Unique pada awalnya mencoba memusatkan perhatiannya pada sosok Pangeran Yasa yang berada di sampingnya. Selama dua hari ini, pria disampingnya tidak pernah meninggalkannya dna memberikan perhatian padanya. Mungkin, jika Unique adalah seorang gadis biasa dia akan dengan mudahnya tersentuh dengan perhatian Pangeran Yasa. Namun sayangnya Unique bukanlah gadis biasa tersebut. Unique adalah seorang Putri yang terikat sebuah aturan kerajaan dimana dia akan diberi sekelempok pengawal menjelang dia melepas status putri dan menjadi ratu. Dan sayangnya, bukannya mencintai pangeran yang nantinya mengubahnya menjadi ratu, dia malah jatuh cinta pada sosok ketua pengawalnya yang ditugaskan oleh ayahnya.
Yah, Unique nyatanya sudah jatuh cinta dengan ketua pengawalnya sendiri. Agni.
Meski sosok itu tidak pernah memberikan perhatian lebih layaknya ayahnya ataupun Pangeran Yasa tapi pria itu mampu merebut perhatiannya. Entah kenapa, dari awal pertemuan mereka, Unique sudah sangat mencintai pria itu. Jika saja dia bertemu dengan Agni lebih awal, atau mungkin saat Unique masih remaja, mungkin sosok itu akan menjadi cinta pertaa Unique. Sayangnya tidak demikian, Unique mempunyai cinta pertamanya sendiri yang entah kenapa sudah di lupakan rupanya tapi masih diyakininya menjadi cinta pertamanya. Apalagi beberapa kali kenangan masa kecilnya sering menghinggapi alam mimpinya sehingga Unique mulai mengingat tangan hangat yang selalu membelai kepalanya. Sosok yang selalu berada di sampingnya.
Lamunan Unique teralih saat matanya menangkap sosok Agni yang tengah berbicara dengan Charta. Sekilas keduanya memang terlihat tak begitu kontras karena Charta sudah terlihat begitu renta sedangkan Agni masih terlihat segar bugar. Unique masih mempertanyakan benarkan keduanya sudah hidup sangat lama karena kenyataannya mereka terlihat seperti orang pada umumnya.
Unique menyadari jika Agni dan Charta sedang dalam pembicaraan yang serius. Hal itu terlihat dari raut wajah Agni yang tiba-tiba menegang saat Charta mengatakan sesuatu pada pria itu. Bahkan raut wajah itu makin mengeras dengan pandangan tajam menatap sekitar sesaat setelah Charta menganggukkan kepala. Hingga kejadian itu terjadi.
Agni, sosok yang dikenal Unique tidak akan pernah merasakan rasa sakit itu tiba-tiba menampakkan wajah kesakitannya. Bahkan Unique tidak mengira jika pria itu sampai mengeluarkan darah dan ambruk begitu saja. Pria yang paling tangguh menurutnya itu kini tergolek tak sadarkan diri di kubangan darahnya. Tidak ada yang bereaksi untuk menolongnya, begitupun Unique yang masih tercekat di tempatnya karena terkejut dengan apa yang menimpa ketua pengawalnya itu.
Unique pun akhirnya tersadar dari rasa terkejutnya. Seketika itu pula, Unique berlari dari tempatnya menuju ke arah Agni. Orang-orang disekitar Unique pun segera mendekat setelah melihat reaksi sang Putri. Sessat setelah di dekat Agni, Unique segera berusaha berusaha menolong Agni tapi di cegah oleh Charta. Pria dengan tangan rapuhnya itu segera menghalau tangan Unique yang berusaha menyentuh pundak Agni. Unique pun langsung melemparkan pandangan protes pada Charta.
“Tuan Putri, anda dilarang menyentuh Tuan Agni.”
“Tapi—,”
“Tuan Putri mohon mengertilah. Anda akan terkena kutukan jika menyentuhnya.” Mau tidak mau Unique terpaku di tempatnya. Otaknya mengulang percakapan pertama mereka, saat Unique bertanya alasan pria itu memakai perban di seluruh tubuhnya. Dan jawaban pria itu adalah agar dia tidak terkena kutukan. Tapi apakah itu benar? Unique mengira jika itu hanyalah pernyataan asal Agni agar Unique tidak mengungkit alasan pria itu.
Sebuah tarikan di siku tangannya membuat Unique akhirnya mengalah. Dia akhirnya berdiri di samping Pangeran Yasa yang sedari tadi mengikutinya dan menarik tangannya setelah mendegar kata ‘kutukan’. Pria itu segera memerintah prajuritnya untuk mengangkat tubuh Agni dan memindahkannya ke salah satu tempat yang tersedia. Selain itu dia juga memerintahkan seorang dokter untuk segera mengobati pengawal calon ratunya itu.
Agni akhirnya dipindahkan dari sana. Meninggalkan Unique yang amsih terpaku di tempatnya mellihat genangan darah milik ketua pengawalnya tersebut.
***
Sudah satu minggu semenjak kejadian Agni yang tiba-tiba mengeluarkan darah dan tak sadarkan diri. Dan sudah dua hari semenjak istana sudah digunakan kembali. Namun sosok ketua pengawalnya tersebut, Agni, tidak juga terbangun dari tidur lelapnya. Bahkan, dia tidak bisa mendekat ataupun memasuki ruangan dimana Agni sedang terbaring saat ini. Selama 24 jam penuh, Charta maupun prajurit istana bergiliran untuk menjaga Agni sekaligus menghalaunya untuk masuk ke dalam ruangan tersebut. Hanya dari Honeylah dia bisa mengetahui sudah sejauh mana kondisi Agni saat ini.
“Lebih baik kau beristirahat Honey.” Honey tersentak saat tangannya di genggam oleh Sang Tuan Putri.
“Tidak apa-apa Putri. Sekarang ada tugas saya untuk menjaga keselamatan anda.” Sudah beberapa hari terakhir Honey selalu menjaganya. Biasanya gadis itu akan bergantian berjaga dengan Alford dan juga Agni tidap malamnya. Sayangnya, kedua pria itu kini dalam kondisi yang tidak baik sehingga memaksa Honey untuk menjaga keselamatan Sang tuan Putri secara penuh.
“Aku tau kau kelelahan karena menjagaku beberapa hari ini. Dan aku juga ttau kau sedang mencemaskan Alford. Aku akan baik-baik saja meskipun kau tinggal Honey. Ada banyak penjaga yang ada di sekitar istana.” Honey terdiam. Dirinya memang kurang istirahat dan mencemaskan keadaan Alford yang tidak juga membaik. Namun menjaga Putri Unique adalah prioritasnya saat ini. “Honey, aku akan langsung tidur. Kau bisa keluar sekarang. Istirahatlah jika tidak tengoklah Alford sebentar, hmm?”
Mau tidak mau akhirnya Honey menganggukkan kepalanya sebagai persetujuan atas usulan Unique. Honey pun segera berlalu ergi meninggalkan Unique yang masih terjaga di atas tempat tidurnya.
Setelah suara pintu terdengar, Unique menunggu sejejnak sampai suara langkah kaki menjauh. Meyakinkan diri jika Honey tidak akan kembali lagi ke kamar, Unique pun turun dari tempat tidurnya dan bergegas keluar dari kamar. Beruntungnya, tidak ada penjaga yang menjaga di pintu luar kamarnya sehingga Unique bisa leluasa untuk keluar masu. Begitu pula di lorong istana yang dilewatinya, nampak sepi dari penjagaan prajurit kerajan membuatnya dengan mudah untuk mencapai tujuannya dalam waktu singkat. Dan disinilah dia berada, bersiap membuka pintu coklat yang memiliki sedikit celah untuk dilihat.
Mata Unique mengintip dari celah tersebut, memantau apakah sosok Charta ada di dalam. Dan hasilnya nihil, Charta tidak terlihat, membuka kesempatannya untuk masuk ke dalam ruangan itu. Langsung saja Unique masuk ke dalam dan disuguhkan sebuah ruangan temaram dengan pencahayaan dari rembulan. Di tengah ruangan terdapat sosok Agni yang masih terlelap di atas tempat tidurnya. Dan melihat dari meja di dekat tempat tidur yang diatasnya terdapat piring kosong, Unique menduga jika pengawalnya itu sudah sadarkan diri meski masih terlihat tak berdaya.
Langkah Unique mengantarkannya untuk mendekati tempat tidur. Dia duduk di salah satu kursi yang berada di dekat tempat tidur. Masih terasa hangat, menandakan jika kursi itu baru saja di pakai, mungkin oleh Charta. Unique pun mengamati dalam diam sosok Agni yang masih menutup matanya. Jika dalam keadaan biasa, pria itu pasti langsung menoleh saat mendengar langkah kaki sekceil apapun tapi sekarang pria itu tidak merespon sama sekali. Bahkan mungkin ini pertama kalinya sosok ittu terlihat negitu rapuh dan terlihat manusiawi sekali. Dan ini juga pertama kalinya Unique melihat pengawalnya itu tertidur.
Ini mungkin pertama kalinya juga Unique bisa mengamati sosok Agni secara keseluruhan, mengingat pria itu kini tak lagi berbalut perban di sekiar tubuhnya. Unique bisa melihat leher pria itu, yang tidak terlalu panjang, serta tangannya yang terlihat begitu berisi tapi terlihat ada luka di lengan kirinya. Luka itu menarik perhatian Unique, diantara semua luka yang pernah diingat oleh Unique, semuanya tidak meninggalkan bekas di tubuh pria tersebut tapi bagaimana bisa terdapat luka di lengang kirinya.
Luka itu berada di bagian dalam lengan kiri pria itu sehingga Unique tidak bisa melihatnya. Dia harus membalik lengan Pria itu agar bisa melihat dengan jelas luka tersebut. Tapi Unique meragu untuk membalikkan lengan Agni, selain karena takut membangunkan pria itu Unique juga masih mengingat peringatan Chata untuk tidak memegang Agni supaya tidak terkena kutukan. Tapi Unqiue segera mengenyahkan pemikirannya, rasa penasarannya tentang sosok Agni mengalahkan rasa takutnya akan kutukan yang terasa aneh di telinga Unique, begitu juga rasa khawatirnya.
Unique pun menjulurkan tangannya, meraih tangan Agni untuk membalikkan lengan kiri pria tersebut. Ini mungkin juga pertama kalinya dia bisa menyentuh Agni dari kulit ke kulit tanpa ada penghalang perban. Saat tangan Agni sudah dibaliknya, tangan Unique tidak lantas dia lepas begitu saja melainkan langsung menyusuri goresan luka yang ada tepat di hadapannya. Luka itu membentuk garis tegak yang jumlahnya cukup banyak dan terlihat sengaja di buat. Dalam hati Unique menghitung berapa banyak luka tersebut dan sedikit terkejut dengan jumlah yang lumayan banyak itu, 201. Apakah mungkin itu umur Agni?
Merasa tidak ada keanehan lainnya, Unique memutuskan untuk disana dan menggenggam tangan sosok di depannya. Berharap dengan itu pria itu bisa segera terbangun akibat terganggu olehnya. Lagipula Unique tidak merasakan perasaan aneh yang mungkin akan dirasakannya akibat kutukan yang diperingatkan oleh Charta. Unique malah merasakan rasa hangat dari tangan Agni yang merambat ke tangannya ke seluruh tubuhnya. Rasa hangat yang anehnya terasa nyaman dan familiar. Rasa hangat ini mengingatkannya pada suatu memori di masa lalu dan benar saja seakan menemukan kunci yang menimpa lubang kuncinya, semua ingatan masa kecilnya berputar di dalam kepalanya, semua ingatan masa lalunya, dan ingatan-ingatan yang terasa bukan miliknya.
***
Agni membuka mata perlahan saat mendengar suara benda terjatuh itu. Saat matanya melirik ke arah kiri, dia mendapati sosok Unique yang sudah terduduk di sebelah kursi yang tergelatak begitu saja. wajah sang Putri yang sembab dengan air mata yang mengalir mampu membuat semua syaraf di dalam tubuh Agni spontan tersadar. Menghiraukan rasa sakit yang masih terasa di dadanya, Agni segera mendekat ke arah Unique yang hampir saja tubuhnya terjatuh ke lantai jika saja Unique tidak menangkapnya. Kini Agni memandang ke arah Unique yang berada di dalam dekapnnya, dengan tangan kiri Agni yang menyangga tubuh Unique. “Tuan Putri?”
Tangan Unique berulangkali mengusap pipinya yang basah. Suara tangis Unique terdengar terengah-engah yang mungkin akibat terlalu lama gadis itu menangis. Sudah berapa lama gadis itu menangis. “Ak… aku … ingat.”
Agni tidak mengerti apa maksud perkataan Unique. Sampai matanya terpaku pada tangannya, yang tidak terbalut perban, yang menyentuh Unique. Wajahnya memucat dan terpaku pada wajah Unique. Ini tidak mungkin, tidak secepat ini.
“Agni… kau orangnya kan… kau yang dulu selalu menjagaku saat aku kecil… kau cinta pertamaku…” Agni tidak bisa berpikir. Semua terlalu cepat. Ini tidak sesuai rencanya. “Kau… juga pria itu… pria bersayap… Pirang… sudah berapa lama kau hidup… sudah berapa kali kau bertemu dengan…” Dan setelah perkataan itu, Unique tak sadarkan diri dengan pipi lembab dan air mata yang masih mengalir.
Dan disanalah Agni tetap terpaku di tempatnya. Dirinya tertegun karena lingkaran setan itu kembali lagi ke tempatnya semula. Kutukan itu kembali hadir dalam hidup abadinya.
Ayo lanjutkan ?
Siaap
Ayolah ka