A girl
Dia menatapku dengan tatapan seakan aku adalah hal paling berharga. Waktu memisahkan dan kemudian mempertemukan kami. Membawa kami dalam permainan yang menyiksaku. Apa yang masih tersisa dalam diriku?? Seuntai asa untuk bertemu dengannya lagi?
Tidak. Asa itu telah hilang. Terkikis oleh lamanya penantian akan hari yang diharapkan. Kami berpisah. Dengan membawa perasaan dan pikiran yang tersembunyi.. persepsi tentang akhir dari perpisahan. Terus membekas dan menjadi tanda abadi dalam diri.
Apa yang kau harapkan wahai waktu? Memeluknya dan mengatakan bahwa aku menghabiskan kesendirianku ditemani oleh luka? Tidak. Aku memilih menunjukkan sisi baru dari diriku. Seseorang yang menyingkirkan segala bentuk emosi dalam diri. Menjadikan mata sebagai jendela jiwa tidak bisa terbaca oleh orang lain.
Semua kata rindu, sayang dan cinta yang ia keluarkan untukku saat dipertemukan kembali tidak bisa menghadirkan getar apa pun. Aku menatapnya dan hanya melihat bentuk pertemanan? Ataukah aku salah mengartikannya?
Aku tidak ingin terperangkap pada ilusi harapan.
—
A boy
Aku kembali bertemu dengannya. Dalam mataku aku yakin menunjukkan apa yang aku rasakan. Melahap tampilan dirinya untuk memuaskan dahaga yang menyiksa. Waktu berlalu. Dan ia memainkan permainan yang mempertemukan aku dan dia kini hanya berjarak jangkauan lengan. Perpisahan yang membuat aku dan yakin dia membawa luka dan persepsi tentang terhadap perpisahan kami.
Aku bisa melihat dirinya yang semakin menarik. Hingga perasaan kagumku tidak bisa kusembunyikan dari dua iris mataku. Namun ada yang berbeda darinya . ia menjadi seseorang yang tidak bisa kubaca. Emosi yang ia nampakkan hanyalah tampilan yang ia inginkan untuk dilihat oleh orang lain.
Aku mengatakan aku merindukannya. Namun ia hanya tersenyum dan mengabaikannya. Ia mengartikan ucapanku hanya sebagai basa-basi. Apa yang kulakukan? Untuk membuatnya percaya kembali akan perasaan yang aku berikan padanya. Rasa itu, sejak dulu hanya untuknya.
Aku melihatnya berbalik pergi. Mengucapkan kata perpisahan dan hanya meninggalkanku bayangan punggungnya. Langkahku semakin berat. Membuka pintu rumah dan aku menyadari. Aku kehilangan gadisku.
Berasa baca balasan puisi antara mantan orang tersayang.. tapi puisinya cuma diomongin dalem hati, jadinya kan pada enggak tahu kenyataan aslinya :D
ia cuma bisa di ucapin dlam hati
Uwooooww
:berharapindah
Rasa itu selalu ada untuknya