Vitamins Blog

Immortal Guardian – Lembar 11 ( Luka)

Bookmark
Please login to bookmarkClose

No account yet? Register

19 votes, average: 1.00 out of 1 (19 votes, average: 1.00 out of 1)
You need to be a registered member to rate this post.
Loading...

 

Unique kembali menyusuri lorong istana milik Pangeran Yasa. Dongeng yang diceritaan oleh Charta tadi masih tertanam di benaknya. Bahkan Unique sekarang bertanya-tanya, bagaimana nasib pria bersayap di dongeng itu. sayangnya, Charta enggan menceritakan kelanjutannya pada Unique. Dia bilang bahwa ada beberapa dongeng yang memang hanya perlu diceritakan sebagian dan ada beberapa yang tidak boleh diceritakan.

Tapi Unique sudah terlanjur penasaran.

Pikirannya masih saja berkutat tentang dongeng Charta saat pandangannya menangkap sosok berambut coklat yang memunggunginya. Agni. sosok ketua pengawalnya yang awalnya selalu dibalut perban itu kini tengah memandang ke dalam kegelapan hutan dari balkon istana. Rambut coklatnya menari-nari dengan angin yang masuk ke dalam istana. hanya kepalanya saja yang tidak lagi berbalut perban, selain itu masih saja tubuh pria itu dibalut perban.

Pemikiran yang tiba-tiba merasuk ke dalam otaknya membuat Unique segera menghampiri Agni. kehadirannya tentu mengundang tanya Agni karena dia mengira jika tuan putrinya sudah terlelap saat ini.

“Ada apa Tuan Putri?” tanya Agni melihat tuan putrinya menatap ke arahnya dengan binar senang.

“Tuan Agni, bukankah sudah hidup lama seperti Charta.”

Meski tidak paham, ketua pengawalnya itu tetap menjawab dengan senyum ramahnya yang biasa. “Iya.”

“Kalau begitu, bisakah kau melanjutkan dongeng Charta yang baru saja dia ceritakan kepadaku.”

Agni memandang ke arahh Tuan Putrinya dengan binar gelinya yang disembunyikannya. Tuan Putrinya yang penasaran seperti anak kecil yang kegirangan karena diberikan makanan kesukannya. “Lebih tepatnya cerita apa Tuan Putri. Jika saya tau, tentu akan saya ceritakan kepada anda.”

Unique menampilkan senyum senangnya saat menjawa pertanyaan Agni. “Tentang Pria bersayap dan gadisnya.” Agni tentu sedikit terkejut dengan jawaban Unique. Dia tidak menyangka jika Charta akan menceritakan kisah itu kepada gadis di depannya.

Meski enggan menanggapi perkataan Unique, Agni mau tidak mau menyahuti perkataannya. “Jadi sejauh mana Tuan Putri mengetahui ceritanya?”

“Erm, sampai dengan Asta yang mengucapkan kutukannya.”

“Dan kenapa Charta tidak mau melanjutkan dongengnya? Setau saya, dia suka sekali menceritakan dongengnya sampai selesai.”

Unique mengingat-ingat alasan yang disebutkan Charta saat dia meminta pria itu melanjutkan kisahnya. “Dia bilang bahwa ada beberapa dongeng yang boleh diceritakan sampai selesai, ada juga dongeng yang tidak boleh diceritakan.” Unique memandang pengawalnya yang tidak lagi memasang wajah ramahnya seperti biasa. “Jadi, kau mau menceritakannya padaku?”

Agni memasang wajah dengan senyum kecilnya, “Sebenarnya, saya tidak pandai bercerita seperti Charta.” Sekilas Agni terdiam melihat perubahan wajah Tuan Putrinya. Gadis di depannya hampir terlihat kecewa karena jawaban Agnil. Karena tidak ingin melihat wajah tersebut, Agni kemudian melanjutkan perkataannya. “Tapi akan saya coba sebaik mungkin melanjutkan cerita Charta.”

Unique terlihat senang mendengar mendengar ucapan Unique. Gadis mengikuti langkah Agni yang bersandar pada pagar balkon istana, dan memandang Agni lurus, mencermati setiap perkataan yang akan dikatakan oleh Agni. sedangkan pengawalnya tersebut terlihat kembali memandangi hutan di depan mereka. Pria itu seakan masih berkutat di dalam pikirannya.

“Jadi—“ ucap Unique memancing perhatian Agni karena pria itu tidak juga bersuara.

“Ah, maaf. Aku masih mengingat-ingat kelanjutannya.” Agni terlihat mengambil napas dalam sebelum mengeluarkannya. Uniqe yang melihanya pun terlihat geli karena mengira pengawalnya tersebut sedikit gugup untuk bercerita kepadanya. “Setelah kutukan itu diucapkan, pria bersayap itu langsung menguburkan mayat gadisnya di bawah pohon kesukaan mereka. Setelah itu, pria bersayap itu kembali ke rumahnya dan mengurung dirinya selama bertahun-tahun—”

“Lalu kutukannya?”

Agni sedikit melirik Unique yang menyelanya, gadis itu terlihat meringin meminta maaf karena memotong ceritanya. “Itu hanya niatanya saja. Karena setelah beberapa hari mengurung diri di rumahnya, dia tiba-tiba jatuh pingsan dan saat terbangun entah dimana. Namun saat pria itu berjalan untuk mengetahui dimana dia berada, dia malah menemukan kelurga yang baru saja memiliki anggota baru. seorang bayi perempuan.”

“Itu gadisnya?” tanya Unique yang hanya diangguki oleh Agni.

Agni terdiam sejenak. “Dan seperti kutukan yang diucapkan Asta, pria itu kembali jatuh cinta pada gadisnya yang masih bayi. Karena itu dia berusaha mendekati keluarga itu, dan setelah berhasil dia bisa leluasa untuk bersama gadisnya. Hingga pada akhirnya, seperti semudah dia jatuh cinta kembali pada gadisnya, gadisnya juga dengan mudahnya mati di depan matanya.”

Unique tercekat di tempatnya. “Tidak mungkin,” lirih Unique yang tidak diindahkan oleh Agni.

Pria itu tetap saja melanjutkan ceritanya tanpa melihat lagi ke arah Unique. “Dan seperti pada kejadian pertama, pria itu mengalami terus hal tersebut. Terbangun di tempat yang asing, lalu jatuh cinta pada gadisnya, melihat gadisnya mati, lalu tidak sadarkan diri untuk terbangun di tepat yang baru lagi.”

Unique memeluk dirinya sendiri. Badannya terasa menggigil akibat rasa sedih serta rasa dingin dari angin yang menerpa. Agni pun yang menyadarinya keadaa Tuan Putri segera menyampirkan selimut yang tadi diberikan Honey kepadanya ke pundak Unique. Unique kemudian bergumam terimakasi yang diangguki oleh Agni.

Setelah merapatkan selimut di tubuhnya, Unique kembali memandang ke arah Agni. “Lalu dibutuhkan berapa tahun sampai kutukan itu berakhir? Sudah berapa kali pria itu jatuh cinta dan merasa kehilangan?”

Tidak seperti tadi, pria di sampingnya kini membalas pandangannya. “Tuan Putri, ada alasan kenapa Charta tidak menyelesaikan dongeng ini. apakah dia tidak memberitahukannya?”

“Tidak,” gumam Unique seraya menggelengkan kepalanya.

“Anda yakin?” Unique kembali menggelengkan kepalanya. “Itu karena Charta tidak mengetahui akhir dongeng ini.” Unique memasang wajah bingungnya karena ucapan Agni.

Agni tersenyum. Pria itu berdiri tegak menghadap ke arah Unique, begitu juga Unique yang mengikuti Agni untuk berdiri dan kini saling berhadap-hadapan. “Karena sampai saat ini, pria itu masih hidup dan menjalani kutukannya. Itu berarti dongeng ini belum  selesai, Tuan Putri.” Unique terdiam di tempatnya. Sebenarnya Charta juga sudah mengatakannya tadi jika ada kemugkinan bahwa pria bersayap itu masi hidup sampai sekarang tapi Unique mengabaikannya. Namun saat mendengar sendiri saat Agni yang mengatakannya, entah kenapa Unique percaya. Dia percaya jika pria bersayap itu masih menjalani kutukannya.

“Agni, menurutmu apa yang akan menjadi akhir dari dongeng itu? Jika kutukan itu berakhir, apa yang akan terjadi pada pria bersayap itu?”

Tanpa diduga Unique, Agni mengulurkan tangannya. Tangan yang diperban itu mengelus puncak kepala Unique dengan penuh kelembutan, persis seperti di taman istana dulu. “Entahlah Tuan Putri. Mungkin dia akan beristirahat dengan tenang dan bisa bertemu dengan gadisnya lagi.” Unique tidak menghalau tangan Agni dari puncak kepalanya. Gadis itu tetap terfokus untuk melanjutkan pertanyannya.

“Lalu bagaimana dengan gadis yang sudah menjadi reinkarnasi terakhir. Apa yang terjadi padanya?”

Agni sesaat terdiam. “Mungkin dia akan menemukan kebahagiaannya. Menikah dengan pria lain dan berbahagia dengannya. Yang pasti bukan dengan pria bersayap itu, karena mereka jelas dari waktu yang ebrbeda.”

Unique secara tidak sadar sudah melekungkan bibirnya ke bawah. Merasa tidak terima dengan akhir dongeng itu. “Kenapa kau bisa yakin? Bisa saja tidak begitu, kan.”

“Itu—“

“Tuan Agni!” Agni dan Unique segera menoleh ke arah Honey yang sudah terengah memandang ke duanya dengan wajah panik. “Gawat, kerajaan ini sudah diserang.”

Tidak perlu waktu yang banyak bagi Agni untuk menyimpulkan apa yang akan dilakukannya. Agni segera memerintahkan Honey untuk mencari Alford dan membantu menyelamatkan orang-orang yang masih berada di dalam istana. Sedangkan Agni sendiri segera menuntun Unique untuk keluar dari istana. namun tidak seperti yang diperkirakan Agni, api sudah meluas hingga membuat jalan keluar satu-satunya hangus terbakar.

“Tuan Agni,” Agni melihat tangan tuan putrinya telah gemetar. Kedua matanya sudah siap mengeluarkan air mata. Wajahnya sudah dipenuhi arang yang kehitaman dan warna merah akibat kepanasan. Dan untuk kesekian kalinya, Agni mempererat genggaman tangannya.

“Jangan khawatir tuan putri. Saya tidak akan membiarkan tuan putri meninggan disini. Tidak kali ini.” Tanpa menunggu persetujuan Unique, Agni sudah meraih sebuah vas bunga dan menyiramkan air di dalamnya ke tubuh. Dan lagi, dia menggendong tubuh Unique dan mendekapnya erat lalu berlari menembus jilatan api yang melalap di sekitar mereka.

Perjuangan Agni membuahkan hasil. Keduanya berhasil sampai di halam istana yang dipenuhi oleh orang-orang yang berlalu lalang mencoba memadamkan api yang membakar istana. Disana tampak Pangeran Yasa yang sedikit terluka tapi masih dapat berdiri tegak. Pria itu menghampiri Agni dan langsung meraih Unique kedalam dekapannya lalu membawanya ke dokter yang telah menunggu. Meninggalkan Agni yang berdiri di tengah keramaian dengan pakaian yang kusam karena terbakar dan perban yang hangus terbakar.

***

Agni melihat dari kejauhan sang putri yang duduk bersebelahan dengan Pangeran Yasa. Hanya menghitung hari sebelum pesta pernikahan keduanya tapi kejadian kebakaran ini terjadi. Tentu saja kejadian ini memakan banyak korban tapi beruntungnya, kobrna-korban tersebut hanya terluka. Menurut pandangan Agni, motif dari kejadian ini pun masih terasa samar. Pastinya kebakaran ini tidak bermaksud untuk melukai Pangeran Yasa, ataupun meruntuhkan pemerintahan. Begitu pula tidak ada benda berharga dari tercuri daritempat penyimpanan harta di dalam istana. kemudian apa tujuan kebakaran tersebut, apa ini salah satu dari rangkaian kejadian mengenai kutukan itu.

Agni mengalihkan pandangannya ke sisi lain, Ada Honey yang masih setia menemani Alford. Pria itu tertimpa dinding istana sehingga sempat menahannya untuk beberapa saat di dalam kebakaran. Untungnya Agni segera datang untuk membantunya setelah Honey berteriak meminta tolong. Jika Agni terlamabat semenit saja, pria itu pasti tidka tertolong lagi. Namun sebagai gantinya, pria itu sampai sekarang masih tak sadarkan diri tapi masih bernapas.

“Anda tidak apa-apa tuan Agni?” Agni menoleh ke arah Charta yang berdiri di hadapannya.

“Seperti yang kau lihat. Api seperti itu tidak mempan kepadaku.” Charta tersenyum mendengar jawaban Agni. Pria dengan wambut putih panjangnya itu memakai perban di kepalanya akibat terhantam reruntuhan di ruangannya. “Sepertinya kau tidak terlihat baik Charta. Ada yang mengganggumu?” Agni bisa melihat raut cemas di wajah Charta. Sudah dua hari semenjak insiden kebakaran, dan pria itu mash saja memasang raut cemasnya seperti hari kejadian kebakaran itu terjadi.

“Sebenarnya ada yang mengganjal pikiran saya tuan. Ini mengenai belati anda.”

Agni mengernyitkan dahinya mendengar perkataan Charta, “Ada apa dengan belati itu?”

“Sehari setelah api dipadamkan, saya mencoba mencari belati itu di ruangan saya. Namun sayangnya saya tidak menemukan belati itu.” Wajah Agni berubah manjadi tegang. Seluruh otot yang berada di dalam tubuhnya langsung dalam mode siaga.

“Kau yakin dengan ucapanmu Charta?” Charta hanya mengangguk sebagai jawaban membuat Agni makin mengeraskan rahangnya. Pandangannya menajam menyusuri sekitar, mengintaisiapa saja yang sekiranya terlihat membawa belati itu. Namun sedetik kemudian pandangan mata itu terbelak dengan rasa sakit yang mendera dadanya. Rasa sakit seperti di tusuk itu mulanya hanya sekali, tapi kemudian terasa lagi sampai-sampai terasa darah yang siap keluar dari tenggorokannya. Agni memegang dadanya, mencoba mencengkeram disana agar rasa sakit sakit itu menghilang tapi percuma. Hantaman itu kambali, kini lebih kuat dan hampi-hampir mampu menghancurkan jantungnya.

Charta yang melihat gelagat aneh Agni itu langsung memegang pundaknya, menyadarkan pria di depannya. “Tuan, apa yang terjadi?”

Agni tidak menjawab. Darah mulai memenuhi mulutnya, membuat tangan lain Agni menutup mulutnya agar darah itu tidak meluber keluar darisana. Namun percuma, darah itu tetap merebas keluar. Hantaman itu lagi-lagi datang. Kini berkali-kali hingga rasanya jantung Agni sudah hancur. Agni tidak bisa menahan dirinya untuk mengeluarkan darah yang memenuhi tenggorokannya hingga membuatnya sulit bernapas. Pria itu mulai terbatuk mengeluarkan darah, menarik semua perhatian orang untuk melihat pria itu mengeluarkan darah dari mulutnya. Darah itu menjadi genangan yang cukup luas hingga rasanya seluruh darah di tubuh Agni sudah keluar semua.

Pemandangan yang cukup mengerikan, sekaligus menyakitkan. Tidak ada yang mendekat, tidak pula Charta yang membantunya. Agni sudah berlutu dengan menumpukan kedua lengannya ke tanah. Mulutnya terus terbatu sambl mengelurkan darah. Tangannya sudah terselimutkan darah, begitu juga sebagian wajah, baju dan rumput hijau di bawahnya. Pandangannya mulai mengabur. Hingga akhirnya Agni terjatuh di atas genangan darahnya, disaksikan seluruh orang yang terpaku di tempatnya.

Dan untuk pertama kalinya, makhluk kekal itu terjatuh ke tanah.

1 Komentar

  1. Wow :wowtakkusangka