Vitamins Blog

Oh My Fake Bo(ss)yfriend || Kucing vs Gorila

Bookmark
Please login to bookmark Close

22 votes, average: 1.00 out of 1 (22 votes, average: 1.00 out of 1)
You need to be a registered member to rate this post.
Loading...

Kalau ada sumur di ladang, boleh kita menumpang mandi. Kalo ada umur panjang, gak usah lah jumpa lagi. Bosen ketemu lo lagi, lo lagi.” @kodoktidur21

Sorry lama geish, karena tumpulnya otak dan ide. But, makasih buat klean-klean yang nungguin kelanjutan kisah si Arivah ini ???? And this is for you all. Happy reading

Ini cincin dikutuk kali ya, masa iya enggak mau lepas?
“Jangan dipaksa, nanti jari kamu sakit.”
Aku tidak mengindakan komentar Dimas. Berbagai cara aku lakukan demi melepas cicin terkutuk ini!
Kenapa gue bisa setolol ini sih?!
“Ck! Naya….” Dimas meraih tanganku sekaligus menghentikan aktifitas sia-siaku.
Aku mendesah kesal. “Tolol banget sih gue.”
Sisa perjalanan kami diisi dengan kekosongan, hanya ada suara deru mobil dan sayup-sayup suara musik player. Satu jam semudian kami sampai di tempat tujuan. Sebuah restoran mewah menjadi tempat terlaksananya pesta ulang tahun tante Dimas.
Aku menoleh keluar dan seketika menatap horor Dimas di sampingku. “Elo seriusan mau bawa gue ke sini?”
“Iya.”
“Acara ulang tahun tante lo, di sini?”
“Iya.”
Aku kehilangan kata seketika.
“Ayo.”
“Eh bentar!”
Dimas berhenti dengan pintu mobil yang sudah terbuka sedikit. “Kenapa?”
“Emmn … y, yang bener aja dong, liatin penampilan gue! Enggak lucu banget buat dateng ke acara kayak gini!”
Dimas menarik sebelah alisnya. “Kenapa sama penampilan kamu? Kamu baik-baik aja kok. Kamu pake baju, enggak telanjang sama sekali.”
Aku melotot. Duuuuh, boleh enggak sih gue gampar itu mulut pake sendal mak gue?
“Ya bukan gitu, Dimas….”
“Ya?”
“Apanya?”
“Kamu manggil saya kan?”
Aku menggeram frustrasi. “Tuhan! Dosa apa gue sama emak gue hari ini? Sampe dikirimin makhluk beginian dalam hidup gue.”
“Nih.”
Seperti jin dalam lampu yang mengabulkan permintaan, begitu kubuka mata sepasang sepatu heels tergantung di depanku. Aku mengerjap dua kali kalau-kalau itu hanya halusinasiku. Tapi itu nyata.
“Punya siapa?” tanyaku pada satu-satunya spesies pria di dalam mobil tersebut.
“Pakai aja.”
Aku meneripa namun masih dengan kecurigaan. “Jangan bilang ini punya mantan lo. Ogah deh kalo itu bekas mantan lo, nanti gue kena sial lagi.”
Duuuuh elaaaa, lu ganjen amat sih, Vah.
Dimas tidak tampak terganggu, ia justru menampilkan mimik jenaka. “Bukan, itu baru kok. Tadinya memang mau saya kasih ke Farah. Tapi enggak jadi. Kenapa kamu takut kena sial, padahal kamu bukan juga pacar saya.”
Jedeeeeer!!!! Kan lo malu sendiri, Vah. Songong sih!
Aku tidak berniat membalas kalimat Dimas yang aslinya mau sekali aku sambalin. Aku melepas sepatuku asal lalu mengenakan heels yang diberikan Dimas di kedua kakiku. Ukurannya pas! Benar-benar kebetulan yang ajaib! Dan lagi, kok cute banget siiiiiih!!!!
“Kenapa kamu liatin terus? Kekecilan?”
Aku menggeleng. “Enggak, pas kok! Pas banget malah.”
“Suka?”
“Banget!” begitu aku menoleh, ternyata yang tanya juga sedang memperhatikan. Bukan itu yang membuatku terkejut, tapi ekspresi wajah yang sekilas melunak dan senyum samat yang sempat menghiasi bibir Dimas menjadi penampakan yang langka.
“Ya udah, ayo turun.”
Sayangnya, mungkin itu cuma halusinasiku saja. Buktiknya skarang mukanya udah jadi jalan tol lagi.
“Emas Dimas!!”
Begitu masuk, kami langsung disambut oleh bocah lelaki berumur tujuh tahun yang berlari memeluk kaki Dimas.
“Halo, jagoan bunda Tiara. Kenapa lari-lari?”
“Mas Ambar tuh!”
Ambar?
“Lingga, jangan lari-lari dong! Nanti kalo kamu jatoh, emas yang dijewer sama tatu Tiara!”
“Biarin!!! Bbleeee!!!” Lingga berlari menjauh lagi dan menghilang di antara kerumunan orang.
“Jadi baby sitter lo?” komentar Dimas.
“Ya, elah! Tau lo dateng mah gue enggak usah ke sini, A!”
“Sengaja, biar elo enggak ngedekem aja di kostan.”
“Eh, bentar….” Ambar berjalan ke arah kami, tepatnya ke arahku, dengan senyum sumringah direntangkannya tangannya hendak memelukku. “Eneng Ivaaaaaaah!!!!”
Namun sebelum sempat Ambar memelukku, Dimas lebih dulu menarik belakang kerah bajunya hingga Amar tertahan dengan wajah lucu karena lehernya tercekik.
“Apaan sih lo, A! Ganggu momen banget! Gue kan mau penyuk eneng Ivah….” sekali lagi Ambar hendak memelukku namun kembali lagi Dimas menarik belakang bajunya dengan mudah.
“Apaan sih lo, Dim! Gue udah siap peluk Ambar juga. Kangen nih gue sama cungkuk yang satu ini.”
“Tau nih.”
Dimas masih tidak menjawab selama beberapa detik yang lama. Hingga akhirnya ia angkat bicara. “Jangan asal peluk cewek orang.”
“Heh?! Apa?”
Dimas mengembuskan napas. “Naya cewek gue, jadi elo jangan asal main peluk dia.”
Seperti yang sudah-sudah ekspresi Ambar sudah seperti melihat setan turun ke bumi, mulut menganga sempurna, mata melotot, jari menunjuka ke arah kami bergantian. Sampai aku bingung sebenernya yang setan di antara aku dan Dimas ini siapa?
Detik berikutnya suara hirup pukuk acara digantikan oleh teriakan histeris seseorang.
“MAAAAAAMIIIIII, DIMAS MAU KAWIIIIIIN!!!!!”
Berita baiknya hiruk pikik seketika senyap dan berita buruknya, semua orang menoleh ke arah kami dengan penasaran.
Kunyuk Ambar!!! Mampus lo, Vah!

***

Aku memilih bersembunyi di sisi lain kolam setelah lama diwawancarai oleh beberapa orang yang bahkan sebenarnya tidak begitu aku kenal nama dan hubungannya dengan Dimas. Masa bodo, aku tidak berniat menghapalkannya, toh ini hanya semalam.
Tapi, kalo diumumin pake mulut toa Ambar kayak gini, mana mungkin bisa semalam doang. Udah pasti mereka hapalin muka gue, lah gue mana hapal muka orang segaban gini!!!
Selagi aku diwawancarai oleh emak-emak, si tersangka yang memnyeretku ke sini malah menghilang entah kemana. Si kunyuk Ambar juga malah kabur setelah berteriak sebegitu kencangnya.
Emang makhluk barbar enggak cocok di tempat kek beginian, alhasil begitulah kelakuannya.
Aku memperhatikan dari jauh kerumunan orang di depanku. Kebanyakan tamu yang datang bukan hanya keluarga namun didominasi oleh rekan kerja dan kaum emak-emak sosialita. Kok tau? Tau lah, dimana anggota punya acara, kumpulan jeng-jeng ini pasti mendapat tempat tersendiri dari si mpunya acara. Dan pakaiannya itu loh, beeeeh!!! Terlalu mencoloh untuk ukuran mata kaum missqueen sepertiku.
Dior, Prada, Harmes, Belanciaga, Gucci… Heran enggak butuh beras kali ya buat makan. Atau kalo laper cukup pandengin aja tas harga satu miliar lo sampe kenyang.
“Udah dari kapan lo pacaran sama Dimas?”
Aku dikejutkan dengan kehadiran makhluk astral di hadapanku. Dinda.
“Enggak berubah ya, Vah. Muka, tinggi, penampilan….”
Refleks aku memperhatikan penampilanku sendiri. Lalu melihat penampilan Dinda sendiri. Kalo lu liat penampilan di gorila ini, masya Allah, kucing kampung juga bakalan khilaf. Mini dress berpotongan V line rendah sampe belahan kemana-mana, panjangnya hanya menutup setengah panjang paha. Heran, enggak kekurangan bahan tuh?
“Kenapa emang? Gue pake baju, enggak telanjang kek elo.”
Dinda terkekeh mengejek. “Duuuh, kok bisa sih cewek kayak elo yang dibawa sama Dimas? Kayak enggak ada cewek lain aja.”
“Maksud lo apa?”
Dinda tertawa cekikikan persis kunti. “Ivah, Ivah. Lo sadar gak sih? Dimas itu cuma main-main sama elo.” dengan congkaknya Dinda menaikkan dagu, senyum ala-ala artis antagonis di sinetron yang sering Amih tonton. “Om Rama udah bilang kalo dia mau jodohin gue sama Dimas, jadi elo … siap-siap aja hengkang dari Dimas.”
Aku menarik sebelah alis. Heran, kepelet apa sih ini anak sama Dimas sampe segitu ngebetnya kawin sama itu cowok.
“Kenapa lo liat-liat? Sirik lo sama gue?”
“Idih, ngapain gue sirik sama gorila ngebet kawin kayak elo.”
“Apa lo bilang?!”
“‘Sirik,'” sahutku acuh.
“Lo bilang gue gorila?! Elo enggak ngacak? Lo sendiri kucing garong?!”
Well, asal elo tau, kucing garong lebih cantik dan cute dari gorila.”
“Elooo….” Seketika ekspresi Dinda berubah menjadi horor seperti baru balihat genderuo. Melototnya itu loh, pengen banget gue colok pake tusukan cilok. “Dari mana lo dapetin cincin itu?!”
Aku segera menyadari ke arah mana Dinda sedang menatap sekarang, ternyata dia juga tahu prihal cincin peninggalan mendiang eang Dimas. Pantas sampai histeris begitu. Selintas aku mendapat ide untuk mengerjainya. Kuacungkan jari manisku ke depan matanya dengan senyum congkak.
“Cincin ini? Gue dikasih cincin ini sama Dimas. Dia bilang ini pemberian eangnya, diturunin ke tatu Maya, dan sekarang dikasihin ke gue sebagai calon-istri-Dimas.” Aku sengaja menekankan bagian terakhir, biar tahu rasa dia.
Reaksi yang diduga ternyata cukup mengejutkan, wajah Dinda yang berubah pucat seperti habis donor darah ke vampir. Ia menggeleng tidak percaya, dengan tatapan masih terarah pada jari manisku, gue sampe takut kalo-kalo doi matahin jari manis gue saking tidak percayanya.
“Enggak mungkin! Elo pasti nyolong!”
“Sembarangan!” semburku, “Jaga ya kalo punya mulut jangan asal nuduh!”
“Enggak nyangka, selain lo ngedukun lo juga hobi nyolong. Berapa banyak om-om yang lo kibulin, heh?!”
“Wah, bener-bener ini gorila.”
“Balikin enggak! Sadar oi itu bukan hak elo!” Seperti orang kesetanan dicengkramnya lenganku dan dengan memaksa ia menarik cincin di jari manisku sampai-sampai jari manisku terasa sakit.
Gilak, ini gorila beneran kesurupan kali ya.
“Lepasin tangan gue bego, sakiiiit!”
“Enggak! Elo harus balikin dulu cincinnya! Harusnya itu dipake sama gue bukan elo!”
“Sinting lo ya? Lepasin gueeee!!!”
Perkelahian itu mulai menimbulkan banyak pasang mata mulai memperhatikan kami, sayangnya si sinting yang satu ini sudah hilang urat malunya sampai-sampai tidak memedulikan orang-orang yang mulai berdatangan.
“Elo pake lem apa sih di cincin ini sampe enggak mau lepas?”
“Kan gue udah bilang, ini dikasih ke gue jadi dia enggak mau kalo pindah ke tangan elo!”
Bullshit! Elo boong! Gue tau elo pasti nyolong!! Lepasin enggak!”
“Enggak! Dan gue enggak nyolong ini cincin!!”
“Lepas … aaaaa!!!”
“Aaaaa!!!!”
Byuuuuur!!!

TBC ?

Aut: Menurut klean mereka bakal jadi duyung gak?

Read: gue sih yakin si Arivah bakalan jadi dugong bukan duyung ?

Ivah: Kamvret!! Masih mending dugong daripada elo kudanil!!

6 Komentar

  1. :kisskiss keren

  2. Al-Humayra Raudatul menulis:

    lucuuu….sampai ngakak…hahahhaa

  3. Jadi ikan paus :gakterima

    1. Boleh juga wkwkkw :bergoyang

  4. Ari K. Yushinta menulis:

    :ngakakabis

  5. Lucukk