Vitamins Blog

Don’t Leave [ I.Eclipse ]

Bookmark
ClosePlease login

No account yet? Register

1. Disaat Gerhana Matahari

107 votes, average: 1.00 out of 1 (107 votes, average: 1.00 out of 1)
You need to be a registered member to rate this post.
Loading...

Italy, disaat umur mereka 12 tahun.

Per Amore di Dio, salah apa aku hingga diberi ini? Eggnog?! Ayolah, kalian tahu aku benci ini!!” Sang Bintang menggeram sambilang merasakan minuman itu berhasil membuatnya merasakan seperti ada busa-busa dan gelembung meresap kedalam papila mungilnya sendiri.

“Sepertinya aku lupa memberitahukan kalian, ibuku meninggalkanku dengan padre sendirian. Bahkan aku lupa apa aku masih layak memanggilnya Madre sekarang.” Menghiraukan gerutuan Bintang, Sang Matahari menyesap eggnog- nya santai.

“Aku turut berduka, Eduardo.” tangan mungil Elmire mengelus tangan Eduardo.

“Ya, dan tentu saja terimakasih.” Eduardo tersenyum tipis dibalik balutan mantel hitam pekatnya.

“Kau sebenarnya tidak layak untuk dikatakan berduka, buddy.” Antonio tak berani tertawa, namun ini lumayan membuat urat gelinya tergelitik sendiri. Jadi dijamin raut wajahnya terlihat amat konyol karena menahan tawa.

“dan, kalian tahu? Madre menyuruh Padre menikah dengan sahabatnya sendiri disaat aku berharap ia bertahan disisi kami. Aku tidak suka itu. Sebuah kebohongan yang diawali dengan kata ‘baik-baik saja’.”Eduardo mengaduk eggnog-nya tak berselera.

“Mengapa pemikiran kita seperti orang-orang sekitar yang berumur 45 tahun, hey buddy!” Antonio mencoba mencairkan suasana. Apalagi meja khusus mereka bertiga itu dan topik pembahasan mereka membuat beberapa orang tertarik mendengarnya.

Oh ayolah, semua orang di Italy mengetahui siapa mereka bertiga. Anak dari pria, tepatnya pengusaha yang berpengaruh disini. Kecuali, Elmire. Ibunya yang memegang kendali atas perusahannya. Kehilangan sosok ayah bukanlah hal yang akan ia terus tangisi seumur hidupnya, bukan?

“Kembali ke permainan, dan berhenti memanggilku dengan sebutan Buddy. Aku bukan kucing tetanggamu.” Eduardo menatap tajam Antonio yang tertawa terbahak-bahak setelahnya.

“Ayo sebelum pria didepanku kembali sesak!” Antonio memamerkan gigi putihnya yang terawat.

Hey!” Elmir menjitak kepalanya, dan ya kau tahu? Itu sakit.

Antonio tersedak, dengan reflek ia mengambil cangkir mereka yang berisikan eggnog yang tentu sjaa miliknya.

Perbacco! Kenapa rasanya tambah menjijikan!!” pekik Antonio.

Piuttosto! Ini yang kamu sebut sebagai signore yang kuat? Oh, lihatlah mukannya yag memerah karena eggnog lezat seItali ini!” pecah sudah tawa Eduardo kali ini.

Strano!” Antonio menunjuk Eduardo, membuat Elmire tertawa keras juga.

Ciao! Aku ingin menjemput anakku, Eduardo?” tiba-tiba saja, seorang wanita menghampiri meja mereka, tampa mereka sadari.

“Maaf, padrona. Eduardo sangatlah banyak disini. Kau lihat pelayan itu? Itu Eduardo, didepanku Eduardo, dan anak kecil dalam gendongan wanita itu juga adalah Eduardo kecil,” Antonio menahan tawanya sata melihat wajah busuk Eduardo.

“Jangan main-main dengan kata itu, Padrona. Aku Eduardo dan aku bukan anakmu.”

“Panggil aku madre, atau mama!” wanita itu tersenyum disampingnya.

“Tidak, mama ada  disini.” Eduardo menunjuk dada kirinya tepat dijantungnya.

“Tidak ada ruang lagi? Kalau begitu, kau harus menempatkanku disini.” wanita itu menggeser tangannya pelan ketengah dadanya.

“Izinkan aku menggantikan Calista.” wanita itu tersenyum redup.

“JANGAN SEBUT NAMA MADRE, PADRONA!”

“Maafkan kami, Padrona, sebaiknya anda pergi.” ucap Elmire.

***

Inggris, 1988

Koper itu terlempar jauh dari genggamannya. Sementara pria didepannya menggulung lengan kemeja hitamnya hingga siku dengan santai namun mengancam.

Ia benci ini. Benci saat merasakan bahwa dirinya lemah, tidak bisa membalas ataupun mengelak dari pria didepannya. Ia benci disaat ia dapat meraskan degub jantungnya melambat dan nafasnya terdengar seolah menciut disetiap detiknya.

Take a breath, Eduardo.

“Jangan datang lagi kau, kami tidak perlu pamitanmu. Kami tidak perlu pengecut, sekarang Eduardo.” Antonio menatap sahabat— mantan sahabatnya mulai sekarang.

Ia menuju kopernya, ia menahan dadanya yang bergemuruh seperti ingin hujan.

“Aku pergi.” disaat itu juga ia merasakan tangannya ditarik. Sang bintang yang tak ingin melepaskan Matahari.

Bagi Bulan tanpa Matahari ia tidaklah lebih dari meteor diluar sana.

“Jangan pergi kumohon.” Elmire bersujud. Namun kembali Antonio melepaskan genggaman tangan itu dan kembali juga ia meninju muka Eduardo.

“JANGAN!” Elmire berteriak seperti orang gila, tidak ada senyum tulus manisnya, tidak ada manik kilat binar bahagianya lagi. Semuanya seperti hilang ditelan bumi.

Elmire menutup matanya, bersujud dibawah kaki Antonio memohon pengampunan.

“Dengar ini baik-baik, un ex amico. Kami baik-baik saja tanpa mu. Aku dan Elmire bisa bahagia disini tanpamu.” Ucapan itu memohok hati Eduardo.

“Kau menginginkan aku pergi, dan aku berhak atas semua ini.” Eduardo tersenyum disela memar disekitar wajahnya.

Elmire masih berlutut dan memeluk paha Antonio yang berdiri dengan tatapan penuh benci.

Eduardo menatap sendu mereka, mereka tidak mau ia beri penjelasan.

Mungkin inilah gerhana, berharap Sang Bintang menjaga dan mau berbagi cahaya untuk Sang Bulan yang kesepian di kegelapan hari tanpa sinar Matahari.

Don’t Leave. Ti’ Amo.” Elmire ingin sekali memeluk tubuh kokoh itu. Namunia tidak bisa, Antonio memeluknya erat seakan membiarkan dan melepaskan Eduardo semudah ini.

Eduardo meraskan hembusan inhaller miliknya. Lalu meningglkan mereka dan pergi dengan mobilnya.

Antonio menariknya keluar setelah mobil itu melaju dengan kecepatan tinggi.

“Aku ingin memeluknya, Antonio, ingin sekali!! Tidak bisakah kau mengerti?!” Elmire meraung bersamaan cekalan di tangannya yang menguat.

Seketika itu juga cekalan itu Antonio hentakan kebawah. Membuat kaki Elmire yang tidak siap membuatnya jatuh dan bergesekan dengan trotoar jalan.

“Apa itu sakit?” Antonio mengatakannya dengan serak seakan ia menekan perasaannya sendiri.

“Apa kau tidak tahu apa rasanya jatuh!” Elmire meringis sambilan dengan isakannya yang belum juga memudar.

“Itu belum seberapa daripada kau melihat perempuan yang dicintaimu menangis dipelukanmu, Bukan menangis terharu karena terharu olehmu. Tetapi karena seorang pria yang tida layak dipanggil pria sejati. Membuat pujaanmu terbang dalam sedetik dan dalam sekejap ia menghempaskan pujaanmu didepan matamu.” Antonio memukul dadanya kuat. Membuat Elmire meraung disana, bukan karena rasa sakit, melainkan karena keegoisannya.

“Kau tidak pernah tahu, dan tidak pernah mau tahu. Elmire.”

***

 

 

Eggnog :

adalah minuman manis dari kuning telur yang dikocok ditambah air dan gula atau susu. Sebagai perisa adalah bubuk vanili, pala, atau kayu manis

Per Amore di Dio: Demi Tuhan

Perbacco: astaga

Piuttosto: cantik

Strano: Aneh

Madre: Ibu

Padre: Ayah

Ciao : Halo

padrona : Nyonya

Ti’amo : aku mencintaimu.

un ex amico : mantan sahabat.

***

Jangan lupa Rate dan comment guys… ? Btw, thanks yang udah voteee buat cerita pertama ini..

 

 

 

 

 

 

 

9 Komentar

  1. Lihat gambar minuman jadi ngiler :KECEWAHATI ,
    Yeayyy dapet bahasa baru, nambah wawasan. Terimakasih

    1. Careymissoworld menulis:

      Sama-sama dan resepnya boleh dicoba hehe.

  2. KhairaAlfia menulis:

    Terlibat friendzone ya??

  3. Pengen coba resep nya

  4. Hmmm

  5. fitriartemisia menulis:

    salah fokus sama resepnya, coba ahhh hehe

  6. :sangatterpesona

  7. syj_maomao menulis:

    Lihat eggnog kebacanya eggnoid >_< #efekwebtoon
    Aihh ternyata sang Bintang yang memiliki rasa untuk sang Bulan, namun sepertinga sang Bulan ada rasa untuk sang Matahari *soktau*

  8. Ditunggu kelanjutannyaaa