Vitamins Blog

Ghost The Memory Ep#8 Sisa Kehidupan bagian 1

Bookmark
ClosePlease login

No account yet? Register

14 votes, average: 1.00 out of 1 (14 votes, average: 1.00 out of 1)
You need to be a registered member to rate this post.
Loading...

Jungsuk berlari ditengah lorong rumah sakit, wajah pucat dan hanya memakai piyama tidurnya, tidak dipikirnya untuk berganti pakaian, saat mendengar informasi detak jantung adiknya berhenti.

Cemas, taku dan juga khawatir bahwa saat yang paling ditakutinya terjadi begitu cepat. Didepan kamar adiknya terlihat beberapa orang yang tengah keluar masuk ruangannya membuat dirinya kembali cemas, apakah adiknya itu benar-benar akan pergi?.

Dengan pikiran kalut, Jungsuk segera masuk keruangan adiknya, disana mereka tengah melakukan beberapa pertolongan pertama dan juga beberapa kali dilakukan kejut jantung, hingga saat itulah bunyi alat pendektesinya berimara, grafik kembali terlihat tanda jantungnya kembali berfungsi.

Jungsuk seketika meresot kelantai, menelungkup wajahnya pada kedua telapak tangannya merasa lega adiknya masih berjuang untuk hidup.

“Tuan Jungsuk” Sapa sang dokter menatap Jungsuk yang duduk dilantai, jungsuk yang mendengar itu berusaha berdiri didepan sang Dokter.

” Adik anda saat ini sudah melewati masa kritis, namun kami harus memantau kembli keadaannya, mungkin pembicaraan kita sebelumnya akan dipercepat” jelas sang dokter pelan

Jungsuk tertegun “maksud anda ? Alat penunjang kehidupnya akan segera dilepas ?” tanya Jungsuk memastikan

“Benar, bukan dalam waktu 3 bulan tapi dalam beberapa hari atau dalam seminggu, mengingat kondisi seperti ini akan terus terjadi.”

Jungsuk terdiam, menatap tubuh sang adik yang terbaring.

“Jika kita tetap mempertahankan seperti ini, saya takut itu akan menyakiti nona Aris lebih jauh” lanjut sang dokter mengerti akan pikiran Jungsuk

” Dokter? Apakah adikku, Aris tidak akan bangun ?” tanya jungsuk lemah masih menatap tubuh sang adik,

Sang dokter terdiam, mengerti perasaan akan harapan bahwa adik satu-satunya akan terbangun, dalam kasus serupa Nona Aria memiliki harapan untuk bangun, namun kondisi yang sangat parah ditambah dua gumpalan darah yang masih bersarang diotaknya sangat sulit untuk dapat bangun jika “Hanya sebuah keajaiban Nona Aris dapat bangun dengan kondisinya”

Jungsuk terdiam, ya dia tahu dengan kondisi Aris, hanya keajaibanlah dia dapat bangun “Baik. Dokter. Terim Kasih atas kerja kerasnya selama ini” ucap Jungsuk tulus. Sang Dokter tersenyum profesional dan meninggalkn Jungsuk sendiri.

Jungsuk berjalan kearah tempat tidur sang adik, menata hatinya dengan baik, ada banyak hal yang harusnya dilakukan untuk adik satu-satunya ini, namun nyatanya waktu tidak mengijinkannya untuk memenuhinya, jika saja keajaiban itu terjadi.

” Aris, adikku” panggil Jungsuk suaranya bergetar sedih, berusaha menahan tangisan yang akan segera keluar. Ini adalah ketiga kalinya dia menangis setelah 7 tahun lalu.

“Maafkan kakakmu ini, maafkan kakak telah membuatmu harus menahan rasa sakit ini” air mata yang susah ditahannya, akhirnya keluar , Jungsuk terisak memegang tangan sang adik yang masih terdiam ditepatnya.

” Kau tahu pertama kalinya aku menemukanmu, kau bagikan sebuah cahaya dalam hidup kakak yang hancur dan gelap. Saat itu kakak berjanji bahwa akan membahagiakanmu, menjagamu, namun nyatanya kakak tidak bisa menempati janji kakak”

Jungsuk kembali terisak mengingat kenangannya dengan Aris selama 7 tahun ini, bagaimana dia menjaga Aris dari para pemangsa.

“Banyak hal yang belum kakak lakukan kepadamu, banyak hal yang harusnya kita lakukan dulu, banyak janji yang belum kakak penuhi untukmu” Jungsuk memegang kuat tangan sang adik, takut bahwa detik ini, Aris akan pergi dari hidupnya

“Maafkan kakak karena egois, kakak mohon bertahanlah dan berikan kakak kesempatan untuk melakukan semuanya” tangisan jungsuk pecah, memenuhi ruangan yang sunyi ini, berharap doanya akan terkabul dan kejaiban muncul didepannya.

Yang tidak disadari Jungsuk sendiri, setetes airmata mengali dari sudut mata Aris, dia mendengarnya, mendengar semuanya.

Setelah menumpahkan penyesalan dihatinya, pagi ini Jungsuk menghubungi sekretarisnya membatalkan semua janjinya selama sebulan ini, dan mengalihkan kewakilnya untuk sementara. Setelah menghubungi sang sekeretaris Jungsuk menghubungi Agus menceritakan hal yang harus diketahuinya. Dan disinilah dia berada, salah satu ruangan agensi tempat Agus bernaung.

Agus yang dihubungi pagi ini merasakan perasaan tidak baik, ketika melihat wajah Jungsuk yang terlihat kacau, dan lelah semakin membuat dirinya resah.

” Semalam jantung Aris berhenti berdetak” Ujar Jungsuk datar

Seperti perti menyambar dirinya dipagi hari, perkataan Jungsuk seakan menghantam hatinya dengan petir. ” Dia…”

” Iya dia sempat tidak hampir dikatakan meninggal semalam, namun selama beberapa lama jantungnya kembali berdetak” lanjut Jungsuk dengan nada datar

” pencabutan alat penunjang kehidupan akan dilakukan dalam waktu kurang dari 7 hari” jelas Jungsuk

” Kau ingin melepasnya dalam waktu 7 hari!!! Bukannya 3 bulan?” teriak Agus terkejut, Jungsuk masih menatap datar Agus tanpa ekspresi, namun kedua matanya terlihat lelah.

” jadi persiapkan dirimu, terserah kau akan menengoknya atau tidak” lanjut Jungsuk tanpa menghiraukan keterkejutan dan teriakan Agus kearahnya, seakan Jungsuk bahkan tidak mempunyai tenaga untuk meladeninya.

“Jungsuk Cho , beginikah sikapmu terhadap adik yang kau sayangi? Melepaskan alat penunjang kehidupan ? Dalam 7 hari ? Kau gila ? ” teriakan Agus emosi Jungsuk masih tetap tidak dihiraukan teriakan Agus.

” Kau ingin membunuh adikmu sendiri!!! kau tidak pantas disebut kakak baginya” Hardik Agus marah

Jungsuk menatap dingin sosok Agus, tanpa diduga oleh Agus sebuah pukulan melesat tepat kearah wajahnya, aura mematikan terpancar jelas diwajah Jungsuk.

“jangan coba-coba meragukan diriku sebagai kakaknya, kau tidak tahu apapun” geram Jungsuk kearah Agus,

Jungsuk pergi meninggalkan Agus yang masih tersungkur dilantai , tanpan menoleh.

Setelah perginya Jungsuk, Agus melesat cepat ketempat Aris berada, tanpa mengkhawatirkan wajah lebabnya, seakan takut bahwa Jungsuk telah menyerah terhadap Aris. Dalam pikirannya dia harus mencari tahu keberadaan perkataan Jungsuk.

Saat Agus masuk keruangan Aris, disana sosok Jungsuk berada disamping tempat tidur Aris, Jungsuk duduk diam menatap wajah Aris tanpa menoleh kearag sosok Agus.

Agus yang sudah mendengar penjelasan dokter mengerti kenapa Jungsuk memukulnya saat itu, iya dia benar brengsek. Selain diringa yang terpukul Jungsuklah orang yang akan sangat amat terpukul pertama kalinya sebelum dirinya. Agus tahu bagaimana besar kasih sayang Jungsuk terhadap Aris.

Tepat Agus berada disamping tempat tidur Aris, Jungsuk menoleh kearahnya tanpa mengatakan apapun, Jungsuk berdiri dan meninggalkan Aris dan Agus sendiri.

Agus duduk ditempat Jungsuk sebelumnya, menggengam tangan Aris dengan kuat, berusaha menahan air matanya.

” Aku memang brengsek” ucapnya

“Aku memang pantas dipukul oleh kakakmu, karena meragukan kasih sayangnya padamu”

Agus kembali menahan isak tangis yang berusaha keluar, “aku tidak akan memaksamu lagi untuk bertahan, jika kau tidak kuat lepaskanlah Aris”

Agus meremas tangan Aris memberikan kehangatan kepadanya agar Aris tahu bahwa dia ada disampingnya “jika kau mendengar tolong berikan aku waktu kembali, agar aku bisa menebus semua keegoisanku”

****

June mendesah gelisah kearah sosok Aris yang tertidur, saat mendengar dari Sejin bahwa dalam waktu kurang dari 7 hari alat penunjang kehidupan Aris akan dilepas , June segera datang untuk melihatnya. Setelah percakapan itu berakhir sosok hantu Aris tidak pernah muncul dihadapannya.

“sebenarnya aku senang kau sudah kembali ketubuhmu, tapi aku tidak berharap bahwa kau akan…”

June menunduk sedih, mengingat kembali kehidupan mereka 6 bulan ini. Dimana dia berpura-pura tidak melihatnya, Sosok hantu itu mengusik kelangsungan hidupnya tapi tidak disangkanya bahwa dia akan….

“apa setelah ini kau akan benar-benar pergi?”

“kuharap kau dapat bangun, dan menyelesaikan semuanya sebelum kau pergi”

June menatap tubuh Aris memberikan jeda singkat.

“agar kau tidak menjadi hantu yang akan mengganggu hidupku”

2 Komentar

  1. Koma?