Baca Novel Bagus Gratis Sampai Tamat › Forum › Forum Hiburan & Sharing › SHARING: Dua orang baik tapi mengapa Perkawinan tidak berakhir bahagia?
Di-tag: Carijodoh
- This topic has 26 balasan, 21 suara, and was last updated 8 years, 7 months yang lalu by thejuney.
-
PenulisTulisan-tulisan
-
-
28 April 2016 pada 9:31 pm #35946carijodohPeserta
Cj membaca kisah ini barusan dan rasanya amat sangat sia-sia jika tidak dibagikan kepada yang lainnya, terutama para mama cantik keluarga bahagia dan calon-calon mama cantik (seperti CJ) hehehe
selamat membaca~~(artikel) Dua orang baik tapi mengapa Perkawinan tidak berakhir bahagia?
oleh: Pak R.Widyaphrasta
sumber: linkedin. com(banyak masukan, bagaimana kalau saya memposisikan diri sebagai wanita, dan inilah ceritanya……)
Ibu saya adalah seorang yang sangat baik, sejak kecil, saya melihatnya begitu gigih menjaga keutuhan keluarga. Ia selalu bangun dini hari, memasak bubur yang panas untuk ayah, karena lambung ayah tidak baik….., pagi hari ayah hanya bisa makan bubur.
Setelah itu, masih harus memasak sepanci nasi untuk anak-anak, karena anak-anak sedang dalam masa pertumbuhan, perlu makan nasi….., dengan begitu baru tidak akan lapar seharian di sekolah.
Setiap sore, ibu selalu membungkukkan badan menyikat panci. Setiap panci di rumah kami bisa dijadikan cermin, tidak ada noda sedikitpun.
Menjelang malam, dengan giat ibu membersihkan lantai, mengepel seinci demi seinci, lantai di rumah tampak lebih bersih dibanding sisi rumah orang lain, tiada debu sedikit pun meski berjalan dengan kaki telanjang.
Ibu saya adalah seorang wanita yang sangat rajin. Namun, di mata ayahku, Ia (ibu) bukan pasangan yang baik. Dalam proses pertumbuhan saya, tidak hanya sekali saja ayah selalu menyatakan kesepiannya dalam perkawinan, saya tidak pernah memahaminya.
Ayah saya adalah seorang laki-laki yang bertanggung jawab. Ia tidak merokok, tidak minum-minuman keras, serius dalam pekerjaan, setiap hari berangkat kerja tepat waktu, bahkan saat libur juga masih mengatur jadwal sekolah anak-anak, mengatur waktu istirahat anak-anak….., Ia adalah seorang ayah yang penuh tanggung jawab, mendorong anak-anak untuk berprestasi dalam pelajaran.
Ia suka main catur, suka larut dalam dunia buku-buku kuno. Ayah saya adalah seorang laki-laki yang baik, di mata anak-anak, ia maha besar seperti langit, menjaga kami, melindungi kami dan mendidik kami.
Hanya saja, di mata ibuku, Ia juga bukan seorang pasangan yang baik, dalam proses pertumbuhan saya, kerap kali saya melihat ibu menangis terisak secara diam diam di sudut halaman. Ayah menyatakannya dengan kata-kata, sedang ibu dengan aksi, menyatakan kepedihan yang dijalani dalam perkawinan.
Dalam proses pertumbuhan, aku melihat juga mendengar ketidakberdayaan dalam perkawinan ayah dan ibu, sekaligus merasakan betapa baiknya mereka, dan mereka layak mendapatkan sebuah perkawinan yang baik.
Sayangnya, dalam masa-masa keberadaan ayah di dunia, kehidupan perkawinan mereka lalui dalam kegagalan, sedangkan aku, juga tumbuh dalam kebingungan, dan aku bertanya pada diriku sendiri, “Dua orang yang baik mengapa tidak diiringi dengan perkawinan yang bahagia?”
PENGORBANAN YANG DIANGGAP BENAR
Setelah dewasa, saya akhirnya memasuki usia perkawinan, dan secara perlahan-lahan saya pun mengetahui akan jawaban ini.
Di masa awal perkawinan, saya juga sama seperti ibu, berusaha menjaga keutuhan keluarga, menyikat panci dan membersihkan lantai, dengan sungguh-sungguh berusaha memelihara perkawinan sendiri.
Anehnya, saya tidak merasa bahagia ; dan suamiku sendiri, sepertinya juga tidak bahagia. Saya merenung, mungkin lantai kurang bersih, masakan tidak enak, lalu, dengan giat saya membersihkan lantai lagi, dan memasak dengan sepenuh hati.
Namun, rasanya, kami berdua tetap saja tidak bahagia….. Hingga suatu hari, ketika saya sedang sibuk membersihkan lantai, suami saya berkata, “Istriku, temani aku sejenak mendengar alunan musik!” Dengan mimik tidak senang saya berkata, “Apa tidak melihat masih ada separoh lantai lagi yang belum dipel?”
Begitu kata-kata ini terlontar, saya pun termenung, kata-kata yang sangat tidak asing di telinga, dalam perkawinan ayah dan ibu saya, ibu juga kerap berkata begitu sama ayah. Saya sedang mempertunjukkan kembali perkawinan ayah dan ibu, sekaligus mengulang kembali ketidakbahagiaan dalam perkwinan mereka. Ada beberapa kesadaran muncul dalam hati saya.
YANG KAMU INGINKAN?
Saya hentikan sejenak pekerjaan saya, lalu memandang suamiku, dan teringat akan ayah saya….. Ia selalu tidak mendapatkan pasangan yang dia inginkan dalam perkawinannya.
Waktu ibu menyikat panci lebih lama daripada menemaninya. Terus menerus mengerjakan urusan rumah tangga, adalah cara ibu dalam mempertahankan perkawinan, Ia memberi ayah sebuah rumah yang bersih, namun, ibu jarang menemani ayah, ibu sibuk mengurus rumah, Ia berusaha mencintai ayah dengan caranya, dan cara ini adalah mengerjakan urusan rumah tangga.
Dan aku, aku juga menggunakan caraku berusaha mencintai suamiku. Cara saya juga sama seperti ibu, perkawinan saya sepertinya tengah melangkah ke dalam sebuah cerita, “Dua orang yang baik mengapa tidak diiringi dengan perkawinan yang bahagia.”
KESADARAN MEMBUAT SAYA MEMBUAT KEPUTUSAN (PILIHAN) YANG SAMA
Saya hentikan sejenak pekerjaan saya, lalu duduk di sisi suami, menemaninya mendengar musik, dan dari kejauhan, saat memandangi kain pel di atas lantai seperti menatapi nasib ibu.
Saya bertanya pada suamiku, “Apa yang kau butuhkan?”
“Aku membutuhkanmu untuk menemaniku mendengar musik, rumah kotor sedikit tidak apa-apalah, nanti saya carikan pembantu untukmu, dengan begitu kau bisa menemaniku!”, ujar suamiku.
Saya kira kamu perlu rumah yang bersih, ada yang memasak untukmu, ada yang mencuci pakaianmu…. dan saya mengatakan sekaligus serentetan hal-hal yang dibutuhkannya.
“Semua itu tidak penting-lah!”, ujar suamiku.
“Yang paling kuharapkan adalah kau bisa lebih sering menemaniku.”
Ternyata sia-sia semua pekerjaan yang saya lakukan, hasilnya benar-benar membuat saya terkejut. Kami meneruskan menikmati kebutuhan masing-masing, dan baru saya sadari ternyata dia juga telah banyak melakukan pekerjaan yang sia-sia, kami memiliki cara masing-masing bagaimana mencintai, namun, bukannya cara yang diinginkan pasangan kita.
JALAN KEBAHAGIAAN
Sejak itu, saya menderetkan sebuah daftar kebutuhan suami, dan meletakkanya di atas meja buku. Begitu juga dengan suamiku, dia juga menderetkan sebuah daftar kebutuhanku.
Puluhan kebutuhan yang panjang lebar dan jelas, seperti misalnya, waktu senggang menemani pihak kedua mendengar musik, saling memeluk kalau sempat, setiap pagi memberi sentuhan selamat jalan bila berangkat.
Beberapa hal cukup mudah dilaksanakan, tapi ada juga yang cukup sulit, misalnya dengarkan aku, jangan memberi komentar. Ini adalah kebutuhan suami. Kalau saya memberinya usul, dia bilang akan merasa dirinya akan tampak seperti orang bodoh. Menurutku, ini benar-benar masalah gengsi laki-laki.
Saya juga meniru suami tidak memberikan usul, kecuali dia bertanya pada saya, kalau tidak saya hanya boleh mendengar dengan serius, menurut sampai tuntas, demikian juga ketika salah jalan.
Bagi saya ini benar-benar sebuah jalan yang sulit dipelajari, namun, jauh lebih santai daripada mengepel, dan dalam kepuasan kebutuhan kami ini, perkawinan yang kami jalani juga kian hari semakin penuh daya hidup.
Saat saya lelah, saya memilih beberapa hal yang gampang dikerjakan, misalnya menyetel musik ringan, dan kalau lagi segar bugar merancang perjalanan keluar kota. Menariknya, pergi ke taman flora adalah hal bersama dan kebutuhan kami, setiap ada pertikaian, selalu pergi ke taman flora, dan selalu bisa menghibur gejolak hati masing-masing.
Sebenarnya, kami saling mengenal dan mencintai juga dikarenakan kesukaan kami pada taman flora, lalu bersama kita menapak ke tirai merah perkawinan, kembali ke taman bisa kembali ke dalam suasana hati yang saling mencintai bertahun-tahun silam.
Bertanya pada pasangan kita, “Apa yang kau inginkan?”, kata-kata ini telah menghidupkan sebuah jalan kebahagiaan lain dalam perkawinan. Keduanya akhirnya melangkah ke jalan bahagia.
Kini, saya tahu kenapa perkawinan ayah ibu tidak bisa bahagia, MEREKA TERLALU BERSIKERAS MENGGUNAKAN CARA SENDIRI DALAM MENCINTAI PASANGANNYA, BUKAN MENCINTAI PASANGANNYA DENGAN CARA YANG DIINGINKAN PASANGAN KITA.
Diri sendiri lelahnya setengah mati, namun….., pihak kedua tidak dapat merasakannya, akhirnya ketika menghadapi penantian perkawinan, hati ini juga sudah kecewa dan hancur.
Karena Tuhan telah menciptakan perkawinan, maka menurut saya, SETIAP ORANG PANTAS DAN LAYAK MEMILIKI SEBUAH PERKAWINAN YANG BAHAGIA, asalkan cara yang kita pakai itu tepat, menjadi orang yang dibutuhkan oleh pasangan kita! Bukannya memberi atas keinginan kita sendiri…..
Perkawinan yang baik, pasti dapat diharapkan…..
-
28 April 2016 pada 10:07 pm #35959yoonilee85Peserta
kata kuncinya KOMUNIKASI. mau pernikahan yg seperti apa? semua masalah pernikahan biasanya karena kurangnya komunikasi bahkan ada yg mis-kom. orang yg masuk dunia pernikahan itu kaya masuk ke hutan rimba tanpa peta. kalo ga ada komunikasi yg baik dengan pasangan maka kita akan tersesat..
-
28 April 2016 pada 10:40 pm #35963carijodohPeserta
teh yoon, iya teh betul, harus lancar komunikasinya, kalau salah pake provider bisa bisa malah error~~ galat berbasis data dan lain sebagainya. huhu
-
28 April 2016 pada 10:52 pm #35965St.vaniePeserta
Belum married sih aku. Tapi kisah ini akan aku ingat selalu dan akan aku terapkan kalau sudah menikah. Makasih ya untuk sharingnya. Bagus banget ini :AIKO :ARMENIA :ASIA :FREYA
-
28 April 2016 pada 10:55 pm #35966St.vaniePeserta
Ngomong2 jadi ingat Jenderal Akira yang komunikasinya macet cet cet cet total sama Asia. Andai dia bisa terbuka komunikasinya, begitu juga dg Asia. Pasti lbh baik. Hehehe… :ASIA :AKIRA
-
28 April 2016 pada 10:59 pm #35968carijodohPeserta
vanie, hihi aku juga belum nikah nih tapi malah sharing beginian, yah gapapa lah namanya juga belajar sebelum menikah biar nanti sekali seumur hidup ya gak?
nah bener itu asia dan jenderal malah komunikasinya macet banget! :NANGIS -
29 April 2016 pada 4:09 am #36014ofiemdxPeserta
Aku belum menikah ,,tapi pembahasan ini bagus banget ,membuatku berfikikir mungkin ini masalah yang selama ini aku dan pasanganku saat ini hadapi ,,,kurang komunikasi dan kita yang sama2 cuek sehingga tidak mengerti keinginan pasangan masing masing :AIKO :AIKO makasih cj :LETNANPARIS
-
29 April 2016 pada 6:33 am #36036yanayulianti6Peserta
Ka cj berhubung saya belum menikah, ini adalah sebuah gambaran dalam menjalin hubungan & memperbaiki masalah yang terjadi dalam rumah tangga. Terima kasih telah berbagi bacaannya. Sebenernya kunci dalam rumah tangga ini adalah sebuah komunikasi dan saling kompromi. Selamat pagi ka selamat menjalankan aktifitas :TABIBZHOU
-
29 April 2016 pada 9:42 am #36047MichikaLeePeserta
nice artikel ,bermanfaat banget .. !1
hhh..iya sih semuanya itu karena komunikasi hmm..okay deh Chika simpan ini baik-baik kkk..
thanks for sharing this one ^^ -
29 April 2016 pada 10:17 am #36056RositaAmalaniPeserta
Komunikasi dan pengertian intinya bicarakan apa yang ingin kamu katakan jgn disimpan, jangan masing beranggapan sayalah yang paling berkerja keras di rumah ini.Sesibuk apapun bekerja mengurus rumah jgn lupa masa2 untuk relax dan me time sama2 suami begitu juga sebaliknya perlu.Mentang2 sdh ada buntut sayang-sayangannya di nomor sekian kan. jadi katakan apa yg kamu inginkan pada pasanganmu dengan lantang :TABIBZHOU biar masing2 nggak saling tak acuh. :KEBELET
-
29 April 2016 pada 12:05 pm #36085SyifaSyifa9Peserta
Setuju, pernikahan yang baik diawali dengan komunikasi yang baik… pernikahan membuat 2 org yg berbeda pikiran, berbeda asal usul, berbeda sifat dan berbeda hati berjalan bersama-sama mengarungi bahtera rumah tangga dalam mencapai tujuan yg sama. Kunci mengatasi perbedaan adalah komunikasi dan saling menjaga kepercayaan :AYO :LETNANPARIS
Apabila di tengah jalan ternyata akan berbeda jalan, yang satu ke kiri dan yang satu ke kanan, tp tidak ada titik temunya, lalu kemudian mereka berpisah…. mungkin itu adalah takdir… :TERLUKA
Siapa yang bisa memprediksi kan masa depan :NANGIS -
29 April 2016 pada 3:12 pm #36125nulyminozPeserta
Thank udah share cj, wawasan yg bagus, nanti berumah tangga kelak, saling memahami itu yang utama :KASIM
-
29 April 2016 pada 5:55 pm #36139carijodohPeserta
Dear ofiemdx, cj juga belum menikah dan malah sebelum menikah kita harus memperlajari semua ini, heheh nah semoga dengan membaca artikel ini kamu dan pasangan bisa saling memperbaikinya
Dear wie ambar, gapapa hehehe iya kak sebagai orang yang sedang menjalaninya pasti kaka udah ngerti seluk beluk nya hehe
Dear Yana yulianti, sama2 sayang, semoga dengan membaca artikel ini kesiapan dan pengetahuan kita tentang pernikahan bertambah ya. Hehhee
Dear michika lee, you are very welcome, mari belajar yang banyak sebelum melangkah ke dunia pernikahan sesungguhnya hehehe
Dear rosita amalani, wahhh terimakasih wejangannya, CJ belajar banyak dari parah ahlinya disini, para mama cantik keluarga bahagia hehehehe
Dear syifa, setidaknya kita bisa mengusahakan yang terbaik untuk masa depan, iya kan? Hehehe wahh terimakasih masukkannya, cj setuju sama kamuuu~ hehehe
Dear nulyminoz, sama2 sayang, hihihi mari kita belajar yang banyak sebelum menjalani kehidupan pernikahan yang sesungguhnya~
:AIKO :AIKO :AIKO :AIKO :AIKO :AIKO
-
29 April 2016 pada 6:14 pm #36144VonnymargarethPeserta
wah informasi yg bagus, saya juga belum menikah, dan ini bisa jadi pembelajaran dikehidupan pernikahan saya nnti,jadi intinya komunikasi ya, Terimakasih CJ eonni ^^
-
29 April 2016 pada 6:51 pm #36156carijodohPeserta
Dear Vonny, sama-sama sayang. mari jadikan ini pelajaran biar nanti bisa sekali seumur hidup hehehe :AIKO
-
29 April 2016 pada 7:26 pm #36174benedectpranidhanaPeserta
Wahhhh Kak Cj…. hahahahahhaha…. thanks ya sharingnya…
mungkin satu lagi deh menurut olland…
Open mind.. heheheheh… komunikasi..open mind.. dan bener2 melibatkan cinta dan Tuhan siihhh… hehehehhe -
29 April 2016 pada 7:33 pm #36182carijodohPeserta
dear benedect olland hehehe
sama2 olland, nah iya bener open mind, sharing, komunikasi dan tidak lupa melibatkan pemilik kita yaitu TUHAN YME hehehe :AIKO
-
30 April 2016 pada 4:38 pm #36586NandaFitriaPeserta
Pada dasarnya memang dalam menjalani suatu hubungan itu ya komunikasi. Salah persepsi sedikit ujung-ujungnya kesalahpahaman.
Infonya bagus teh, meskipun belum menikah, dijadikan pembelajaran. -
30 April 2016 pada 4:47 pm #36589clpoohshPeserta
Kisi2 berumah tangga :LETNANPARIS :LETNANPARIS thanks udh share :YIPPIE
-
30 April 2016 pada 8:56 pm #36655valkyriefreyaPeserta
Barusan saya juga baca artikel ini di fb, dishare oleh teman…saya bs melihat hal ini terjadi pada generasi orang tua saya…yah ortu says sih gak berakhir hubungannya heheh… cm jadi pembelajaran buat saya ke depan bila menikah.
-
3 Mei 2016 pada 10:52 pm #40954eka_carissa_putriPeserta
Artikel yang bagus. Sebagian saya alami dan benar. Terkadang kita (suami dan istri) terlalu sibuk dengan pekerjaan masing-masing dan lupa berkomunikasi. Saya pun begitu, apalagi di awal-awal pernikahan… Sempat terombang-ambing karena masih tahap pengenalan watak asli dan ego masing-masing. Tapi alhamdulillah, seiring berjalannya waktu, semua bisa teratasi.
Dan satu hal yang patut kita lakukan sebagai seorang istri adalah menanamkan sedalam mungkin kepercayaan pada suami, begitu pun sebaliknya. :AIKO menurut saya, itu kunci utama dari sebuah hubungan dan kehidupan berumah tangga. :LETNANPARIS
-
3 Mei 2016 pada 11:33 pm #40962BelleindreamPeserta
Keterbukaan satu sama lain memang sangat diperlukan…
Mengetahui apa keinginan pasangan.. Mungkin menurut kita apa yg kita lakukan sudah benar, tp bagaimana menurutnya? Apakah dia nyaman akan hal tersebut..Banyak pelajaran yg bisa diambil dari artikel ini nambah wawasan belle sebelum menikah hihihi…
-
4 Mei 2016 pada 1:09 am #40973tiaayu25Peserta
Pernikahan itu usaha mnyatukn dua hati, pmikiran, watak, dan ego yg brbeda dr msing2 dirinya,,,
Kuncinya,, d mlai dgn komunikasi yg baik,,
Prnikahn bkn cm ttg pngabdian istri k suami, atw dominasi suami thdp istri,,
Prnikahan itu, mlangkah brsama, berunding brsama, lelah, sakit senang brsama,,, dan kunci utk kbrsamaan itu ada dlm komunikasi -
4 Mei 2016 pada 8:19 am #41012likeskyPeserta
Setuju sama artikel di atas :JENDAKIRA saya sudah menikah dan memang apa yang menurut kita baik belum tentu baik juga untuk pasangan dan justru menimbulkan ketidaknyamanan..di awal pernikahan saya dan suami sering mengalaminya yang tak jarang menimbulkan percekcokkan yang kemudian hari bisa kami pelajari tapi tak kadang juga lupa dan mengulangi pola yang sama :AHA tapi itu semua adalah proses dalam pernikahan dan setiap orang memiliki perspektif berbeda tentang bahagia.Bahagia itu sederhana menurut saya adalah bisa saling menggenggam tangan masing” saat tidur. :LETNANPARIS
-
4 Mei 2016 pada 9:14 am #41017_anichanPeserta
Pernikahan itu bisa jadi simple atau ribet tergantung pasangan menyikapinya .. komunikasi memang basic tapi dibutuhkan saling pengertian biar komunikasi sampe dan sesuai seperti yang diinginkannya
-
4 Mei 2016 pada 9:57 am #41021thejuneyPeserta
terimakassih shring nya bantu banget kak, jadi sebenernya kita hidup itu gak sendirian, dan yang menurut kita baik belum tentu sama dengan apa yng difikirin pasangan kita, emang komunikasi itu penting dalam membangun hubungan :JENDAKIRA
-
-
PenulisTulisan-tulisan
- Anda harus log masuk untuk membalas topik ini.