by Drosia

Mimpi, Rasa, dan Logika

12 Mei 2019 in Vitamins Blog

13 votes, average: 1.00 out of 1 (13 votes, average: 1.00 out of 1)
You need to be a registered member to rate this post.
Loading...

Memandangmu
Bagaikan mimpi bagiku
Tawamu, bagai melodi merdu
Senyummu, bagai mentari pagiku
Candamu, terbitkan senyumku

Pesonamu bagaikan mentari
Menarik hati kala ia hadir
Tak luput bawa kagum saat pergi
Namun begitu congkak saat siang hari
Tapi tak urung tetap menarik hati

Bagai mimpi
Anggapku kau memandangku
Rasanya tak mungkin
Hampir-hampir mustahil
Tapi ilusi membuaiku
Terbangkanku dalam angan semu

Bangun!
Mimpi ini terlalu indah
Terbangkanku hingga hilang arah
Tak lagi menjejak tanah
Lupa tempatku berkisah

Tapi aku harus bangun
Ia tak memandangku
Tatapnya tak tertuju padaku
Aku hanya menggenggam angan semu

Hai rasa
Dapatkah kau hentikan anganmu
Sudahi segala mimpi khayalmu
Logika memanggilmu
Berteriak coba sadarkan dirimu
Agar mimpi tak membuaimu

Sadarlah
Maka kau tak kan jatuh dan patah

Tapi rasa…
Kau terlalu keras kepala
Menolak nasehat logika
Tetap terbuai ilusi indahnya

Logika lelah
Namun tak urung ia resah
Berapa kali ia harus mengalah
Rasanya ingin menyerah
Rasa pergi tak tau arah
Mungkin saatnya ia menyerah

Semesta memandang
Tatap logika yang lelah berperang
Tak urung ikut mengerang
Bagaimana mungkin ia kalah berperang?

Akhirnya ia turun tangan
Ikut berperan dalam pertempuran
Bantu logika sampaikan pesan
Jatuhkan rasa tanpa perasaan
Mestinya semua tersampaikan

Rasa jatuh
Sakit mendera tubuh
Namun darah tetap dalam pembuluh
Sesak datang merengkuh
Buatnya seketika mengeluh

Rasa menyesal
Berkalipun ia ingin menyangkal
Ia tau logika benar
Seharusnya dia mendengar
Agar ia tak tak terdampar

Sekarang ia jatuh ke dasar
Dilingkupi sepi yang menguar
Gelap ikut berpendar
Menghalangi rasa dari sinar

Sekarang ia harus memulainya dari awal

by Drosia

Dia

12 Mei 2019 in Vitamins Blog

8 votes, average: 1.00 out of 1 (8 votes, average: 1.00 out of 1)
You need to be a registered member to rate this post.
Loading...

Dia bagaikan edelweis

Begitu indah, tapi sulit tergapai

Dia bagaikan batu karang

Berdiri tegar menantang sang ombak

 

Dia bagaikan dewi malam

Begitu benderang dalam kesunyian malam

Dia bagakikan permata

Terkubur dalam, menunggu ditemukan

 

Dalam belaian sulur cahaya

Dibawah jendela terbuka

Aku menemukannya

Permata dalam kesunyian

Keidahan terpancar menyilaukan mata

 

Dia

Kucintai dalam diam

Terselubung persahabatan

Menunggu sang waktu mengungkapkan

DayNight
DayNight