” Jadi, kalian semua harus berhati – hati. Jangan sampai melakukan hal – hal yang bisa memalukan almamater sekolah kita, terutama keluarga kalian. Dan sebagai murid Vanilla Latte High School, kita semua adalah keluarga. Dan sebagai keluarga kita harus saling menjaga.”
Aula siang itu sangat berisik oleh suara Bapak Kepala Sekolah, yang oleh murid – murid diberi julukan Pak Toa karena memang suaranya sangat keras seperti toa. Sedikit murid yang serius mendengarkan pidato Pak Toa, dan banyak yang sudah bosan. Bayangkan mereka sudah berdiri di aula selama 30 menit hanya untuk mendengarkan Pak Toa berpidato – bahkan selama 30 menit itu belum sedikitpun membahas inti topik pidato –
“…. Dan untuk jadwal perayaan sekolah kita akan diumumkan lewat website sekolah maupun grup chat setiap kelas. Diharapkan seluruh pengurus kelas tetap tinggal di aula untuk detail acara. Sekian pengumuman dari saya. Selamat siang”. Akhir pidato Pak Toa membuat aula riuh rendah, dan setelah Pak Toa benar – benar keluar dari aula, barulah terdengar suara yang sangat ribut. Mereka yang bukan pengurus kelas, langsung berhamburan menuju kantin. Yah, memang jam istirahat sudah lewat karena mereka harus berkumpul di aula, jadi wajar saja murid – murid itu terlihat sangat kelaparan.
“Elcy, makan dulu yuk.”
“Kamu duluan aja Tina, aku kan pengurus kelas.”
“Oke kalo gitu, aku duluan ya” Tina yang memang sudah sangat lapar langsung keluar menuju kantin. Saat Tina di pintu aula dia sempat melirik ke arah Elcy, dan benar saja. Kekasih Elcy sudah berada disampingnya dan mereka terlihat membicarakan sesuatu kemudian tertawa bersama. Langkah Tina semakin ringan menuju kantin setelah mengetahui bahwa sahabatnya itu tidak sendirian.
“Budhe, nasi campur satu, Budhe nasi campur satu, Budhe nasi campur satu…” Tina terus mengulang – ulang pesanannya. Suasana kantin siang itu sangat ramai, dan para murid saling berdesakkan.
“Bu, nasi campur dua” Suara dari belakang Tina menggema di kantin. Suaranya memang sangat keras, hingga membuat penjaga kantin langsung memberikan dua nasi campur ke pemuda tersebut.
“BUUUDHEEE NASI CAMPUR SATUU,, BUDHEE NASI CAMPUR SATUUU.. ” Tina mencoba mengeraskan lagi suaranya.
Tiba – tiba ada yang menariknya ke belakang.
“Duh, apaan sih. Aku mau pesen nasi campur nih.”
“Sst, sini ayo makan sama aku”. Ternyata yang menariknya adalah pemuda yang memiliki suara keras tadi. Ya, dia adalah Tian. Teman main Tina saat kecil dulu.
Tian menggandeng Tina hingga mereka tiba di meja Tian. Tanpa menunggu lama, Tina langsung melepas tangan Tian dan duduk menghadap nasi campur yang sudah jadi favoritnya sejak lama.
“Terima kasih Tian, selamat makan” Hap,, satu suapan langsung meluncur ke mulut Tina. Tian yang melihat itu hanya tersenyum dan mulai memakan nasi campurnya.
Raut bahagia tidak lepas dari wajah Tina selama dia makan nasi campurnya. Seakan – akan dia sedang makan hidangan paling enak yang dibuat oleh koki paling ahli dari hotel paling mahal di dunia.
“Pelan – pelan kalo makan, nanti tulang ayamnya kamu makan juga lho” Tian yang senang melihat wajah bahagia Tina tidak tahan untuk tidak menggodanya.
“Tenang aja, kalo toh nanti tulangnya aku makan gak bakal bikin keracun,, uhukk,, uhukk”
“Tuh kan, baru dibilangin udah tersedak gitu. Kalo makan yang pelan, aku gak bakal makan nasi campur kamu” Tian menyodorkan minum ke Tina yang langsung diambil dan diminum dengan cepat.
“Iiih, Tian! Aku kan tersedak gara – gara kamu ajak ngomong. Coba aja kamu gak ajak aku ngomong, pasti aku. . .” Ucapan Tina terputus karena Tian langsung menyuapkan sepotong pentol goreng yang memang sudah sangat terkenal kelezatannya di Vanilla Latte High School.
“Enak?” Tina yang ditanyai hanya manggut – manggut sambil meresapi kelezatan pentol gorengnya.
“Mau lagi?” Tina merespon dengan anggukan cepat.
“Kalo kamu mau lagi, kamu harus nerima aku jadi pacarmu dulu” Mendengar ucapan Tian, Tina langsung memelototkan matanya.
Hening
“Terus, apa untungnya aku jadi pacarmu? Dan apa untungmu jadi pacarku?” Setelah minum, Tina akhirnya bisa menemukan suaranya.
“Hmm,, sebentar aku pikir dulu” Tian bergaya sedang berpikir keras, membuat Tina menjadi was – was. Kemudian Tian bergaya sok serius, seperti detektif yang akan membagi informasi penting kepada kliennya, dia mulai memajukan badannya dan menumpu tangan di atas meja. Dan berikut informasi rahasianya :
Keuntungan menjadi pacar Tian (menurut Tian):
- Bisa makan pentol goreng Vanilla Latte High School sesukanya
- Bisa makan cilok depan sekolah sekenyangnya
- Bisa pesen makan di kantin lebih cepat dan tidak perlu cape berdesakkan
- Bisa punya pacar tinggi, tampan dan bersuara keras menyaingi Pak Toa
- Setiap weekend bisa wisata kuliner
Keuntungan menjadi pacar Tina (masih menurut Tian) :
- Punya pacar yang lucu, imut, cantik, dan bisa bikin teman – teman lainnya iri
- Punya teman makan yang asyik
- Punya pasangan kalo diajak jalan – jalan
- Gak bakal mellow lagi kalo weekend
- Punya temen curhat yang bisa ngasih solusi
- Punya calon yang sudah pasti diterima sama orang tua
“Tian, kamu ngerasa gak sih. Kalo kayaknya banyak banget keuntungan buat kamu, sedangkan buat aku gak sebanyak itu”
“Gampang. Kalo gitu kamu buat aja gimana hubungan kita nanti bisa nguntungin buat kamu” Jawaban Tian yang sangat ringan itu membuat Tina bengong. Membuat keuntungan? Ini bisnis?
“Tian, kita ini ngomongin soal hubungan atau usaha ya?”
“Dua duanya Tina” Senyum Tian tidak lepas dari bibirnya selama berbicara dengan Tina.
“Kita sedang bicara soal usaha membuat hubungan kita menjadi menyenangkan. Dan karena responmu begitu, aku anggap kamu sudah terima aku. Dan sebagai hadiah dari resminya hubungan kita, aku punya pentol goreng 10 porsi buat kamu” Tian berdiri dari tempatnya dan duduk di samping Tina, dia mengangsurkan bungkusan yang berisi pentol goreng tersebut ke tangan Tina, kemudian memeluk dan mencium singkat kepala Tina.
— End —
????
????
Oboor???