Vitamins Blog

Jadilah rumah ku bukan hujan ku

Bookmark
Please login to bookmark Close
21 votes, average: 1.00 out of 1 (21 votes, average: 1.00 out of 1)
You need to be a registered member to rate this post.
Loading...

Hari ini hujan turun dengan derasnya..
kita hanya bisa duduk depan jendela dengan memandangi hujan turun.
berbagai obrolan ringan kita bicarakan.

Kau bertanya pada ku Apakah aku menyukai hujan?

Sesaat aku tidak tau mau menjawab apa pada akhirnya aku mengatakan apa yang aku pikirkan.
“kadangkala aku membenci hujan karena hujan membuat ku tidak bisa keluar rumah seperti saat ini dan pakianku tidak ada yang kering. Dan aku kadangkala juga menyukai hujan karena aroma tanah saat hujan turun dan hujan membuatku tenang saat aku merasa marah”

“Bagaimana dengan mu?”

Kau hanya tersenyum, dengan pandangan menerawang sambil menatap hujan Kau mengatakan bahwa kau sangat menyukai hujan. Aku menoleh melihatmu yang masih memandangi hujan turun dengan mata yang berbinar.

“Kenapa kau menyukai hujan?”
Aku sungguh penasaran kenapa dia menyukai hujan, kau menatapku dengan senyuman dan mata barbinar kau mengatakan Karena hujan itu menyenangkan,

“hujan penghapus rasa sedih mu, saat kau menangis air mata mu tidak akan terlihat, saat kamu marah hujan akan mendinginkan dan menyejukan perasaan mu. Hujan turun dengan tulus tanpa kau minta”

setelah dia mengatakan itu aku ingin merasakan ketulusan hujan.

“Bagaimana caranya aku merasakan ketulusan hujan?”

Kau terkekeh dengan senyuman tulus yang menghiasi bibirmu. Kemudian kau terdiam beberapa detik, dan tiba-tiba kau berdiri dan menyuruhku untuk mengikuti apa yang akan kau lakukan.
aku mengikuti mu keluar dari balkon dengan hujan yang langsung membasahi.

“Jika kau ingin merasakan hujan dan ketulusannya, tutuplah matamu dan rasakan air hujan yg jatuh membelai wajahmu, hujan, aroma hujan dan tanah yang basah membuat perasaan tenang”
Aku mengikuti apa yang dia lakukan. Merasakan hadirnya hujan itu dengan merentangkan kedua tangan dan kepala mengadah membiarkan rintik hujan menyentuh pipi mu.

Masih dibawah hujan kau melanjutkan perkataanmu tentang hujan.
“Bukan hanya ini saja hujan juga memiliki hadiah yang indah setelah ia reda, apakah kau tau?”
“Pelangi mungkin” jawabku asal

“Iya pelangi adalah hadiah yang indah itu. Hujan memang akan selalu gelap namun diakhirnya akan ada pelangi yang indah. Kadang mereka yang mengatakan menyukai hujan berlindung dibalik payung, dibawah atap, bahkan beberapa dari mereka memaki karena hujan membuat baju mereka basah.

Mereka tidak sungguh-sungguh menyukainya, hanya mulut saja, mereka hanya mencari sensasi atau sedang menjual romantisme saat mereka mengatakan menyukai hujan.

Nyatanya mereka menyesali saat hujan tak kunjung reda, mendinginkan udara sekitar dan membuat jemuran tak kunjung kering, seperti alasan yang kau katakan tadi. baju mu tidak kering.

Aku rasa kita tidak akan mengerti hujan kecuali jika kita menjadi hujan itu sendiri.

Bagaimana bila sesekali kita mendengar kata orang bahwa mereka menyukai kita padahal di belakang kita semua mereka tidak demikian.

Manusia banyak yang sprti itu, manusia terlatih untuk berpura pura di hadapan orang lain, memanipulasi sikapnya dan menyaring kata-katanya menjadi manis meski didalam hatinya tidak demikian, tapi tidak dengan Hujan, Hujan akan tetap turun untuk ia yang membutuhkannya, untuk orang-orang yang membutuhkannya, tidak perlu menghabiskan pikiran dan hati kita untuk orang-orang yang tidak menyukainya. Begitulah hujan datang untuk orang-orang yang membutuhkannya. Dan kita akan belajar menjadi hujan bahwa ia akan turun dengan tulus dan ia tidak peduli dengan orang-orang yg menyesali kehadirannya.

Lebih baik kita mencurahkan hati dan pikiran kita untuk orang orang yang menghargai keberadaan kita, untuk orang orang yang mencintai kita dan menunggu kita.

Meski jumlahnya mungkin tidak banyak tapi itu akan membuat hidup mu jauh lebih bahagia Dan kamu tidak perlu bersusah payah untuk membuat hidupmu bahagia. Karena sungguh akan selalu ada orang yg tidak menyukai mu dan kamu tidak perlu memikirkan demikian.

Hujan akan tetap turun meski ia dibenci karena ia datang bukan untuk mereka, ia datang untuk orang orang yang mencintai dan merindukannya.

aku hanya diam mendengarkan dia bicara tentang hujan dan mengapa dia menyukai hujan. dan bagaimana dia memaknai hujan itu. aku kagum dengannya.

Setelah dia mengatakan itu aku ingin menjadi hujannya. “Bisakah aku menjadi hujan mu?”

Kau menatapku dengan mata teduhmu.
“Jangan menjadi hujanku”

Aku pikiran yang bingung aku bertanya kepadanya “kenapa aku tidak boleh menjadi hujan mu?”

masih menatapku dengan mata teduhmu kau mengatakan “Karena hujan datang dan pergi sesuka hatinya, aku tidak ingin kau sperti hujan datang dan pergi begitu saja, walau hujan menenangkan tapi saat hujan turun akan terasa dingin, aku ingin kau menjadi rumahku tempat ku berteduh, tempatku pulang, tempatku merasakan kenyaman, tempatku merasakan kehangatan saat hujan turun, tempatku berkeluh kesah,

Kau adalah rumahku, bukan hujan ku”

mataku berkaca-kaca mendengarkan setiap kata yang keluar dari mulutnya .

“aku akan menjadi rumahmu tempat kau berpulang” ucapku dengan berlari kepelukannya dengan hujan yang masih mengguyur.

kita berpelukan dibawah hujan dengan penuh cinta.
“aku mencintaimu tetaplah jadi rumah ku”
“aku juga mencintai mu dan aku akan menjadi rumah mu”

THE END

5 Komentar

  1. hujan… oh hujan

  2. ahmada rana menulis:

    Kalo aku suka hujan :inlovebabe :inlovebabe :inlovebabe

  3. Hope_Starry menulis:

    Hujaann, :sangatterpesona

  4. KhairaAlfia menulis:

    :inlovebabe :inlovebabe :inlovebabe :inlovebabe

  5. I love rain