Vitamins Blog

Lord Of The Demon’s Bride Bab 13

Bookmark
ClosePlease login

No account yet? Register

BAB 13
Paladine vs Hunedoara Team

Part 1

 

Paladine sudah memenuhi perbukitan Lysander menunjuk sebuah layar komputer yang menampilkan bukit dipenuhi lima puluh paladine. Hanya ada Rivan,Daryian,Ionia dan Lysander yang terus memonitoring layar-layar komputer canggih milik Lysander diruang kendali. Ditambah panglima tertinggi Niflhaim, Kal yang ditolak Priam untuk ikut ke Roma. Zale mengintrogasi gadis tawanan mereka, wajah Zale menggelap, matanya berwarna merah setelah tahu gadis itu mengirim koodinat lokasi mereka. Ksatria itu langsung pergi begitu saja.

“Ledakkan?” Terselip nada riang disuara Lysander.

Daryian menyeringai kejam “ide bagus”
Rivan memukul belakang kepala Daryian “tidak” Lysander menatapnya tidak senang “jika mereka berhasil melalui jebakan, panah dan lubang perangkap biarkan mereka masuk. ledakkan akan menarik penduduk dan kita tidak bisa membiarkan penduduk Hunedoara dalam bahaya”

Lysander mengangguk setuju, Rivan sangat pintar mengatur strategi apalagi disaat Priam tidak ada. Priam, Helios dan Xander pergi ke Roma untuk menyelidiki kapel tua yang dimaksud oleh Odin. Priam terlihat lebih pendiam dan murung setelah dirinya terbangun dua hari lalu. Priam hanya meminta maaf karna membuat para ksatria terluka, lalu mulai merencanakan perjalanan ke roma. Bahkan Kal yang sudah mengantisipasi amukan Priam hanya menggerutkan dahi binggung ketika ksatria itu hanya berlalu tanpa mengucap apapun.

Bahu daryian merosot “baiklah, biarkan saja mereka masuk dan warna cat dinding kastil akan berwarna merah terang” Lysander terkekeh “aku tidak akan menikmati membersihkan seluruh rumah, Ionia akan sangat cerewet” Daryian menatap Ionia cemberut.

“aku tidak setuju membunuh mortal, mereka tidak tahu apa-apa” kata Kal

Ionia bersedekap “terserah padamu, asalkan kau tidak menganggu kesenanganku”

“ironis sekali, manusia percaya semuanya demi kepentingan ilmu pengetahuan tetapi mereka tidak sadar pemimpin mereka adalah immortal, bagaimana jika manusia mengetahui kebenaran ini dan apa tujuan Arvedui sebenarnya” Rivan memijit pangkal hidungnya lelah.

Lysander menyipitkan mata melihat salah satu monitor “sepertinya kita akan melakukan reuni pertemanan yang menyenangkan” semua ksatria melihat kearah gambar yang ditunjuk oleh Lysander “Thrain, Dior dan Wulf memimpin pertempuran kali ini”

“Baiklah kita akan memberikan sambutan yang hangat untuk reuni kali ini, aku akan berjaga di ruang pertemuan” Daryian mengokang senjatanya lalu berlari keluar.

“Beritahu Zale untuk menemuiku di pintu depan, kau menjaga tawanan kita” Ionia mengangguk pada Rivan yang menggunakan earpiece.

“Kal, berjagalah dibelakang kastil, jika kau melihat ketiga orang ini” Rivan menunjuk ketiga Fallen “bunuh saja, mereka adalah iblis berwujud malaikat”.

“aku akan berada di sini, memonitoring semuanya” ucap Lysander sambil merentangkan tangannya santai.

“kirim pesan untuk tim roma, mereka tidak perlu kembali”
“aye aye kapten” Lysander mengangguk, jari-jarinya bergerak lincah diatas keyboard.

***

Priam mengintip dari balik gorden penginapan, mengawasi orang-orang yag berjalan disekitar gereja santa Maria De Popolo, sebelah utara Plaza De Popolo. jalan masuk underworld ada didalam kapel tua itu.

“kau ingin kita masuk sekarang?” tanya Xander hati-hati, dirinya tahu suasana hati Priam sedang buruk, Xander tidak ingin Erinyes tiba-tiba mengamuk.

“Yeah, ini waktu yang tepat, kapel itu sedang ditutup untuk renovasi” Priam menggertakkan giginya, mencoba menahan Erinyes tetap berada dalam pikirannya. Ada kegelapan mulai menguasai dirinya, Priam bisa merasakan itu. ketika dirinya bangun dan menyadari Estel tidak ada.

Apakah kutukan itu mulai bekerja. Demi Zeus, Priam mulai membenci dirinya sendiri, jika kewarasannya hilang dan membunuh Estel, tidak. Priam tidak akan memikirkan hal itu saat ini.

“kau baik-baik saja?” Xander menyentuh bahu Priam ketika tanpa sadar Priam meremas rambutnya kuat.

“Erinyes tidak bisa diam”
Xander menyandarkn tubuh kekarnya di dinding “aku tahu ini sulit, aku pernah mengalaminya. Kutukan itu akan membuat dirimu dan Erinyes gila, jika kau terus menahannya”

“Maksudmu aku harus membunuh Estel untuk menenangkan Erinyes” Priam menatap Xander tajam.

“atau Estel berkorban untukmu” Priam menarik kerah baju Xander, setengah tubuhnya telah dikuasai Erinyes “kau tahu kutukan Oracles memiliki sebab akibat, pengorbanan dan hasil. Seperti kutukan para dewa”. Xander melepas cengkraman Priam, wajah ksatria itu lebih muram dari sebelumnya.

“Jika kita bertemu nenek-nenek sialan itu lagi aku akan menyuruh Styx mencabik-cabik mereka” geram Helios yang tiba-tiba muncul dari pintu penginapan “dan jika kalian mendengarkanku para dewa-dewi sialan, aku Helios akan memburu kalian semua jika kalian berani mengirim seorang wanita sebagai kutukan untukku. Aku akan membunuh wanita itu tepat didepan mata kalian”.

Xander menarik telinga Helios kuat “Demi Zeus kau tidak waras” Xander menunggu suara petir yang menyambar dilangit atau seorang Titan muncul. Xander menghela nafas lega saat tidak tejadi apa-apa.

“kau akan menyesal jika mereka mendengar permintaanmu, bodoh”
Helios hanya mengangkat bahu tidak peduli.

***

Rivan berdiri dibalik jendela kastil, matanya menyapu pepohonan rimbun diluar pagar kasil penuh antisipasi.
“Dua menit lagi” kata Zale yang telah berubah menjadi setengah Styx, pangkal pedang Styx mengobarkan api biru “permainan penyenangkan akan dimulai, Thrain dan Dior licik, mereka pintar menghindar perangkap”

Rivan melihat sekilas “bagaimana kau tahu”

“radar alami”

sebelum Zale menyelesaikan kata terakhirnya, suara kaca pecah menggema diseluruh bagian kastil, kedua ksatria menyeringai bahagia.

“Baiklah, aku benci radar alamimu, lorong ini untukmu, aku akan menyisir bagian timur” Rivan berbalik dan lari menyusuri bagian timur lorong kastil.

Jendela-jendela sepanjang lorong sudah pecah berantakan, ponselnya bergetar menandakan ada Paladine mendekat. Sesaat kemudian tiga orang Paladine menerobos masuk dari jendela.

Jari-jari Zale menekan pelatuk membidik tepat dikepala. Ketiganya tersentak, menjerit dan merosot ke lantai dengan tubuh bergelimang darah. Phlegethon menggeram tidak sabar ingin membakar, phlegethon dapat melihat jiwa-jiwa berdosa. Sang daemon ingin menghukum.
“bersenang-senanglah” gumam Rivan, sang iblis menggosok lenganya dengan penuh kegembiraan. Sang iblis melesat dari tubuh rivan, cakar panjang Phlegethon merobek perut ketiga mayat lalu membakar hangus dalam hitungan detik.

Suara berisik terdengar dibelakangnya, Rivan berbalik dan melepaskan dua tembakkan beruntun dua Paladine roboh diujung koridor.

***

Daryian melompat dari tempat persembunyiannya, menabrak segerombolan Paladine yang sudah masuk kedalam ruang pertemuan, Lethe sudah bersorak untuk mengambil alih tubuh Daryian. “baiklah iblis kecil kali ini giliranmu”
Dalam sekejap Lethe telah berada dihadapan para Paladine, siap bertarung. Hanya perlu beberapa detik pedang Lethe mengayun dengan tepat menebas lengan dan kaki. Tubuh tak bernyawa berjatuhan, darah segar menggenang dilantai bagai sungai merah. Lethe tersenyum puas.

“Iblis sialan” teriak seorang Paladine lalu dia melepaskan tembakan beruntun.

Tiga peluru mengenai paha dan perut Lethe, menyengat “bajingan” meskipun tubuhnya dikuasai Lethe tembakkan jarak dekat sangat menyakitkan, Lethe menebas leher pria itu dengan sekali ayunan.

Bum …

Fondasi kastil bergetar. Kebakaran dan asap, jeritan menggema. Gelombang asap panas mengepul dari lorong atas, Ionia pikir Daryian.

“Lysander, bagaimana Ionia”.
“Dia baik-baik saja, granat menghancurkan kamar Zale tapi Ionia bisa mengatasinya”.
“Kau merindukan diriku manis” suara merdu ionia terdengar gembira.

Daryian mendengus, sebelum pergi Xander meminta Daryian menjaga pasangannya itu, meskipun Ionia sekuat ksatria daemon sekalipun, insting alami Xander untuk mengkhawatirkan pasangannya tetap ada. dirinya berdiri didepan jendela, merentangkan sayapnya lebar-lebar.

“Lysander, suruh Zale untuk kebagian timur hutan, Folcwine disana” Daryian melihat kelabat sayap hitam pekat terbang menuju atap kastil “aku dan Lethe akan berburu seorang Fallen. Jaga kastil tetap aman”.

Daryian melompat naik, lalu merentangkan keempat sayapnya di udara, dengan momentum tepat daryian menukik turun. Wulf yang menyadari keberadaan Lethe, terbang naik hingga tabrakan antara keduanya terjadi. Daryian mencengkram bahu Wulf, sang fallen melakukan hal yang sama. Mereka berputar-putar diudara, menendang, mencakar dengan ahli. Hingga mereka berdua membentur tanah dengan keras.

 

 

Finally bisa ngepost ?? ..

Baru bisa post setelah sebulan.

ryindini

i love reading

1 Komentar

  1. Alhamdulillah bisa :lovelove