHATI Emg nggak ada yang lain apa ? :semangatyangmembara :superhero :ternyatahulk

  5. G mau msh aja dipaksa…

  6. Endingnya kok bikin :dragonbaper

  7. Msih slit d tbak….crtanya msih abu2 jdi g tau yg jhat cpa yg baik spa……

  8. cucu trisnawati menulis:

    seorang ibu yg ga punya rasa keibuan,,,,,,,,,,,,,,,,, :PATAHHATI

  9. ish james you’re so rude xD….
    seru lanjut euy

  10. Siapa James di masa lalunya Helena??

  11. helenaaaaaaaa donk, mana terusannya
    cuma cerita helena ini yg ditunggu selain cerita kak saira akira hehe
    semangattt sist ayo helena di update

  12. Kasian bener helena

  13. :PATAHHATI

  14. fitriartemisia menulis:

    emaknya mau Helena balas budi krn udah ngelahirin dia ke dunia, lha emaknya aja gak menginginkan Helena, ishhhhhhh :BANTING! :BANTING! :BANTING!

  15. :aaaKaboor

  16. Ditunggu kelanjutannyaa