Vitamins Blog

Lord Of The Demon’s Bride Bab 15

Bookmark
Please login to bookmark Close

BAB 15
INFERNOS FORAMIS

 

Priam menteleportasikan dirinya, helios dan xander ke dalam kapel st. Maria de pololo. Mereka berdiri di tengah ruangan, patung patung malaikat berdiri mengelilingi ruangan bau cat memenuhi udara.

“Bagimana kita bisa menemukan lubang neraka, bukan kah tempat ini menjadi tempat suci bukan jalan menuju underworld” helios memandang dua belas patung malaikat mencoba mencari pentunjuk.

Xander mengamati priam, ada aura hitam yang menguar dari tubuh ksatria itu. tercemar batin xander tidak percaya

“Bunuh, kita harus membunuh wanita itu” Erinyes mencakar benak priam.

Priam memegang kepalanya
“Kau baik baik saja priam” Pria itu tersungkur dilantai sambil memegang kedua sisi kepalanya.

“Aku butuh beberapa menit, carilah petunjuk, aku akan menyusul”

***

“Iblis sialan apa kau tidak bisa tenang”.

Erinyes meraung, matanya berwarna merah terang menatap priam tajam “Wanita itu, darah, darahnya sangat lezat, aku ingin mencicipinya”

“Kau tidak akan melukai estel lagi brengsek, aku akan mengembalikanmu ke underworld jika kau berani menyentuhnya” Ancam priam serius.

“kau akan mati”

“Kau takut”

Erinyes mencakar lagi, kali ini semakin kuat “Kau akan menyerah dengan kutukan itu. aku akan menunggu sampai kau menggila dan membunuh perempuan itu dengan kedua tanganmu sendiri. Darahnya akan memenuhi tanganmu, aku akan menikmati mendengar jeritannya”

Priam mencakar lututnya, darah segar menetes keluar “aku tidak akan terjatuh dalam kutukan sialan itu”

***

Setengah jam mereka mencari tetapi tidak menemukan petunjuk, helios menyisir belakang kapel, wajahnya mengerut kesal. “Aku tidak menemukan apapun”

“Apakah kita perlu melakukan pengorbanan” tanya xander.

Mereka berkumpul ditengah kapel dengan wajah lelah dan kesal. Priam meneliti aula kapel, odin berkata lubang neraka disini tanpa memberi mereka petunjuk apapun.

Dua belas patung malaikat mengelilingi kapel, ditangan merka terdapat tombak dan anak panah, seakan mereka bersiap untuk bertempur. Senjata mereka mengarah tepat ditengah kapel. Lantai kapel.

Priam menatap lantai ubin tua, tepat dibawah kakinya “infernos foramis” kata itu ditulis melingkar mengitari sebuah gambar serupa matahari hitam.

“lubang neraka dalam bahasa latin” ucap xander takjub.“tidak heran mortal menempatkan dua belas patung malaikat disini” priam berjongkok menyapu debu dimukaan ubin dengan jarinya. Erinyes menggeram pelan.

“bagaimana cara kita masuk, styx gelisah” helios mengusap wajahnya gusar.

Erinyes adalah high lord daemon, dirinya tahu cara membuka lubang neraka.
Erinyes tidak bisa melawan ketika priam memanggilnya, tanpa menunggu erinyes menancapkan pedangnya ditengah gambar.

“kau yakin” tanya priam penasaran

Erinyes mengangguk acuh, ubin itu retak, kapel bergetar pelan, hingga menampakan sebuah lubang besar. Bau belerang dan telur busuk menguar.

“Bukankah kita baru saja membuat para malaikat bekerja lembur” gumam helios melihat kearah langit.

“Erinyes kau tidak akan membawa kami ke underworld kan” tanya xander.

Sang daemon menyeringai “aku adalah high lord dan aku tidak bodoh untuk mengakhiri kebebasanku dibumi. Lubang ini juga mengarah ke rumah hades. Aku dan lethe pernah menggunakan jalur ini”

“sebaiknya kita bergegas, sebentar lagi sepasukan malaikat akan muncul dan menebas kepala kita” ucap erinyes lalu melompat masuk.
Helios dan xander saling menatap dan mengikuti priam melompat.

Tidak perlu waktu yang lama hingga mereka tiba di dasar lubang. Bunyi tulang belulang retak dibawah kaki para ksatria menimbulkan gema memenuhi dasar lubang.

Gelap dan bau khas neraka menyambut mereka
erinyes berjalan kearah kiri meletakan tangan kirinya kearah bebatuan padat hingga dinding lubang bergetar hebat sedetik kemudian sebuah gua tercipta.

“Kau yakin ini jalannya” tanya helios sambil mengeluarkan senjatanya. Xander mengekor dari belakang.

Erinyes tidak menjawab hanya terus maju sambil menteng pedang di bahu kirinya sampai, di ujung goa xander dapat melihat kastil hitam berdiri kokoh diatas sebuah bukit yang dipisahkan oleh sungai yang dialiri lava panas. Ada teriakan dan jeritan yang terus menggema menciptakan melodi kematian.

“Home sweet home” ucap helios sarkatis.

Seringai puas terlihat diwajah erinyes, suasana familiar menyambut tidak ada yang berubah dari tempat itu. Pandangan sang daemon mengarah kepada makhluk kerdil bermata merah, tubuhnya dipenuhi sisik dengan kepala botak serta gigi taring yang terus meneteskan racun. Pelayan setianya belial.

“Tuanku erinyes” ucap sang makhluk menunduk ketakutan.

“Ah kau masih mengenaliku rupanya” erinyes mencekik makhluk kecil itu mengangkatnya enteng. “Dimana hades” belial tidak berani meronta meskipun lehernya hampir remuk ditangan erinyes. Senyum puas melihat pelayannya itu masih mengingat aturan yang dia berikan.

“di kastil bersama ratu persephone” belial berusaha berbicara. Erinyes melempar belial kasar, belial menunduk. Gemetar.

Coctycus masih diam seakan menikmati tindakan erinyes.
“Kau bisa merasakan berubahan erinyes” tanya xander pada coctycus yang masih santai dibenaknya.
“Kau harus melepaskanku untuk melihat isi kepala erinyes”

“Erinyes akan mengamuk sebelum kau sempat melihat lebih jauh”

Coctycus tersenyum setuju “Waspadalah sebentar lagi erinyes dan priam akan kehilangan akal sehatnya dan akan membunuh perempuan nifilhaim itu”.

Xander menatap erinyes yang sudah melangkah kearah jembatan aura hitam terlihat lebih pekat dari sebelumnya.
“Mari berharap wanita itu akan berkorban untuk priam” coctycus mendengus berjalan mondar mandir di benak xander.

“Setiap daemon memiliki cara yang berbeda beda untuk dapat terikat pada pasangannya tapi erinyes dia memiliki sesuatu yang lebih gelap bukan karena kutukan para oracle tapi sifat dasar erinyes yang membutuhkan pengorbanan dan darah. Erinyes akan membuat pasangannya berlumuran darah kali ini”

Xander memijat keningnya yang tiba-tiba berdenyut apa ada cara lain ucap sang ksatria pelan. Dirinya tidak ingin priam menyesali tindakkanya ketika kutukan itu telah terjadi, dirinya yakin priam akan membunuh dirinya sendiri.

Seringai keji tercipta di bibir coctycus “kalian harus …”

“Kau baik baik saja” helios menepuk bahu xander. Ksatria itu terlihat pucat dengan tatapan lurus kearah priam yang sudah sampai di kuil persembahan di samping kastil.

“Aku baik” kata xander pelan lalu menyusul helios.

Erinyes menatap kobaran api hitam di singgasana hades, sedetik kemudian hades muncul, istrinya persephone berdiri kaku disamping sang dewa kematian.

“Well sebuah kejutan menyenangkan” ucap hades dengan tatapan santai.
Erinyes berjalan mendekat kearah singgasana.

Bau daging terbakar memenuhi udara. Ada seorang wanita yang dibaringkan dimeja persembahan telanjang dengan kepala yang telah putus. Darah segar menggenangi lantai.

“Kau masih sombong seperti biasanya erinyes” ucap hades tenang

Seringai kepuasan memenuhi wajah erinyes “kau mengenalku dengan baik. Berhenti basa basi terkutukmu hades kembalikan sabit itu” Erinyes berdiri tepat dihadapan hades yang menopang dagu dengan tangan kanannya malas tidak terganggu dengan sikap kurang ajar erinyes.

“Apa kau lupa siapa penguasa disini” hades berdiri, waspada. Hades tahu kutukan priam sudah dimulai.

erinyes menyeringai kejam “aku akan merobek leher istrimu hades, berikan sabit itu” mata erinyes mengkilat merah.

“Iblis rendahan” geram hades, disambarnya leher erinyes tetapi sang daemon lebih dulu memegang tangan hades menggulingkan mereka berdua dilantai yang penuh darah.

Helios dan xander menegang selusin legion muncul dari lubang-lubang neraka, terusik dengan kehadiran mereka. Diantara iblis rendahan itu, helios meliat beberapa high lord.

“Apa kau yakin styx” tanya helios

sang daemon tertawa girang “berikan aku kesenangan dengan mencabik tubuh makhluk rendahan ini” helios melepas daemonnya, styx membabi buta menebas dan mencakar iblis-iblis kelas bawah dengan mudah. Coctyus juga bersenandung gembira bisa memuaskan hasrat membunuhnya.

Erinyes menedang wajah hades kuat, hades terlempar menabrak tangga singgasana. Erinyes melesat maju tidak memberi jeda, tumitnya menghantam rahang hades, tapi sabetan pedang hades membuatnya tersungkur.

Pertarungan terus berlangsung, lusinan legion terus muncul, helios dan xander berdarah tapi cakar serta gigi mereka terus merobek iblis-iblis itu.

Helios menebas kepala iblis melihat peluang kosong untuk membantu erinyes yang mulai kepayahan.

“Hentikan dia teriak” hades wajahnya menegang ketika helios berhasil menembus puluh iblis. ia mencapai lantai kuil saat dua iblis besar menghadangnya “aku ingin kepalanya” perintah hades.

“Bagaimana kalau aku saja yang mengambil kepalamu?” Sahut suara baru “aku akan memamerkanya pada pengikutmu”

Pertarungan berhenti mendadak, helios mengenal suara itu, dua ratus tahun lalu.

“Raizel” desis hades tidak suka
Para malaikat lembur karna ulah mereka. Eriyes berbalik. Melihat sepasukan malaikat dengan jubah putih bersih, sayap mereka terlipat rapi dibelakang. Iblis-iblis rendahan menjerit ketakutan. Melarikan diri.

Tidak seru sungut erinyes. Jiwanya dipenuhi nafsu membunuh yang kuat.
Matanya memanas, darah terus merembes dari perut, keringat mengucur deras. “Lukai, bunuh” hasrat itu semakin menjadi-jadi tidak terkontrol. Mungkin ia bisa membunuh para malaikat sebagai ganti ya,,ya pikirnya semangat. Mungkin para malaikat brengsek ini bisa memberinya banyak darah serta jeritan yang memuaskan telinganya.

Menyeringai, ia menerjang kedepan kedua pedangnya mengacung sempurna, menebas seorang malaikat tetapi usahanya gagal.

Pergelangannya dikunci kuat.
Erinyes berteriak marah, “apa yang terjadi padamu priam” tegur raizel kesal.

Xander tertatih kearah raizel “dia bukan priam lagi”

Erinyes berhasil melepaskan diri menerjang raizel tetapi malaikat itu sudah menduga menangkis pedang erinyes dengan pedang api miliknya.
“Jangan” teriak xander dan helios bersamaan saat erinyes tersungkur kedepan lemas, dengan lutut menghantam lantai.

Xander dan helios mengira raizel akan memenggal kepala erinyes tapi itu tidak terjadi, kedua ksatria menghela nafas lega.

Raungan kesakitan erinyes memenuhi udarah, pedang api raizel menusuk dadanya meninggalkan lubang menganga. Kesakitan menyergap. Tubuhnya mengejang kesakitan. Sayup-sayup erinyes mendengar suara raizel.

aku tahu ini tidak akan berhasil menghilangkan kegilaan priam tapi untuk sementara waktu isolasi priam.

Estel gumam priam sebelum kegelapan merenggutnya.

 

 

 

 

hei hei akhirnya kembali lagi ngepost ini cerita, cukup lama sih diabaikan dalam notebook, bru akhir2 ini ada feel buat nulis.

semoga masih suka sama priam & estel.

?

ryindini

i love reading