Matikan alarm
Mandi
Memilih pakaian
Membuat roti coklat gandum
Memakai sepatu
Mengunci pintu flat
Berjalan sedikit ke halte bus kota
Menunggu bus
Masuk ke dalam bus
Berdiri paling ujung dekat pintu masuk bus
Memegang tiang penahan
Berdiri selama perjalan
Berdesakan selama 10 menit
Turun dari bus
Menunggu kereta kota di peron
Berdiri paling ujung dekat pintu masuk kereta
Memegang tiang penahan
Berdiri selama perjalan
Berdesakan selama 15 menit
Turun dari kereta kota di peron
Berjalan 5 menit dari peron
Memasuki gedung partai
Melakukan absen fingerprint
Menunggu lift
Masuk lift
Naik ke lantai 5
Turun dari lift
Duduk di kursi tempatnya bekerja
Menyalakan komputer
Dan mengerjakan tugas yang diberikan
Rutinitas
Selalu seperti itu rutinitas Anna selama mulai bekerja di partai. Sejujurnya Anna tidak menyukai rutinitas. Meskipun dari kecil panti tempatnya selalu mendidik anak-anaknya untuk melakukan rutinitas, tetap saja Anna tidak suka. Ia pernah membaca quotes dari buku yang berbunyi,
“If you think adventure is dangerous, try routine. It is lethal”
Sayangnya Anna sudah lupa buku apa yang ia baca dan siapa yang menulisnya. Tapi quotes itu terus terngiang dalam pikirannya. Bukannya Anna tidak bisa keluar dari rutinitas, hanya saja hidupnya yang serba kekurangan inilah yang membuat ia tidak bisa dan belum siap keluar dari rutinitas.
Pekerjaannya di partai juga rutinitas seperti membuat berita acara, melakukan administrasi surat menyurat, menyerahkan surat pada bagian yang bersangkutan, memonitor berita yang sedang berkembang di masyarakat.
Mungkin memang takdirnya untuk terus hidup dalam lingkaran rutinitas.
“Anna, bisakah setelah bekerja nanti kamu ke kota Mayana untuk memberikan dokumen penting pada Clara bagian keuangan?” ujar Ramon mentornya bagian administrasi saat ia baru saja kembali dari ruang fotokopi.
“Dokumen apa Ramon? Dan kenapa harus sampai ke kota Mayana?” tanyanya bingung.
“Dokumen data keuangan partai yang sangat penting sebetulnya sebagai bahannya bertemu seseorang disana. Bodohnya ia pergi sebelum dokumennya diselesaikan kita. Maka dari itu kita juga memiliki tanggung jawab mengenai document itu, jadi aku meminta padamu untuk memberikannya. Untung saja pertemuannya malam. Bagaimana?”
“Bukannya aku menolak Ramon, hanya saja aku belum pernah ke kota Mayana” ucapnya pelan.
Ia sedikit malu karena ia belum pernah ke kota Mayana. Bukannya ia tidak tahu bahwa hampir seluruh penduduk Malvick pasti pernah ke kota Mayana meskipun tidak bekerja disana tapi untuk liburan.
“Benarkah? Tidak masalah. Seturunnya kamu dari peron kereta, naik saja bus kota selama 30 menit karena posisinya memang cukup di ujung kota. Lalu turun di halte 19. Jalan sedikit ke arah utara dan kamu akan menemukan Blue Marika Coffee Shop. Kamu bisa bertanya orang nanti. Clara akan menunggu kamu disana. Usahakan sebelum pukul 9 kamu sudah memberikan dokumennya ya. Pertemuannya pukul 9 malam. Selamat berjalan-jalan Anna” rentet Ramon setelah menaruh dokumen berbungkus coklat di mejanya.
Selamat berjalan-jalan katanya.
Pekerjaannya sedang menumpuk dan ia duga akan selesai pukul 7 malam, perjalanan kurang lebih hampir pukul 9, memberikan dokumen dan kembali ke peron sebelum jam 12. Ya mungkin ia bisa jalan-jalan sebentar.
Jalan-jalan seperti apa yang bisa ia lakukan tanpa mengeluarkan uang?
Pikirkan saja nanti. Ia harus selesaikan pekerjaannya secepat mungkin dan nanti baru ia pikirkan. Untung saja ia sudah menabung sedikit uang.
Tidak banyak
Tapi cukup untuk menghibur diri.
Mungkin ia bisa menonton cinema. Ia tidak pernah menonton film yang tidak pernah ditayangkan televisi, karena memang ia tidak punya uang. Menonton televisi pun ia harus berebutan dengan anak-anak panti lainnya. Bahkan setelah remaja ia terpaksa menonton apa saja yang diputar anak-anak. Meskipun itu film animasi untuk anak-anak juga ia tonton. Menurut salah satu buku yang ia baca, seseorang akan berpikiran sempit jika jarang menonton. Karena dengan menonton ia bisa melihat pandangan dan apa yang sedang ingin diperlihatkan orang-orang dibalik televisi. Maka dari itu karena kurangnya pergaulan Anna, ia harus banyak menonton dan membaca agar tidak ketinggalan banyak hal.
Hanya saja meskipun ia suka membaca dan menonton apapun, ia jarang sekali memasuki dunia romansa. Bukan tidak pernah teman-temannya menawarkan buku romansa atau anak-anak panti membuka saluran acara romansa. Ia hanya tidak nyaman dan biasanya menolak pinjaman buku atau pergi dari ruang keluarga.
Ia tidak suka masalah romansa.
Karena ia tidak mengerti.
Tumbuh di panti bersama anak-anak lain membuat kami tumbuh dalam rasa cinta terhadap satu sama lain sebagai saudara. Ia juga tidak mempunyai orang tua untuk melihat cinta itu seperti apa. Beberapa teman sekolahnya tentu saja sudah banyak yang beromansa, apalagi semenjak ia masuk perguruan tinggi. Beberapa teman prianya juga beberapa kali menyatakan perasaannya pada Anna.
Anna tahu ia bukan yang paling cantik, ia hanya beruntung memiliki bola mata bewarna cocoa yang cukup jarang dimiliki. Ia juga cukup tinggi untuk seorang wanita. 173 cm, cukup tinggi dan membuat ia sedikit kesulitan dalam mencari pakaian. Terutama selama tinggal di panti, ia sulit memakai celana panjang bekas atau rok bekas kakak-kakaknya karena akan terlalu pendek jika ia pakai.
Beberapa kali ia ditawarkan menjadi seorang model atau artis, tapi ia selalu menolaknya.
Ia tahu jika ia menjadi artis atau model, ia bisa keluar dari lingkaran kemiskinannya.
Tapi ia tidak bisa.
Bukannya ia tidak tahu hidup dibalik popularitas seperti apa. Beberapa teman disekolahnya ada yang pernah menjadi artis atau model, bahkan masih ada juga yang menggeluti bidang itu. Bahkan teman cukup dekatnya Sivia seorang artis penyanyi. Sivia selalu bercerita bahwa ia cukup lelah dengan jadwal padatnya serta kejaran media-media. Tidak jarang media-media memberitakan sesuatu yang negatif mengenai Sivia, yang terparah adalah Sivia menggunakan obat pengurus badan untuk memastikan ia tetap kurus. Karena ia cukup dekat dengan Sivia, ia tahu bahwa itu tidak benar. Sivia selalu berhati-hati dalam makan. Ia memilih makanan yang rendah kalori, bahkan jika sudah malam ia tidak pernah makan. Sivia juga selalu berolahraga terutama olahraga yang bisa menurunkan kalori cepat yaitu menari.
Pernah Sivia menjelaskan kepada media bahwa berita itu tidak benar, namun justru perkataan Sivia dianggap pembelaan dan takut kebenaran akan terungkap. Maka dari itu Sivia tidak pernah lagi menjelaskan.
Percuma menurutnya.
Jika seseorang sudah membencimu, mereka akan terus membencimu tanpa peduli kebenarannya.
Dan hal itu cukup menyeramkan untuk Anna.
Ia sudah terbiasa hidup tenang.
Tidak menonjol dan tidak menjadi pusat perhatian.
Tanpa terasa sudah hampir pukul 7 malam dan ia belum menyelesaikan pekerjaannya.
Besok saja.
Nanti ia jadi telat mengantarkan dokumen kalau tidak pergi sekarang.
Setelah bersiap-siap pergi, ia pun berjalan ke peron. Menunggu kereta kota sebentar dan ia sudah dalam perjalanan ke kota Mayana.
Semudah itu.
Tapi butuh 22 tahun untuknya
Menyedihkan.
Setidaknya ia masih tidak terkunci di kota Malvick.
ini
Siapa “seseorang” yg nunggu dokumen??
hidup membosankan pastinya kalau terlalu monoton
Selalu sama