Baca Novel Bagus Gratis Sampai Tamat › Forum › Forum Hiburan & Sharing › Nikmat Itu Diperoleh Ketika Seseorang Keluar Dari Kesulitan
- This topic has 3 balasan, 3 suara, and was last updated 8 years, 6 months yang lalu by ias1610.
-
PenulisTulisan-tulisan
-
-
19 Juni 2016 pada 4:03 pm #79211RositaAmalaniPeserta
Nikmat Itu Diperoleh Ketika Seseorang Keluar Dari Kesulitan
Pada saat dulu pertama kali naik pesawat terbang, saya benar-benar bisa merasakan nikmat naik kendaraan modern itu. Terasa nikmat, karena baru pertma kali itu merasakannya. Selain itu, tempat duduknya sudah diatur, dilayani oleh pramugari yang kerjanya amat profesional, dan ketika terbang,—— kecuali ada awan tebal, tidak ada goncangan. Berbeda lagi ketika sudah setiap minggu bepergian, bepergian dengan pesawat terbang, terasa tidak ada kenikmatan sama sekali, bahkan kadang membosankan. Apalagi bepergian jarak jauh yang menghabiskan waktu belasan jam, sekalipun berada di kursi bisness class, sangat membosankan.
Demikian pula, ketika pertama kali naik mobil dan bahkan sepeda motor, rasa nikmatnya bukan main. Perasaan berbangga oleh karena telah berpengalaman naik sepeda motor dan juga mobil. Sekalipun kehujanan dan kondisi jalannya kurang bagus, ketika itu masih terasa enak. Mungkin hal itu disebabkan, karena sebelumnya ke mana-mana, hanya berjalan kaki, bersepeda angin atau ketika sedang di pegunungan hanya naik kuda. Akan tetapi setelah lama-lama naik mobil dan juga sepeda motor, terasa bosan. Naik mobil berlama-lama tidak merasakan nikmat.
Merasakan betapa sulitnya mensyukuri nikmat itu, saya teringat nasehat seorang kyai kepada mantan santrinya yang datang ke rumahnya. Orang dimaksud, sebenarnya hidupnya sudah jauh meningkat. Dahulunya, ia tidak punya rumah. Bersama isterinya, oleh karena penghasilannya pas-pasan, ia hanya menyewa rumah kecil. Namun demikian ia bersyukur, dan tidak lama kemudian, keluarga sederhana itu memiliki anak hingga beberapa jumlahnya. Rizki pun bertambah, dan akhirnya mampu membangun rumah sekalipun tidak terlalu besar.
Namun setelah anak-anaknya menginjak besar, dirasakan bahwa, rumah kecil miliknya sendiri itu tidak mencukupi. Seringkali terjadi keributan, karena sempitnya rumah yang ditempati itu. Sebagaimana orang desa pada zaman dahulu, jika ada persoalan, daripada mikir sendiri, alumni pesantren itu datang ke kyainya untuk berkonsultasi. Setelah semua keadaannya disampaikan, kyai memberikan solusi, yaitu agar ia membeli kambing ke pasar.Tentu atas nasehat itu, yang bersangkutan terkejut. Nasehatnya terasa tidak masuk di akalnya. Rumahnya sempit, dan tidak memiliki tempat lain, tetapi oleh kyainya disuruh memelihara kambing.
Akan tetapi oleh karena nasehat itu datang dari kyainya sendiri, maka dipenuhi. Ia ke pasar, dan pulang membawa seekor kambing. Sudah barang tentu, apa yang dilakukannya itu diprotes oleh anak dan isterinya. Orang kampung yang tidak percaya dengan hasil pikirannya sendiri itu, oleh isterinya sendiri, dianggap tidak waras, apalagi kambingnya itu ketika malam hari, ditaruh di dalam rumah yang sangat sempit. Sudah barang tentu, anak dan isterinya marah keras. Suami itu dianggap gila oleh karena mengikuti nasehat kyainya yang belum tentu memahami keadaan yang sebenarnya. Menghadapi protes anggota keluarganya itu, ia segera datang kembali ke rumah kyai, menceritakan apa yang terjadi di rumahnya setelah ia membeli seekor kambing.Mendengar laporan tersebut, kyai justru menyalahkannya. Keributan itu terjadi oleh karena, ia hanya membeli seekor kambing. Maka, untuk menyelesaikan persoalan itu, mantan santrinya dimaksud disuruh ke pasar menambah jumlah kambingnya. Saran itu tidak masuk akal, tetapi lagi-lagi, oleh karena dahulu pernah mengaji ke kyai tersebut, apapun nasehatnya dipenuhi. Besuk harinya, ia ke pasar mencari tambahan kambing peliharaannya. Sudah pasti sesampai di rumah, isteri dan anaknya semakin ribut, marah, dan mencaci makinya. Mereka menganggap suami atau ayahnya semakin seius gilanya. Rumahnya yang sempit diisi seekor kambing saja sudah kacau, tetapi masih ditambah lagi.
Akhirnya, ia datang lagi ke rumah kyai, melaporkan apa yang telkah terjadi di rumah tangganya. Kedatangannya yang terakhir itu, kyai memberi nasehat berbeda. Mantan santrinya itu disuruhnya segera menjual semua kambingnya. Setelah semua kambing itu dijual, dianjurkan agar datang kembali ke rumah kyai, untuk melapor keadaan yang terjadi. Selanjutnya, kyai menanyakan keadaan rumahnya setelah kambingnya dijual semuanya. Disampaikan bahwa, rumahnya sudah bersih dan tidak berbau lagi. Selain itu, semua anak dan isterinya menjadi gembira dan bersyukur oleh karena di rumah tidak bercampur lagi dengan kambing.
Cerita yang saya peroleh dari mendengarkan pengajian tersebut, entah apakah benar diangkat dari realitas sebenarnya atau sekedar cerita yang dibuat-buat, akan tetapi hal tersebut menggambarkan bahwa seseorang tidak pernah puas dengan yang apa ada. Selain itu mensyukuri nikmat ternyata tidak mudah. Kenikmatan itu menjadi benar-benar terasakan, setelah seseorang mengalami keadaan sulit. Selain itu, bahwa sesuatu yang diperoleh dengan mudah dan jumlahnya terlalu banyak, apalagi sudah menjadi hal biasa, maka tidak akan lagi dirasakan sebagai nikmat dan bahkan memiliki kegunaan.
Maka yang perlu kita renungkan adalah bahwa bangsa ini sebenarnya sudah jauh lebih maju, lebih makmur, dan lebih sejahtera dibanding pada zaman penjajahan dulu. Namun apa yang telah diraihnya itu, kadang tidak mudah disyukuri. Berapa dan apa saja yang telah dihasilkan, seolah-olah masih terasa kurang. Kemampuan mensyukuri nikmat itulah yang sebenarnya masih perlu ditingkatkan. Selain itu, di tengah-tengah masyarakat terasa terjadi kesenjangan yang sedemikian lebar. Jarak antara yang kaya dan miskin, semakin jauh.
Kedua kelompok tersebut, ——-yang kaya dan yang miskin, sebenarnya sedang merasakan hal yang sama. Bagi yang terlalu kaya, mereka tidak merasakan kenikmatan oleh karena kekayaannya terlalu banyak. Sementara itu, yang miskin merasakan hal yang sama, oleh karena sehari-hari berkekurangan. Umpama mereka yang terlalu kaya peduli pada yang miskin, yaitu bersedia membayar zakat, infaq, shadaqah, hibah, atau apa saja namanya, maka kenikmatan itu akan dirasakan bersama-sama. Tuhan mengajarkan kepada manusia agar mau berbagi, dan tidak memelihara sifat tamak dan bakhil. Selain itu, Tuhan memberikan rizki kepada makhluknya dalam jumlah berbeda-beda, tetapi ketika membagi nikmat ternyata merata dan bahkan sama. Jumlah banyak kadang menjadi beban, sementara itu yang memperoleh sedikit justru merasakan nikmatnya. Semoga menjadi renungan di peringatan hari Kebangkitan Nasional yang bersejarah ini. Wallahu a’lam.
Sumber : http://imamsuprayogo.com/viewd_artikel.php?pg=2979
-
20 Juni 2016 pada 1:19 am #79490farahzamani5Peserta
Bener bngt itu ka ros
Pengalaman saya, ini hal yg tak pernah terpikirkan sebelumnya yaitu nikmat bisa menelan makanan, ternyata itu sangat nikmat ka
Saya pernah radang tenggorokan, pdhl selama ini baik2 saja, saya jg tdk pny amandel, selama 4 hri saya tidak bsa menelan apapun, hanya bisa susu bear brand&larutan madu,air putih pun tak bisa huhu, itu sakit yg paling sakit yg saya rasakan, bisa nya cuma nangis aja, nangis jg dikmr mandi takut ibu saya sedih ternyata ibu pun suka nangis tanpa saya ketahui huhu,ga bisa ngomong,klo ngomong sakit bngttt, jdi pake tulis di kertas klo butuh apa2,selama 4 hri berat badan saya sampe turun 5 kg, sdah ke dokter dri klinik sampe RS besar tp blom sembuh2 krna ya ga bsa mnm obat nya,nelen air putih aja sakit bngt apalgi obat, rasanya klo nelen air putih itu kyk luka yg disiram air perihhhh bngttttt
Setelah sembuh dan bisa nelen makanan pertama kali,saya & ibu sampe nangis2 krna seneng bngt,sampe skrng klo lgi nelen makanan/Minuman saya merasa nikmattttt bngttt, apalgi akan nikmat Allah yg lain
Hehe,jdi curhat ini,berbagi pengalaman ya ka, bahwa nikmat itu benar bru berasa jika kita kesulitan/kesakitan
Mksh infonya ka ros
-
20 Juni 2016 pada 4:50 am #79576RositaAmalaniPeserta
@farahzamani5 ya bener sy jg pernah
Waktu itu saya batuk yg berawal dr sakit tenggorokan, lalu batuk dan menyebabkan asma kambuh. Nafas jadi pendek dan dada terasa sakit walau hanya utk bernapas. Tabung oksigen sdh dipasang utk bernapas tp kyknya nggak mempan. Tubuh saat itu lemes bukan main, nggak bisa tidur samasekali, muka jg dah sepucat mayat kali. Org serumah pada panik. Meski sdh make ventolin efeknya malah over dosis badan jadi gemetar hebat. Yah br sadar kl sakit itu nggak enak bgt jd mulai saat itu sy sangat menjaga dan menjauhi makanan berminyak, bau tajam dan bau rokok kl tdk mau tenggorokan radang dan sesak napas lagi. ternyata bisa bernafas dgn lega itu sungguh nikmat.
Eh curhat juga saya hahah :LINGDAO :LINGDAO
-
-
20 Juni 2016 pada 5:12 pm #79834ias1610Peserta
Inti nya adalah….tawadu dan selalu bersyukur dalam keadaan apa pun ya… :AZHURA
-
-
PenulisTulisan-tulisan
- Anda harus log masuk untuk membalas topik ini.