Agni berkuda di antara belantaa hutan yang sunyi. Dia baru saja mengantarkan Pangeran Yasa, yang telah menyelesaikan masalah persiapan pernikahannya dengan Putri Unique, menuju perbatasan kerajaan kemarin dan baru kembali sehari setelahnya. Perjalanan selama dua hari penuh itu tidak membuat laki-laki itu beritirahat sejenak karena kelelahan. Dia malah tidak sabar untuk kembali ke kerajaan tempatnya selama beberapa tahun terakhir menjadi tempat tinggalnya.
Keadaan hutan yang sunyi senyap, dan hembusan angin yang lembut nyatanya mampu merasuk ke balik perban yang dikenakan Agni. laki-laki memberhentikan kudanya, memandang sekitar yang hanya dilingkupi oleh kegelapan. Meski kegelapan melingkupi hutan tersebut tapi Agni tetap memandang sekitarnya.
Terasa seperti rumahnya.
Agni tanpa sadar memejamkan matanya, membayangkan tempat bernama rumah yang ada di benaknya. Cahaya matahari yang terik tapi menghangatkan. Suara hewan dalam hutan yang bersautan. Suara hembusan angin yang menari-nari dengan pepohonan di sekitarnya. Dan yang paling dia rindukan, suara tawa ceria dari sosok bergaun polos.
Sosok gadis yang tertawa riang. Berlarian kesana-kemari dengan kaki polosnya menyelusuir hutan hanya untuk bersenang-senang. Saat sore menjelang, bau harum akan tercium dair gubuk mereka yang kecil—Bau makanan dari masakan yang sosok buat. Atau saat di pagi hari, suara tinggi yang membangunkan Agni dari tidur lelapnya. Semua itu adalah hal yang Agni rindukan dari rumahnya. Seandainya saja—,
Agni terkesiap. Hidungnya mencium bau terbakar yang sangat kuat. Hembusan angin yang kuat menerbangkan arang hitam hasil pembakaran. Lalu pancaran cahaya yang kemerahan makin memperkuat dugaan Agni bahwa ada kebakaran di suatu tepat. Tunggu dulu—
Agni memincingkan matanya, melihat arah cahaya kemerahan yang datang. Kemudian menyadari dari mana semua ini berasal. Keraajaan. Itu berarti Unique juga terancam. Agni segera memacu kudanya. Dia tidak mempedulikan bahwa kudanya baru saja beristirahat beberapa menit lalu.
Setelah membelah hutan pinggir kerajaan, barulah Agni bisa memasuki daerah kerajaan berupa rumah-rumah penduduk yang cukup padat. Kuda Agni yang tadinya berlarian dengan bebas menjadi agak tersendat akibat banyaknya warga kota yang berlarian kesana-kesini. Keadaan semakin kacau saat semburan api terlihat keluar dari istana dan mengenai salah satu atap warga terdekat. Hanya tinggal menunggu waktu sampai semua yang berada di dekitar istana rata degan tanah akibat kebakaran.
Agni langsung turun dari kudanya. Tanpa mengikat kuda berwarna coklat itu, dia langsung berlari menuju ke arah gerbang istana. Terlihat banyak yang masuk dan keluar dari gerbang tersebut. Beberapa diantaranya tentara kerajaan yang berduyun-duyun membawa air di dalam ember. Agni segera menghentikan salah satunya.
“Apa yang terjadi? Dimana Putri Unique? Dimana Raja Barda?” tanya Agni dengan remasan kuat di tangannya. Saat ini dia benar-benar di terjang oleh rasa ketakutan yang selama ini selalu dirasakannya.
“Saya tidak tau Tuan, tau-tau sudah ada api. Kami juga tidak mengetahui dimana Raja Barda dan Tuan Putri. Yang saya tau mereka berdua tadi sedang berbincang di ruangan Raja Barda.” Tentara itu segera pergi untuk mengambil air sedangkan Agni masih terpaku melihat jilatan api yang semakin membesar.
Agni tidak tau apa yang menggerakkan tubuhnya, yang dia tau dia segera berlari menuju istana. Disaat itu pula dia segera meniup peluitnya yang langsung di sahut oleh burung hantunya. “Cepat cari Unique!” seakan bisa mengerti perkataan Agni, burung hantu berwarna abu-abu itu segera melayang pergi mengitari istana sedangkan Agni sudah menerjang masuk ke dalam istana yang diselimuti api.
Sepanjang kaki Agni melangkah, hanya kobaran api yang menyambut. Tak ada seorang pun yang terlihat di sekitar Agni tapi Agni tetap menyusuri semua bagian lorong istana dengan harapan menemukan sosok yang sekarang memenuhi pikirannya. Hingga akhirnya Agni sampai di depan pintu coklat, di depan ruangan Raja Barda.
Dengan satu tendangan kuat, Agni berhasil membuat roboh pintu kayu tersebut. Ruangan Raja Barda yang di penuhi oleh kertas yang terbakar menyebabkan banyaknya asap yang mengepul di bandingkan ruangan lain. Di pojok sana terlihat tubuh besar dengan jubah yang setengah terbakar tengah terbatuk akibat udara yang semakin menipis.
Agni langsung menyongsing tubuh pria di depannya. Di lepaskannya jubah yang terbakar itu, dan segera dia menganggkat kepala pria itu di atas pangkuannya. “Raja Barda, kau bisa mendengarku? Kau baik-baik saja?” di butuhkan waktu beberapa detik sampai pria di pangkuannya itu membuka matanya.
Raja Barda mengernyitkan dahinya, pandangannya masih tidak fokus. “Agni? itu kau?”
“Iya, ini aku. Apa yang terjadi? Kenapa istana bisa terbakar seperti ini?”
Dengan suara lirihnya Raja Barda menjawab, “Aku juga tidak tau. Tiba-tiba api sudah menjalar.” Raja Barda terbatuk lagi tapi kali ini lebih parah. Banyak darah mulai keluar bersamaan dengan batuknya. Pandangan Agni pun langsung menyusuri tubuh Raja Barda dan menemukan sepotong kayu cukup besar yang menancap di perutnya.
“Bertahanlah, aku akan mengeluarkanmu dari sini.” Agni yang hendak mengangkat tubuh dari Raja Barda langsung terhenti saat tangan yang penuh noda bakar itu mencengkeram pundaknya. Membuat perhatian Agni kembali teralih pada wajah Raja Barda yang cukup kotor akibat abu kebakaran.
“Sudah tidak ada waktu lagi, lebih baik kau selamatkan Unique. Bukankah dia penting untukmu?” suara liri Raja Barda mampu membuat Agni terkesima sesaat.
“Tapi, aku tidak bisa meninggalkanmu begitu saja. Kau juga penting untukku.”
Raja Barda makin mempererat cengkeramannya. Matanya menatap penuh keyakinan ke dalam mata Agni. “Bukankah kau sudah berjanji akan melindungi Unique. Lagi pula kau tiak ingin semuanya terulang lagi kan, kau tidka ingin kutukan itu terjadi lagi kan.” Dan lagi Agni terdiam untuk sesaat. Kebimbangan terpancar jelas di kedua bola matanya. “Agni!”
“Aku mengerti.” Agni menghembuskan napasnya, menatap sendu pada salah satu ornag yang telah menjadi temannya. “Maafkan aku.”
“Tidak perlu, seperti katamu semua ini pasti akan terjadi cepat atau lambat. Sekarang pergilang, lindungi Unique.” Agni mengangguk. Dia dengan berhati-hati langsung meletakkan kembali kepala Raja Barda di lantai. Setelah yakin jika Raja Barda merasa nyaman dengan posisinya, Agni kemudian berdiri, bersiap untuk pergi. “Pergilah ke kerajaan Pangeran Yasa. Kalian akan aman disana.”
“Aku mengerti.” Setelah anggukan singkat kepada Raja Barda, Agni segera pergi meninggalkan pria itu di tengah kobaran api yang telah melalap seluruh ruangannya.
Ruangan Unique memang tidak jauh dari ruangan Raja Barda tapi tetap saja sangat sulit untuk mencapai kesana. Ini karena Agni harus melewati lorong istana terbuka yang di setiap sisinya terdapat pohon rindang yang kini menutupi akses jalan. Terutama karena pohon-pohon tersebut sudah terlalap api. Agni dengan terpaksa harus memindahkan semua batang kayu tersebut agar bisa mencapai pintu ruangan Unique dan itu menyebabkan perban di tangannya hangus, memperlihatkan kulit kecoklatan tangannya.
Setelah mendobrak pintu kayu di depannya, Agni segera berlari ke arah tempat tidur yang belum tersentuh api. Di atasnya terlihat sosok Unique yang terlelap dengan sesekali terbatu. Dan disisi kasurnya terdapat sang Ratu yang juga terbatu-batuk seraya menutupi hidung dan mulut Uniqe. “Agni, syukurlah kau datang,” ucap sang Ratu yang terlihat lega dengan kedatangan Agni.
Agni pun dengan sigap langsung menghampiri Ratu dan mengecek kondisinya. “Anda tidak apa-apa?”
Sang Ratu menggeleng. Kepalanya kini menoleh ke arah Unique yang masih tertidur di atas kasurnya. “Kita harus segera mengeluarkan Uniqe, dia sedang tidak dalam kondisi yang sehat dari kemarin.” Agni paham itu. Agni segera mendekat ke arah Uniqe, bermaksud untuk membopong gadis di depannya. “Tunggu, tanganmu!”
Agni terpaku sejenak. Perban di tangannya hangus akibat memindahkan batang pohon di depan pintu. Dia tentu tidak mungkin membopong Unique dan bersentuhan langsung dengan gadis itu.
“Tunggu, aku punya satu cara.” Sang Ratu dengan sigap langsung melilitkan selimut di atas Unique ke seluruh badan Unique. Mmebuat gadis itu layaknya seperti kepompong. “Dengan begini kau bisa membawanya.” Sang Ratu segera mundur, memberi Agni cukup ruang agar pria itu bisa mengangkat dan membopong putrinya.
“Kita harus cepat membawa Unique keluar sebelum diaakkh—“
Agni yang tadinya hendak mengangkat tubuh Unique segera berbalik hanya untuk mendapati tubuh wanita yang tadinya berdiri di depannya sudah terkapar tak berdaya di lantai. Terdapat beberapa anak panah yang menancap di dadanya. Begitu pun mulutya mengeluarkan darah segar akibat luka di dadanya. “Lari,” suara lirih sang Ratu menyadarkan Agni.
Agni segera mengangkat Unique dengan hati-hati. Saat dia kembali berbalik ke arah sang Ratu, sudah nampak beberapa sosok pria yang mengerubunginya. Pria-pria itu mengacungkan pedang dan mengarahkan panah ke arah Agni, membuat pria itu mengeratkan tangannya yang mengelilingi tubuh Unique. Agni mengetatkan rahmnya, sekuat tenaga berusaha tidak menerjang orang-orang di depannya mengingat dia harus membopong Unique “Siapa kalian? Apa tujuan kalian?”
“Kau tidak perlu tau siapa kami. Kami hanya melakukan tugas untuk menghabisi seluruh penghuni istana ini.”
Agni menggeram marah. Namun geraman marah itu langsung menghilang saat suara batuk dari mulut Uniqe terdengar. Gadis itu sudah mulai kesulitan bernapas karena udara semakin menipis. Dia tentu harus segera keluar dari ruangan ini menuju tempat yang lebih aman. Dan tentunya menangani orang-orang di depannya akan membutuhkan banyak waktu.
Tidak ada cara lain.
Agni segera membalikkan badannya. Melompat melintasi kasur Unique dan berlari sekuat tenaga keluar dari ruangan itu. dirinya tau bahwa orang-ornag itu juga berlari untuk mengejarnya. “Akkhh—“ Agni sempat terhuyung akibat panah yang melesat dan pedang yang menancap di tubuhnya. Pria-pria itu melemparkan semua senjata yang ada untuk menghentikan diirnya. Agni semakin mengeratkan pelukannya.
Agni terus berlari. Meski dia abadi, rasa sakit itu tetap bisa membuatnya merintih kesakitan tapi dia tidak bisa melakukannya. Ada Unique di dalam pelukannya, ada Unique yang harus dilindunginya, ada Unique yang harus diselamatkannya. Tidak ada waktu untuk mempentingkan tubuhnya.
Akhirnya Agni berhasil keluar dari istana. Matanya memandang meliar untuk menemukan seekor kuda untuk dia gunakan kabur tapi hasilnya nihil. Sepanjang yang ada di pandnagannya, hanya ada kobaran api, tanpa ada manusia di sekitarnya. Dimana para prjurit yang sedari tadi berusaha memadamkan api.
Disaat pandangan Agni kembali terarah kedepan, Agni seketikan terpaku di tempat. Di depannya adalah gerbang istana, yang saat ini dipenuhi mayat rjaurit dan penduduk istana. mereka terpakar bukan karena kebakaran tapi karena tusukan pedang dan tancapan panah orang-orang yang berpakaian sama dengan yang mengejar Agni.
“Kau terkepung.” Suara kemenangan itu membuat Agni seketika berbalik. Tepat di hadapannya, orang-orang yang mengejarnya tadi sudah berdiri dengan angkuh tanpa senjata di tangan mereka. Wajah mereka terlihat keletihan tapi juga terlihat senangg karena Agni sudah terpojok. “Sebaiknya kau menyerah saja. kami berjanji akan menghadiahkan kematian yang indah untukmu sehingga kau bisa tenang menuju surga.”
Agni mengetatkan kembali pelukannya, mendekatkan tubuh Unique ke dadanya. Surga katanya, sepertinya tempat itu tidak akan menerimanya. Lagipula dia tidak akan bisa mati sampai benda itu bisa dia temukan. Ataupun sampai dia bisa menyelamatkan gadis di pelukannya.
Di tengah suasana mencekam itu, Agni samar-sama bis amendengar suara pekikan dari burung hantunya. Diikuti suara berderap kuda dari sampingnya. Hanya perlu kedipan mata sampai tau siapa yang datang untuk membantunya. Alfor dan Honey. Keduanya segera menyerang sekelompok orang yang mengejrnya tadi, sedangkan burung hantunya enarik tali kekang kuda menuju Agni. Dengan segera Agni menaiki kuda tersebut beserta Unique di pelukannya.
Setelah Honey dan Alford selesai, mereka segera memacu kudanya di depan kuda milik Agni. keduanya segera membukakan jalan untuk kuda Agni dengan menyerang semua yang menghalangi di gerbang istana. namun meski begitu, masih ada beberapa orang yang berusaha melukai mereka, terutama Agni. menyebabkan bagian belakang tubuh pria itu dipenuhi lebih banyak senjata yang tertancap.
Usaha mereka akhirnya tidak sia-sia. Meski ada beberapa luka yang mereka dapatkan, terutama Agni, mereka berhasil keluar dari area kerajaan. Ketiganya memacu kudanya memasuki hutan di belakang istana yang sangat jarang dilewati. Dan sebelum mereka benar-benar masuk ke dalam hutan, Agni menoleh ke belakang hanya untuk melihat seluruh kerajaan yang terlalap oleh kobaran api. Kerajaan yang selama 21 tahun ini menjadi rumah sementaranya kini telah lenyap terbakar.
Dan Agni tau ini hanyalah awal dari kutukannya.
Awal