Vitamins Blog

I’m (not) The Only One

Bookmark
Please login to bookmark Close

Part 1

Aku melihat Dia dengan wanita yang berbeda dari Aku lihat kemarin. Lagi. Ya lagi. Sudah berapa kali di khianati tapi Aku masih bertahan.

Orang bilang, harusnya aku pergi. Tapi aku memilih untuk bertahan. Perasaan ini yang memintaku untuk bertahan. Karena sekalipun dia sering dengan wanita lain, tapi akhirnya dia selalu kembali padaku.

Apa yang akan kalian lakukan jika diposisiku sekarang?
Melabrak mereka?

Tapi tidak dengan ku. Aku hanya akan pura-pura tidak melihat dan pergi dari sini. Aku tidak mempermasalahkan itu. Selama kami baik-baik saja padaku. Aku akan tetap disampingnya.

Aku sudah bersiap pergi dari kafe ini ketika akhirnya calon suamiku menatap kemari. Wajahnya pias dan bingung. Dengan terburu-buru dia menghampiri ku.
“Apa yang kamu lakukan disini? Dengan siapa kamu pergi” selalu pertanyaan itu yang dia tanyakan. Belum sempat aku menjawab, calon suamiku sudah menyambung omongannya lagi. “Kita bicara”

Tidak perlu ku jawab pertanyaannya. Aku hanya tersenyum dan mengangguk. Kami akhirnya memilih duduk di sudut kafe. Dia meremas tanganku dan menatap ku begitu dalam. Ini yang aku sukai darinya. Dia selalu menatap mataku dan tidak pernah mengalihkan matanya dariku saat dengan ku. Berbeda jika dia dengan wanita lain.

“Aku akan jujur padamu, sayang. Aku selingkuh” akunya, padahal dia tidak perlu menjelaskannya. Aku sudah tau hal itu. Tapi aku hanya diam dan dia melanjutkan pembicaraannya. “Aku tau ini salah, tapi aku tidak ada niatan untuk serius dengan mereka. Aku hanya bermain-main, sayang. Jangan berpikir yang tidak-tidak. Sungguh. Aku tidak mencintai mereka. Aku hanya mencintaimu.” Dia diam. Mungkin menunggu respon dariku. Tapi aku hanya diam

Dia mulai meremas jariku dengan begitu kuat hingga terasa sakit. Tapi aku hanya diam menatapnya. Aku sedang menahan tangis. Aku hanya tidak ingin dia tau kalau aku sedang kesakitan.

Aku menggenggam tangannya dengan tanganku yang bebas. Memberinya senyum terbaikku pada posisi sulit ini. Aku mengangguk mengerti. Aku mulai berpikir. Apa yang bisa aku lakukan.
Hingga satu tindakan yang aku lakukan. Aku pasti akan menyesalinya seumur hidupku. Tapi aku mencoba memilih.

“Mas, aku ingin kita membatalkan pernikahan” setelah sekian tahun dan aku sudah diselingkuhi sejak lama, aku baru memutuskan kisah kami saat sudah mendekati hari pernikahan. “Aku sudah tau sejak lama kalau kamu sering menjalin kasih dengan wanita lain. Aku mencoba mengerti. Kamu hanya ingin menikmati masa lajangmu. Sebelum kita terikat dan berkomitmen. Aku bahkan harus menunggu lima tahun untuk kamu lamar, padahal aku sudah membicarakan pernikahan lima tahun yang lalu.” Aku menarik napas panjang, mencoba menenangkan gejolak didada.
“Dan akhirnya kamu melamarku. Di depan keluargaku. Aku sangat bahagia. Sungguh.” Tapi ternyata kita tidak bisa me…”

“Hentikan” wajahnya pias, dia pasti tahu maksud ku. Tangannya gemetar menggenggam tanganku. Aku hanya tersenyum membalas remasan jemarinya yang menyakitkan.

Tapi aku tidak peduli, aku hanya ingin segera pulang. “Kita tidak bisa melanjutkannya. Karena, bukan hanya aku yang tahu kamu memiliki hubungan dengan wanita lain. Tapi..” dadaku terasa sakit untuk mengatakannya. Air mata akhirnya jatuh tak terbendung. “Ayahku melihatmu, dia melihatmu dengan wanita itu. Ayahku tahu. Dia tahu kamu selingkuh dariku. Dia tahu.”

Aku menatap ayah yang berada di nenerapa meja dari kami, memang agak jauh dari kami duduk. Awalnya niatku kesini bukanlah memergoki calon suamiku selingkuh. Tapi mengirim berkas ayah yang tertinggal di mobilku kemarin saat Agas meminjam mobilku untuk pergi rapat dengan ayah.

Aku melepaskan genggamannya. Mengulas senyum sebaik mungkin. Ini adalah terakhir aku bisa tersenyum kepadanya. Bukan berarti aku akan membencinya. Aku hanya ingin bisa melupakannya.

Aku berdiri dan memberi ciuman terakhir di pipinya. Untuk terakhir kalinya. Dia hanya diam. Aku tahu dia memperhatikanku sampai akhirnya aku menghampiri ayahku yang siap meledak dan mencoba menenangkannya. Aku memaksa ayah untuk pulang bersamaku. Menariknya dengan rengekan kalau aku butuh pulang sampai akhirnya ayah mengajakku pergi dari hadapan relasinya.

Kami berakhir, sungguh berakhir. Aku melihat ke arah mantan calon suamiku, menatapnya sesaat dengan air mata yang tak kunjung berhenti karena sekarang begitu memilukan.
Aku menatapnya, mencoba mengingat semua yang bisa ku simpan untuk ku. Jika aku merindukannya. Memperhatikan dia begitu seksama untuk mengenangnya di kepalaku. Bahwa aku pernah mencintai pria dengan begitu buruk.
Sampai akhirnya ayah menarik wajahku ke dadanya dan tangisku yang tanpa suara. Sekarang tangisku pecah, dengan suara seperti tikus terjepit dan kepalaku mulai pening. Hingga akhirnya aku meluruh dan semuanya gelap. Hanya ada suara ayah yang panik memintaku bangun hingga akhirnya suara itupun ikut menghilang.

3 Komentar

  1. Hope_Starry menulis:

    Keren…
    Semoga tokoh utamanya berjodoh dengan pria yg benar² mencintai & tdk akan menyelingkuhinya.

  2. Ceritanya bagus dan logis banget

  3. Beda tipis