Tidak semuanya menyukai sosok mikumi yang dianggap sebagai tokoh ketiga diantara aranea dan yamada. Terlalu banyak hujatan yang menuju kearahnya. Lalu mereka melupakan renzo yang tengah menyusun rencana. Seperti saat ini, begitu kuatnya ia menguras otak. Memikirkan cara untuk membuat aranea menyukai kehadirannya. Dan persetan dengan Yamada.
“Renzo kapan kita pulang? Bukankah sebelumnya tuanmu itu tidak mengizinkanku bermain terlalu lama diluar istana?” Aranea memanyunkan bibirnya, mungkin saja ia bosan ataukah ini wujud rindu yang menghinggapinya.
Renzo berjalan mondar-mandir dengan jari yang tak pernah tenang. “Tuan Ratu. Hari ini Tuan Yamada sedang kedatangan tamu.”
“Lalu apa masalahnya denganku? Bukankah aku bisa berdiam diri dalam kamar saja?” Aranea mengelak. Matanya menilik tajam kearah renzo.
“Tuan Ratu ada sebuah tempat indah yang jaraknya tak jauh dari tempat ini.”
“Apakah kau sedang membujukku? Baiklah akan aku lakukan. Tapi kau tau renzo? Kau tak perlu memanggilku dengan panggilan ratu. Cukup aranea saja.”
“Baiklah.”
Jalanan itu begitu indah. Harum bunga melati menusuk tajam indra penciuman. Aranea begitu menikmatinya. Terlebih banyak kelinci berkeliaran.
“Mata Jitu?” Dahi aranea berkerut membaca tulisan yang terpampang di gapura taman indah itu.
“Ya. Ini sebuah tempat dimana kau bisa menikmati sejuknya mata air.”
“Benarkah? Lalu mengapa banyak akar akar dedaunan menutupi gapura taman ini.”
“Karena ini sudah terlupakan. Dulu kami memanfaatkannya sebagai tempat melangsungkan pernikahan. Sehingga sepanjang jalan banyak ditumbuhi bunga.”
Penjelasan renzo yang panjang itu membuat aranea bosan. Tanpa berpikir panjang ia langsung berlari menuju sebuah air terjun yang begitu memikatnya sedari tadi. Langkahnya begitu lebar dan cepat.
“Aranea.. kemarilah.. kau tak boleh kesana tanpaku.”
“Tapi kau disini juga renzo. Hanya saja terpaut beberapa jarak dariku…, aaaa”
“Aranea!!”
Inilah yang ditakutkan renzo. Memang sumber mata air itu begitu indah. Bebatuan tajam itulah yang berbahaya. Dan tanpa hati-hati aranea terpleset jatuh membentur sebuah batu yang cukup membuat darah mengalir didahinya.
“Aranea bangunlah.. aranea..”
Sebuah kuda kesayangan renzo itu dipacunya cepat. sebelah tangannya merangkul aranea yang tak sadarkan diri. Sembari ia memikirkan sebuah alasan kokoh yang mampu menyelamatkannya dari sanksi kejam Yamada.
Sejam kemudian…
Tidak ada pergerakan. Yamada begitu gusar. Sementara renzo menunduk menghindari tatapan dari semua orang di istana. Dan Tabib itu tak berhenti meracik dan meramu obat untuk aranea. Gadis itu masih terbaring tak sadarkan diri.
“Tuan diakah aranea?” Mikumi memutus keheningan yang mencekam itu. Yamada hanya menganggukan kepala. Hal yang diluar ekspetasi mikumi. Ia berharap yamada akan berbicara padanya dan mengalihkan perhatian dari aranea. Tapi ternyata tidak.
“Tuan raja, ratu trlah sadarkan diri. Tetapi… tetapi..”
“Tetapi apa?”
“Ratu aranea telah mengalami amnesia.”
Yah kok gtu