Vitamins Blog

Lenting Sedaya Part 3 : Sahabat Lama

Bookmark
Please login to bookmarkClose

No account yet? Register

330 votes, average: 1.00 out of 1 (330 votes, average: 1.00 out of 1)
You need to be a registered member to rate this post.
Loading...

***

“Bayu..hahaha. lama tak bertemu. Apa kabar.”

Seorang pria yang tadinya duduk itu, berdiri dan merentangkan kedua lengannya untuk menyambut kedatangan sosok pria lain yang dari tadi sengaja ia tunggu. Seorang pria yang nampak sebaya dengannya, yang adalah sahabatnya sedari mereka duduk dibangku SMA dulu.

“Hahaha. Gantara..” Pria yang baru datang itu membalas pelukan pria bernama Gantara yang menyambutnya tadi, “Seperti yang kau lihat, aku sangat baik. Kau sendiri apa kabar.” Pria yang dipanggil Bayu, juga bertanya tentang keadaan Gantara sahabatnya, setelah lebih dulu ia melepaskan pelukan mereka, dan memberi jabawan atas keadaannya sendiri.

“Kabarku juga baik. Ck ck ck, kau makin gagah saja, seperti tak bertambah tua. Hahaha.” Gantara memberi penilaian pada penampilan Bayu, sahabatnya.

“Hahaha bisa saja kau. Kau sendiri semakin tampan, seperti tampilan pria-pria bule.” Bayu juga tak mau kalah dalam memberikan komentar kepada Gantara yang mewarnai pirang rambutnya, dan Bayu tau pasti kalau pirang bukan warna rambut asli pria itu.

Dua sahabat itu larut dalam tawanya masing-masing, sampai-sampai mereka melupakan sosok wanita yang sedari tadi berdiri di samping gantara, dan memperhatikan mereka berdua.

“Ehem!” Dehaman dari wanita tadi mengintrupsi tawa gantara dan Bayu, membuat dua pria itu langsung menyadari keberadaannya.

“Ah, ya ampun. Williona! maafkan kami melupakanmu. Hahaha. Apa kabar li.” Bayu mengulurkan tangan untuk berjabat dengan wanita bernama Williona itu.

“Baik, Bayu. Dan sepertinya aku tidak usah menanyakan keadaanmu lagi. Tawa kalian barusan sangat menjelaskan bagaimana keadaan kalian.” Williona berkata sambil memberikan senyum, sebelum melepas jabatan tangannya dengan Bayu.

“Ah sayang, maafkan kami. Kami terlalu larut dan senang. Maklumlah, kita sudah 13 tahun tidak bertemu dengannya.” Gantara merangkul pundak Williona.

Sekedar informasi, Williona adalah memang istri Gantara, Ia juga tau kalau Bayu merupakan sahabat suaminya, karena dulu mereka sering bertemu.

“Dan sepertinya kita perlu duduk. Hahaha. Ayo bayu, silahkan duduk.” Gantara berinisiatif mengajak mereka untuk duduk, dan mempersilahkan Bayu.

Pertemuan mereka ini berawal dari inisiatif gantara untuk mengajak Bayu bertemu. Ia sudah merencanakan waktu yang tepat, sejak beberapa hari lalu untuk melakukan pertemuan ini, dan hari inilah waktunya yang mereka ambil.

“Ah ya, kapan kalian tiba di Indonesia.”

“Sebentar, Bayu.” Gantara terlihat mengangkat tangannya memanggil pelayan, memesankan minuman untuk Bayu.

Tempat mereka bertemu sekarang ini adalah sebuah kafe yang cukup terkenal di kawasan bandung, kafe dengan tempat yang menyajikan pemandangan alam terbuka yang hijau untuk view utamanya, memanjakan pandangan mata.

“Aku yang mengajakmu untuk bertemu, jadi aku akan mentraktirmu.” Senyum gantara mengembang, “Ah ya, sampai mana kita tadi.”

“Hahaha. Kau baik sekali Gantara. Aku tadi bertanya, kapan kalian tiba di Indonesia? Aku pikir kalian sudah tidak mau lagi menginjakkan kaki di sini.”

“Kami sudah seminggu disini Bayu.” Williona yang kali ini menjawab.

“Oh ya? Sudah seminggu, dan kalian baru memberitahuku kemarin?! Ck ck ck.” Bayu menggeleng-gelengkan kepala.

“Bukan begitu Bayu, kami hanya belum sempat memberitahumu.” Gantara sedikit terkekeh.

Tadinya Gantara dan Williona berniat mengajak Bayu bertemu saat mereka berkunjung ke Jakarta, tapi karena kebetulan Bayu sedang ada di Bandung, akhirnya mereka merencanakan pertemuan ini.

“Hah,, dasar pasangan super sibuk,” helaan nafas Bayu terdengar dalam jeda kalimatnya, “lagipula,, Gantara, apa kau tidak kasihan pada Williona? Setidaknya berusahalah untuk tidak selalu menyeret-nyeretnya untuk mengikuti kemanapun kau pergi. Anak-anakmu juga selalu kalian tinggalkan. Kau sudah terlalu banyak berkelana untuk singgah di berbagai negara. Apa kau tidak ingin menetap di satu negara saja untuk seterusnya? ” Pandangan Bayu sedikit prihatin pada istri sahabatnya, yang selalu setia mendampingi kemanapun suaminya pergi, walaupun Williona sendiri tersenyum saat Bayu membicarakannya.

Bayu sendiri selalu bertukar kabar dengan Gantara secara rutin selama rentang waktu 13 tahun, sehingga ia tidak pernah kehilangan kontak pada sahabatnya itu.

“Bukan begitu Bayu, aku berpindah-pindah karena aku ingin bisa memimpin perusahaanku secara total. Dan untuk istriku,,aku hanya tidak ingin dan tidak bisa berpisah dengan istriku yang cantik ini,” sedetik berikutnya tangan Williona yang duduk disebelah kursi Gantara, sudah tergenggam oleh tangan besar Gantara dan mendarat dibibirnya, ” untuk kedua putraku, mereka sendiri tidak mau harus berpindah-pindah sekolah kalau harus mengikuti kami. Tapi kau benar Gantara, aku tidak ingin membuat istriku ini lelah mengikutiku lagi, karena itu kami, memutuskan untuk menetap di Indonesia untuk seterusnya.” Gantara memberi kedipan mata pada istrinya.

“Wah, itu bagus, tak kusangka secepat ini kau mengambil usulanku?” Kedua alis Bayu terangkat, walaupun ia ikut senang jika sahabatnya itu benar-benar mengambil usulannya agar Gantara tidak hidup berpindah-pindah lagi. Dan akan lebih senang jika sahabatnya itu menetap di Indonesia.

“Hahaha. Usulanmu memang benar Bayu. Tapi, aku sudah memikirkan hal ini mulai dari dua tahun yang lalu. Karena itu, perlahan aku akan menjadikan perusahan di Indonesia menjadi perusahaan utama.” Penjelasan Gantara membuat Bayu manggut-manggut.

Gantara sendiri memang memiliki beberapa perusahaan properti yang maju di beberapa negara, itulah alasan kenapa mereka hidup berpindah dari satu negara ke negara lain, karena Gantara ingin bisa memimpin perusahaan-perusahaannya secara total. Perusahaan utama yang dimilikinya, saat ini masih berada di Australia.

“Hmm, begitu ya? Lalu siapa yang sekarang mengurus perusahaanmu kalau kau disini?”

“Ya, begitulah. Untuk urusan perusahaan, aku akan menyerahkan pada putra tertuaku, dan untuk beberapa perusahaan cabang, aku mempercayakannya pada orang kepercayaanku.”

“Ah ya, bagaimana kabar kedua putra kalian? Mereka masih di Australi?”

“Ya, mereka sehat dan tumbuh menjadi jagoan, seperti papanya.” Bahu Gantara mengedik menandakan kebanggaannya.

Bayu tertawa begitu juga dengan Williona.

“Lusa mereka akan tiba di Jakarta.” Jelas Gantara lagi.

“Oh ya? Kalau begitu kalian harus mampir kerumahku. Lusa aku sudah di Jakarta.” Bayu menunjukkan sikap antusiasnya.

“Dengan senang hati, Bayu, kalau kau tidak keberatan. Kami pasti mampir.”

“Tidak gantara, tentu aku tidak keberatan. Mampirlah.”

Keluarga Gantara sendiri memang berasal dan menetap di Bandung.

“Oh iya, Bayu, bagaimana kabar putrimu. Dulu dia masih kecil saat terakhir kali kita bertemu. Pasti sekarang dia sudah tumbuh menjadi gadis dewasa yang cantik.” Kali ini Williona menunjukkan antusiasnya, setelah tadi, Ia lebih banyak memperhatikan kedua lelaki disebelah dan didepannya itu sambil sesekali ikut tertawa dan memberi senyum.

“Kamu benar Williona, putriku sudah dewasa sekarang. Dia tumbuh menjadi gadis yang sangat cantik dan anggun, dan bukan tumbuh menjadi jagoan seperti ayahnya.” Bayu mengangkat bahu dan sekilas tampak melirik pada Gantara .

Kata-kata dan gerakan tubuh Bayu barusan, disambut tawaan oleh Gantara dan Williona. Dan meluncurlah penjelasan-penjelasan lainnya dari Bayu mengenai putrinya itu. Tampak jelas dimata Gantara dan Williona, bagaimana kasih sayang Bayu, tersirat dalam setiap kata dalam penggambaran Bayu akan putrinya. Sesuatu yang Gantara dan Williona tau, tidak pernah berubah sejak dulu.

***

Sebuah taman nan indah. Lebih menyerupai sebuah alam bebas yang alami, dengan unsur-unsur alamnya, seperti air, tumbuhan, tanah, dan bebatuan. Taman yang terlihat menyatu dengan air, karena dibuat diatas sebuah kolam yang luas, dengan dalam hanya 30cm, yang diberi batu-batu kecil seukuran bola pimpong di dalamnya. Pot-pot terbuat dari semen yang dicor, yang berisi tanah, ditempatkan pada beberapa bagian kolam untuk menanam tanaman dan bunga-bunga cantik yang berwarna-warni. Di salah satu sisi kolam, terdapat air terjun yang berundak-undak menuruni batu-batu berukuran cukup besar yang disusun sedemikian rupa agar air dapat berlabuh ke kolam, menciptakan miniatur air terjun yang terlihat sangat indah dan alami. Di seberang air terjun, terdapat sebuah gazebo yang berbentuk bulat terbuat dari kayu dengan atap bambu yang dirambati tanaman berbunga ungu yang sangat cantik, dengan bagian bawah gazebo terdapat kolam yang lebih dalam, digunakan sebagai kolam ikan hias, memiliki sekat sebagai pembatas agar air dari kolam ikan tidak bercampur dengan air kolam besar. Ditengah-tengah kolam juga terdapat sebuah jembatan kayu kecil berbentuk melengkung, menghubungkan jalan kayu di kedua sisi ujungnya. Jembatan dan jalan kayu ini ditutupi pergola yang ditanami tanaman rambat berbunga merah yang bergelantungan dan berfungsi sebagai atap pergola, memisahkan dua bangunan yang saling terpisah. Dua bangunan yang menjadi tampak seperti dipisahkan oleh taman berair. Bangunan yang sejatinya merupakan tempat keluarga Witri bernaung.

Dan di sinilah Witri, duduk sendirian dalam gazebo di taman itu, terlihat sedang menggores-goreskan pinsil pada sebuah kertas, mungkin sedang membuat sebuah coretan sketsa. Di malam yang temaram dalam balutan taman yang indah ini, biasanya Witri melukiskan perasaannya kedalam sketsa-sketsa kasar. Duduk dalam taman yang tenang, cahaya bulan yang dipantulkan air kolam, ditambah cahaya-cahaya dari lampu taman, serta hembusan angin malam yang sejuk, selalu dapat menguarkan perasaan Witri yang akan Ia goreskan ke dalam lembar-lembar kertas sketsa, sebelum Ia torehkan menjadi lukisan pada kanvasnya.

“Non, ini mbok bikinin susu. Non minum dulu ya.” Mbok Nah menyela Witri yang sedang mencoret-coret kertas sketsanya.

“Eh, mbok. Iya, nanti akan Witri minum.” Witri tersenyum, walaupun tadi sedikit terlonjak saat mbok Nah tau-tau sudah ada di depan gazebo.

Mbok Nah juga tersenyum dan sedikit melirik coretan sketsa ditangan Witri.

“Non, lagi gambar apa..?” Rasa ingin tau mbok Nah terucap.

“Ah ini,, ah mbok, Witri malu,, nanti saja ya kalau lukisannya sudah jadi, baru Witri tunjukin ke mbok.” Sketsa yang terjepit pada alas tulis itu langsung saja didekap Witri, membuat mbok Nah tertawa melihatnya.

Kebiasaan Witri saat sedang melukis atau membuat sketsa, merasa grogi dan malu ketika ada yang melihatinya. Kecuali oleh ayahnya sendiri, itupun karena Witri takut tidak sopan dan akan menyakiti hati ayahnya jika Witri menolak, walaupun ayah Witri sendiri tidak pernah memaksa untuk melihati ketika putrinya sedang melukis.

“Ya sudah, non perlu si mbok temani?” Mbok Nah masih tersenyum.

“Oh, tidak usah mbok. Mbok masuk saja, Witri sebentar lagi juga masuk kok.” Jawab Witri masih melempar senyum pada mbok Nah.

“Ya sudah non, kalau gitu mbok masuk dulu ya. Jangan lupa diminum susunya. Non juga jangan terlalu lama diluar, nanti bisa masuk angin loh.”

Witri tertawa mendengar kata-kata mbok Nah barusan.

“Iya mbok,,terima kasih.”

Sepeninggal mbok Nah masuk ke dalam rumah, Witri segera meminum susu yang dibawakan mbok Nah tadi. Sekarang Witri duduk sambil menjulurkan kakinya kebawah, kedalam air kolam dengan ikan-ikan yang berenang disekitarnya. Diangkatnya pandangannya keatas, memandang bulan yang sedikit tertutup awan, ‘indah’, ucap Witri dalam hati.

Beberapa saat kemudian setelah puas memandangi bulan di atas sana, Witri kembali mengambil kertas sketsanya dan segera asyik mencorat-coret kembali, sambil kakinya bergerak-gerak menciptakan suara kecipak pada air kolam, membuat ikan-ikan disana berenang mondar-mandir seperti orang yang sedang bingung.

Ini adalah malam ketiga ayah Witri berada di Bandung. Kemarin, ayahnya menelepon, mengabari kalau ayahnya baru akan pulang besok. Seharusnya hari ini ayah Witri pulang, namun karena ayahnya mendadak membuat janji temu dengan sahabat lamanya di hari keempat ini, maka kepulangan Ayah Witri tertunda menjadi esok hari.

8 Komentar

  1. kenyaberlian menulis:

    haloo.. saya update lg nih cerita LS.
    sebelumnya saya mohon maaf kalo crt ini blm bs bnya menghibur teman2. tp besar harapan saya, stelah bc crt ini teman2 bersedia memberikn pesan2 agar nti saya bs melanjutkan menulis crt ini lbih bagus lg.
    :)

  2. Tidak apa, menurut saya ini cerita nya bagus kok :inlovebabe :NGEBETT

  3. Jodoh ama anaknya gantara yg sulung kyknya :dragonmikirdulu

  4. Masih menebak nebak

  5. KhairaAlfia menulis:

    makin penasaran sama ceritanya,,

  6. Ditunggu selanjutnya ya

  7. Neexttt

  8. Ini ada lanjutannya ga yaa