Dua minggu sudah berlalu sejak Alin mengungkapkan semua. Sekarang suamiku sudah kembali ke dalam pelukanku.
Tidak mungkin suamiku mau berpisah begitu saja tanpa alasan yang jelas. Aku tahu seberapa besar cintanya kepadaku. Karena itu aku memikirkan banyak skenario. Sampai akhirnya aku memilih untuk membuatnya membenciku.
Mungkin Tuhan memang merestui pilihanku. Secara kebetulan sahabat baikku, Erlan, yang tinggal di luar kota datang berkunjung. Hubungan kami sangat akrab layaknya saudara. Namun kedekatan itu sering kali membuat suamiku cenburu.
Dengan hati masih terluka parah, aku menceritakan semua. Bisa kulihat tatapan marah yang ia tujukan kepada suamiku. Tapi setelah aku menjelaskan berulang-ulang dan memohon, akhirnya dia mau mengerti meski sorot matanya tidak bisa berhenti menyalahkan suamiku.
Yang paling sulit adalah meminta Erlan untuk membantu rencanaku. Dia berpikir sebaiknya aku berkata jujur daripada menciptakan kebohongan ini. Tapi aku tidak bisa. Jika aku jujur, maka suamiku tidak akan pernah mau melepaskan diriku.
Aku merasa senang sekaligus terluka ketika Erlan setuju. Senang karena rencanaku bisa berjalan. Tapi terluka karena aku akan menyakiti hati suamiku.
Yah, begitulah perasaan yang telah menemaniku sejak lima tahun terakhir.
Bahagia sekaligus terluka.
Tawa bercampur tangis.
Tapi aku selalu percaya Tuhan tidak memberi cobaan di luar kemampuan hambanya.
TBC.
~~>> Aya Emily <<~~
To be…