Vitamins Blog

Lord Of The Demon’s Bride Bab 7

Bookmark
Please login to bookmarkClose

No account yet? Register

BAB 7

GUILTY

Rasa gerah membuat Estel tersadar, tubuhnya seakan dibelit akar dengan wangi lemon dan mint yang familiar. Estel terkejut saat membuka matanya. sinar matahari merambat masuk dari jendela, wajah Priam berada dilengkungan lehernya
Estel mendorong priam kuat hingga pria itu terlentang disebalahnya. Estel menduduki perut Priam dengan pedang Elendil dileher Pria itu. Darah mengalir keluar dari leher Priam membasahi seprai.
Kesadarannya telah pulih, Estel mengingat apa yang terjadi semalam, dirinya bertarung melawan Daemon, racun Daemon membuatnya pingsan serta mimpi anehnya bertemu Zeus.
“Sialan aku akan membunuhmu Daemon, bagaimana aku masih bisa sadar, apa yang kau lakukan padaku”.
Estel tahu dirinya tidak akan hidup jika terkena racun dari Underworld, butuh sebuah keajaiban untuk membuatnya bisa hidup. Tenaganya telah pulih, luka dipahanya telah hilang.
Priam terkejut, bukan karna saat ini nyawanya dalam bahaya tapi karena wanitanya itu telah sadar dan sehat kembali. Wanitanya Priam menyukai kata itu.
“Jawab iblis” Estel menekan pedang ke leher priam kuat. amarah Estel semakin memuncak ketika Priam menggulingkan mereka hingga terjatuh dari tempat tidur. Estel bisa mendengar gumaman Priam “terima kasih Zeus” serta kata-kata bersyukur lainnya, pelukkan Priam mengetak, hidungnya menghirup aroma madu dan matahari favoritenya.
Estel memberontak diatas tubuh Priam “lepaskan aku brengsek, aku akan membunuh kalian semua. Dasar penipu. Iblis terkutuk”
“tenanglah Estel, kau baru sembuh”
“kau pikir karena siapa aku terluka” jawab Estel sengit sambil menatap Priam benci. “lepaskan aku” desis Estel.
Priam mengurai pelukkannya dengan cepat Estel berdiri siaga. “jawab aku bagaimana aku bisa selamat”
“kau butuh istirahat Estel” mengabaikan pertanyaan Estel.
Estel mendengus jijik “aku butuh kepalamu” Estel melesat kearah Priam hendak menebas leher pria itu. Tetapi sebuah belati tiba tiba tertancap dikaki Estel membuat wanita itu tesungkur dilantai.
“Apa yang kau lakukan perempuan” teriak Helios marah, Helios maju menerjang Estel tetapi Priam lebih dulu menarik Estel kedalam pelukkannya.
“Helios berhenti” Priam murka, pria itu maju menyembunyikan Estel dibelakangnya darah mengalir dari kaki Estel. Rivan dan Daryian yang baru datang terkejut dengan pemandangan dihadapan mereka.
Priam menarik Helios menjauh dari Estel, sang putri meringis kakinya sakit luar biasa, jika tadi Priam tidak menariknya cepat mungkin rahang Estel sudah patah tetapi Estel tidak akan berterima kasih. Misinya kali ini menghancurkan para iblis penipu ini, mungkin dirinya harus mengajak Thor pikir Estel serius.
“Apa yang terjadi disini” suara Rivan meninggi sambil mengacungkan revolvernya kearah Estel.
“Kau berdarah Priam” darah dileher Priam sudah mengering tetapi garis merah tanda irisan pedang Estel masih terlihat “apa perempuan sialan ini melakukannya” Rivan menarik pelatuk.
Helios mencoba lepas dari hadangan Priam “berhenti kalian semua” priam mencengkram bahu helios dan menatap Rivan penuh ancaman. Dirinya menyayangi para saudaranya tetapi perasaan posesif dan melindungi pada Estel membuatnya tidak bisa diam ketika wanita itu terancam.
“Kalian semua keluar” perintah Priam tegas.
“Tapi” ucap mereka bertiga serentak dengan tatapan khawatir.
“Sekarang”
Daryian mengangguk “baiklah, tapi kami butuh penjelasan, satu jam lagi kita berkumpul di ruang utama. ayo Helios”. Daryian menarik Helios yang masih menatap Estel marah.

***
Priam menatapku lama, seakan meneliti setiap tubuhku. “kakimu masih berdarah”
“bukan urusanmu iblis” tetapi Priam tidak peduli dengan ucapanku
“jangan bergerak” Priam mengambil kotak p3k dari nakas samping tempat tidur lalu berlutut didepanku, aku memutar bola mata kesal.
“aku bisa membunuhmu sekarang” ancamku, kakiku sudah dibalut dengan rapi, Priam mendongkakan kepala menatapku tenang.
“lakukanlah jika itu bisa membuatmu memaafkanku”
Aku tertawa sarkatis “kau kira dengan berkata seperti itu aku akan memaafkanmu, jangan naif . aku tidak akan memaafkanmu, Iblis” Priam masih berlutut dihadapanku tenang.
“aku tidak pantas untuk meminta maaf setelah apa yang aku lakukan padamu tadi malam, jika nyawaku adalah harga yang pantas untuk sebuah permintaan maaf maka akan aku berikan”. Ucap Priam tulus.
Jantungku seakan diremas mendengar ucapan Priam, meskipun tanganku sudah memegang pedang tetapi tubuhku seakan memberontak untuk menyakiti Priam. Tatapan teduh dan tulus iris ungu itu mengusik hatiku. Apa ini, Estel ayunkan saja pedangnya aku mencoba meyakinkan diriku. Tetapi tangannya tidak bergerak sedikitpun.
Priam dengan cepat berdiri lalu menarik tekukku, menyatukan bibirnya denganku tanpa permisi. Aku memerontak, menikam punggungnya sekali, tetapi priam tidak melepaskan ciuman kami. Priam memukul tanganku yang memegang pedang, mengarahkan tanganku kearah bahunya. aku memukul kedua bahunya kuat. Kami terjatuh diatas tempat tidur. Priam menghimpitku kuat, bibirku dilumat dengan lembut, sebuah sensasi muncul mengitari perutku. “Maafkan aku” bisik Priam depan bibirku lalu menciumku lebih dalam, perlahan seakan bibirku adalah minuman favoritenya.
Aku tidak menginginkan ini, rampalku dalam hati berulang kali tetapi gagal, kepalaku pusing oleh sensasi yang ciptakan Priam dibibirku.
Setelah cukup lama, Priam melepas ciuman kami, bibirku dikecup lembut, aku bisa merasakan Priam tersenyum diatas bibirku.
Plakk…
tanganku menampar pipi kiri Priam keras “menjijikkan, iblis mesum” aku mengusap bibirku kasar. Batinku mengerang tidak suka kehilangan kehangatan Priam.
Priam menggeram tidak terima “apapun penjelasanmu, aku tidak terima, aku seorang putri mahkota dari Niflhaim calon penguasa dunia kematian, tidak sepantasnya makhluk rendahan sepertimu menciumku” aku menaikkan daguku sombong,
“Makhluk Rendahan katamu” suara Priam berubah kasar, seakan ada dua orang yang berbicara “aku adalah pemimpin tertinggi pasukan Zeus yang dihormati dan dipuja hingga ke kerajaan Troy. Setelah kami kalah oleh Titan, kami dipisahkan dari para dewa, Cronus dan Hades terlalu takut kami bisa melarikan diri dari Tartarus. Jadi dengan saran Cronus yang baik hati kami dibuang didalam Underworld. Selama lima ratus tahun kami berjuang untuk keluar dari tempat terkutuk itu, kau tidak tahu apapun putri” Priam menatapku tajam, mata ungu itu terluka “aku ditempatkan di Erinyes tempat para pelayan keadilan menghukum para pendosa berulang kali” napas pria itu tersengal kepayahan “tempat paling terkutuk di Underworld, selama itu disiksa, dibunuh berulang kali lalu dihidupkan lagi hanya untuk menyiksaku lagi. sang Daemon, Erinyes membuat sebuah penawaran kepadaku, aku bisa bebas jika aku membagi tubuhku dengannya” sebuah senyum kejam terbit dibibir ksatria itu “aku menyetujuinya, kami membunuh ketiga penjaga tempat itu lalu aku berhasil kabur”.
Mulutku tidak bisa mengucapkan apapun. Apakah aku salah, mereka hanya ingin bertahan hidup. Tugas mereka sebagai ksatria mengharuskan mereka untuk tetap hidup. Apa hakku menghakimi mereka.
“Kau tidak mempunyai hak apapun mengatakan kami makhluk rendahan, perempuan”
Aku hendak menjawab tetapi Priam sudah meninggalkan kamar.

 

Makasih sudah baca ceritaku ?

ryindini

i love reading

3 Komentar

  1. :PATAHHATI

  2. ceritanya bagus.. seru banget..

  3. Bersalah