Vitamins Blog

QUEEN’S CURSED : PART 11

Bookmark
Please login to bookmarkClose

No account yet? Register

18 votes, average: 1.00 out of 1 (18 votes, average: 1.00 out of 1)
You need to be a registered member to rate this post.
Loading...

Disaat alam bawah sadarnya ia mendengarkan teriakan seorang wanita yang memanggil namanya, disaat itu Philip terbangun dari tidurnya. Nafasnya tersengal dan keringat bercucuran di dahinya. Permukaan kulitnya merasakan lembab dan di dingin yang merayap dari balik kain yang menutupi tubuhnya. Suara tetesa air yang jatuh dan juga bau gua yang sangat khas yang mengingatkannya akan suatu hal.

Ia berada di dalam mimpinya.

Philip beranjak bangun dan melihat sekitar. Ini persis seperti gua yang berada di alam mimpinya. Bulu romanya mulai berdiri saat ia mengingat setiap jengkal dan momen yang ada di dalam mimpinya. Ia berbalik untuk menghindari kemungkinan yang akan terjadi, tapi ia baru menyadari bila ia telah berada di tengah-tengah gua, sangat jauh dari mulut gua dan jalan keluar.

Philip menautkan tangannya gusar. Dengan berlahan, ia berjalan kearah yang ia inginkan tanpa mengetahui tujuannya. Selama perjalanan dia berusaha memikirkan jalan keluar dari gua ini dengan mengingat-ingat mimpinya. Tapi, sungguh pikirannya sangat kalut. Apalagi disaat ia mendengar samar-sama dua orang yang tengah bercakap dengan suara yang terlihat aneh.

Dari balik batu besar yang menutupi pandangannya, berlahan-lahan Philip menoleh ke baliknya. Apa ia akan menemukan sepasang ke kasih yang tengah melakukan hal yang menjijikkan di balik batu itu seperti yang ada pada mimpinya? Tidak! Di mimpinya ia melihat sepasang kekasih itu berada di lorong yang berbelok bukan di balik batu. Tapi, apakah ini akan menjadi hal yang sama di mimpinya?

“Kau tampak berbeda.”

“Apa itu buruk?”

“Tidak, itu tidak buruk, sayang. Kau terlihat semakin cantik.”

Philip mendengar suara kekehan wanita. Lalu, disusul dengan suara decitan dan hembusan nafas kasar. Disana ia melihat samar-samar rambut merah yang tengah tergerai melambaik-lambai dari balik batu.

“Aku mencintaimu, sayang,” Kali ini suara bariton khas laki-laki.

Wanita itu kembali terkekeh. “Aku juga mencintaimu, Samuel.”

            Philip terkejut saat melihat mereka yang tengah berciuman sambil mencecap bibir masing-masing dengan sensual. Di tambah dengan Samuel yang tengah meremas buah dada Rosalie yang berada di balik pakaiannya.

            Bulu kuduk Philip meremang saat menyadari kesamaan mimpinya. Mimpinya dan saat ini hampir sama, persentase hampir sembilan puluh persen. Ia mundur beberapa langkah, kali ini agar tidak terulang seperti di mimpinya ia memilih untuk berhati-hati.

            Samuel terus mencecap bibir Rosalie hingga ia menyadari sesuatu yang tidak beres. Dengan telinganya yang tajam ia mendengar ada pergerakan. Matanya berubah menjadi merah bertanda ia tengah was-was dan itu membuat Philip semakin ketakutan.

            “Samuel, ada apa?”

            Rosalie menyadari gelagat Samuel dan melepas ciumannya. Mereka berdua sama-sama menoleh kearah Philip yang masih berdiri kaku di tempatnya, memandang kearah mereka berdua dengan ekspresi takut dan menyadari bila celananya telah basah.

            “Philip,” Panggil Rosalie.

            Ia melepas pelukannya dari Samuel dan menghampiri Philip. Sungguh memalukan ia melakukan hal itu dihadapan anak kecil seperti Philip. Dan, oh! Apa mungkin ia juga melihat Samuel yang tengah meremas miliknya?

            “Philip,” Panggil Rosalie lagi sambil mengusap rambutnya.

            Philip terkesiap hingga bahunya sedikit naik. Samuel menyipitkan matanya, anak ini ketakutan kepadanya di lihat dari gelagatnya yang terus melihat kearahnya. Apa dia tahu mengenai siapa Samuel?

            “Kau sudah bangun, sayang?”

            Philip masih mematung disana. Kali ini ia memusatkan perhatiannya kepada Rosalie. Rosalie tidak seperti wanita yang ada di mimpinya. Wanita yang ada di mimpinya mempunyai rambut pirang madu dengan mata biru terang. Ia terlihat lebih tua dari Rosalie.

            Philip menganggukkan kepalanya menjawab pertanyaan Rosalie. Samuel menghampiri Philip.

            “Jangan takut, sayang. Kami adalah orang tua aslimu.”

{

            “Pangeran Philip!”

            “Philip!” Teriak Aaron di hutan yang mereka lewati.

            Mereka menemukan sepatu Philip yang terjatuh di luar hutan. Karena itu Charles dan Aaron memerintahkan semua prajuritnya untuk memasuki hutan mencari Philip. Mereka berspekulasi bila Philip tengah di bawa di hutan dan di sembunyikan di suatu tempat disini.

            Hutan ini sangat lebat dengan tanah yang basah dan lembab. Semakin ke dalam, mereka merasakan hawa yang tidak enak dan menyeramkan. Pepohonan lebat berubah menjadi pepohonan mati dengan batang-batangnya yang ramping. Kabut hitam terasa pekat dan juga lumut dan lumpur di mana-mana membuat sepatu mereka terlihat menyedihkan.

            “Kemana ia pergi?” Gumam Aaron khawatir.

            Charles melirik ke sekitarnya. “Tidak mungkin bila rakyat jelata itu membawanya sejauh ini.”

            “Jadi, dimana ia membawanya bila bukan disini? Sejauh ini kita tidak menemukan jejak apa pun mengenai Philip kecuali sepatu miliknya.”

            “Dan kita harus terus mencarinya hingga kita semua tersesat disana?”

            “Harus!” Aaron mengucapkan dengan tegas seolah-olah ia memerintahkannya kepada Charles.

            Charles mendelik kesal kepada Aaron. Aaron mencengkram tali kekang kudanya.

            “Kalau Anda tidak suka, Anda bisa pergi, Yang Mulia. Mungkin Anda tidak tahu bagaimana rasanya kehilangan seseorang yang Anda cintai.”

            Aaron menghentakkan tali kekangnya membuat kuda itu lebih dulu maju. Charles mendengus kesal sambil memutar bola matanya. Sifat Aaron yang keras kepala seperti ini membuat dirinya kesal. Ia tidak ingin repot-repot mencari anak terkutuk itu ke dalam hutan mengerikan ini. Sudah cukup penyerangan rakyat jelata itu mengangguk acaranya untuk datang ke Jerman ini.

            “Hei…”

            Charles mendengar seseorang memanggil namanya. Ia menoleh kearah semak-semak, ia berpikir bila suara itu berasal dari sana. Charles mengarahkan kudanya kesana.

            Tidak ada satu pun yang memanggil namanya, itu adalah kebenaran. Charles merasakan halusinasi hingga tanpa ia sadari, ia mengendarai kudanya menjauh dari rombongan. Ia tidak merasa aneh, ia tidak merasa curiga saat asap gelap menyelimuti dirinya dan bayangan seseorang dengan mata merahnya menatap kearah dirinya.

            “Ib-iblis!”

            Disaat ia ingin berbalik, ia tidak melihat apa pun. Kudanya meringkih gusar dan ia terjatuh. Makhluk dengan mata merah itu terus mengerjanya hingga ia berlari seperti orang gila. Ia tidak tahu arah mana yang akan ia tuju karena asap hitam itu masih terus melingkupinya. Ia terus berlari hingga tanpa sadar kakinya menyentuh sesuatu hingga ia terjatuh. Makhluk bermata merah itu menghampirinya dan ingin menerkamnya sebelum akhirnya suara itu membangunkannya dari halusinasinya.

            “Charles! Yang Mulia!”

            Charles mendongak dan mendapati Aaron memandangnya dengan wajah khawatir.

            “Anda baik-baik saja? Anda tampak… kacau.”

            “Oh, Aaron,” Charles menghamoiri saudaranya itu. “Aku melihat sesuatu disana, di dekat tebing itu,” Ucapnya sambil menunjuk kearah yang ia maksud.

            Aaron menyipitkan matanya. Lalu, ia berjalan kearah yang dimaksud Charles.

            Ia berpikir bila Charles melihat binatang buas di tebing hingga ia takut dan lari. Tebing itu tidak terlalu jauh dari tempat ia berdiri sekarang. Dan ia hanya melihat sebuah tebing yang tinggi di hadapannya dengan bebatuan tajam di bawahnya, tak jauh dari tempat mereka berdiri.

            Aaron menghela nafasnya dan menoleh kearah Charles.

            “Apa yang kau lihat, Yang Mulia? Semua tampak baik-baik saja,” Ucap Aaron.

            Charles menyipitkan mata tak suka. “Kau mengejekku?!”

            Seruan salah satu prajurit mengalihkan mereka berdua. Prajurit itu menunjuk kearah atas tebing dengan raut kaget bercampur khawatir. Spontan mereka berdua segera melihat ke atas tebing.

            Charles dan Aaron membelalakkan matanya saat melihat Philip yang berada di atas sana dengan mata kosongnya tampak akan meloncat dari atas tebing. Aaron berteriak memanggil nama Philip tapi laki-laki kecil itu tidak mendengarnya. Mereka semakin khawatir saat Philip mulai bermain-main di atas sana dengan menjulurkan kakinya.

            “Apa yang kalian lakukan?! Cepat selamatkan Pangeran kalian!” Perintah Aaron segera.

            Disaat ia kembali menoleh kearah Philip, tubuh Philip tampak oleng dan akhirnya jatuh dari atas tebing. Dan saat itu yang ia rasakan hanyalah mendengar suara Charles yang berteriak di sampingnya dengan suara berdebum yang kuat.

2 Komentar

  1. Oh apa yang terjadi sebenarnya? Apa yang akan dipilih oleh pangeran Aaron?

  2. Ada apakah ini?