BAB 6
ERINYES
Estel bermimpi dirinya berada diatas bukit, dihadapannya ada sebuah bangunan megah dengan tiang-tiang yang terbuat dari emas, patung-patung berdiri anggun dan menjulang tinggi disepanjang halaman. Olympus. Sebuah patung berbentuk manusia yang memikul bumi tepat disamping balkon bangunan itu. Estel melihat banyak orang yang berdiri menggunakan pakaian yunani, dengan rambut yang diberi mahkota daun emas, para wanita dan pria terlihat mempesona. Mereka para dewa dan dewi yunani, estel mengerinyit kenapa dirinya memimpikan yunani kuno. Suara terompet membuat para dewa dan dewi berhenti beraktifitas, ada tangga marmer yang ditaburi bunga-bunga liar. Para dewa dan dewi seakan menunggu. Lalu sebuah kereta kuda yang terbuat dari emas muncul ada seorang dewa bermata perak cerah berdiri dengan gagah diatas kereta, baju zirahnya berwarna emas memantulkan cahaya indah ketika terkena sinar matahari. Wajahnya berwibawa dengan guratan halus. Rambut dan jenggotnya berwarna perak. Ditangannya ada senjata yang terlihat seperti petir.
“Zeus” gumam Estel heran. Bagiamana dirinya bisa mengenal sang Dewa dengan sekali liat. Tangan Estel menyentuh jantungnya, debarannya semakin kencang. Estel berlari kearah Zeus tetapi tidak ada yang melihat dirinya. Zeus melangkah anggun menaiki tangga menuju halaman depan Olympus dibelakang Zeus ada tujuh ksatria utama Zeus.
Estel terkesiap. Priam berdiri tepat dibelakang Zeus, Priam menggunakan armor berwarna perak, rambut cokelat karamelnya panjang menyentuh punggungya dikepang rapi Dibelakang Priam ada Lysander, Xander, Helios, Daryian, Rivan dan Zale dengan armor yang sama, ada senyum bangga dan bahagia diwajah mereka. Daryian dan Zale berbicara tetapi Estel tidak mengerti karna mereka menggunakan bahasa yunani kuno.
Zeus berbalik sebentar lalu menatap lurus kearah Estel, kali ini seakan tahu estel disana “aku menunggumu Estel Daughter Of Hel” kalimat itu diucapkan tanpa suara.
***
Priam mengutuk dirinya sendiri, dirinya bersedia dibakar dineraka terdalam. Dicambuki hingga mati. Belum pernah Priam kecewa pada dirinya sebanyak ini. Terkutuklah dirinya, rasanya Priam ingin menggorok lehernya sendiri sampai mati. Dirinya lepas kendali. Wanita itu, Estel terbujur tidak sadarkan diri dengan darah yang menggenang dari paha kanannya. Ada sisa darah dibibirnya yang berwarna ungu gelap. Tubuh Priam bergetar hebat. Dirinya rela melakukan apa saja untuk menukar kondisi Estel saat ini.
Tubuh Estel seputih kapas dengan bibir ungu yang bergetar, keringat membasahi tubuh wanita itu. Luka dipahanya sudah dibalut, Priam meringis melihat pipi Estel yang tergores. lebam yang mulai keunguan dibeberapa bagian tubuhnya. Paling parah adalah punggung Estel. Jantungnya seperti tertikam ketika melihat lebam itu. Demi Zeus biarkan dirinya yang menanggung semua kesakitan Estel saat ini. Wanita dihadapannya ini tidak pantas terluka seperti ini.
Beruntung Xander dan Ionia datang diwaktu yang tepat, anehnya disaat melihat Estel berlumuran darah dan tidak sadarkan diri, daemonnya meraung marah, “milikku” rintih sang daemon sedih saat mendekap Estel. Baru kali ini daemonnya berbicara.
Seharusnya dia dapat menahan diri ketika daemon Lysander, Acheron mengodanya saat makan malam tadi. Acheron adalah daemon kesengsaraan. suka melihat kesengsaraan disekitarnya, ketika melihat ada celah pada hati seseorang Acheron akan masuk, menghasut menyebabkan orang itu melakukan tidakan yang berujung pada kesengsaraan orang itu sendiri. Apalagi Daemon Priam adalah Erinyes atau kemarahan. Sangat mudah bagi Erinyes meledak marah meskipun Priam mencoba mengendalikkannya.
Priam mendekati ranjang lalu mengenggam tangan Estel, mencoba menyalurkan kehangantan tubuhnya kepada Estel. Priam sangat berterima kasih pada Ionia, meskipun wanita itu menikam perutnya dengan beringas saat mendapati Estel yang tidak sadarkan diri. Air Silme Ithil penawar ampuh yang didapatkan Ionia dari seorang Elf. Air Silme Ithil berasal dari pusat kerajaan Galadthon tempat tinggal para Elf yang tidak bisa ditemukan mortal bahkan para Immortal sangat sulit menembut perlindungan berbatasan Galadthon
Sudah tiga jam Priam terus memegang tangan Estel yang masih dingin, tubuhnya menggigil padahal Priam sudah menyelimutinya dengan selimut tebal.
“milikku terluka, milikku” sesal Erinyes. Kepala Priam terasa pecah saat Erinyes terus mengeliat dibenaknya tidak tenang
“kau pikir ulah siapa” bentak Priam
“tidak boleh terluka lagi, milikku” raung Erinyes
“dia bukan milik kita, kita berdua tidak pantas untuk Estel, kepala kita berdua akan dipenggal olehnya ketika dirinya sadar dan aku bersyukur akan itu” Priam memegang kepalanya yang berdenyut sakit oleh teriakkan Erinyes. Jika tebakkannya benar Erinyes juga tertarik pada Estel semejak pertemuan mereka. Priam baru sadar sang Daemon mengeliat bangun ketika melihat Estel. Itu bukan bertanda bagus.
“Sial” umpat Priam lalu melangkah keluar kamarnya cepat.
Tok tok
“Xander” teriak Priam didepan pintu kamar ksatria itu, Xander keluar dengan tubuh penuh keringat dan telanjang, Xander menghalangi pandangan Priam kedalam kamarnya, alis priam terangkat. Baru 3 jam lalu dirinya dihajar oleh Xander dan ditusuk oleh Ionia diperutnya membuat membuat ususnya terluka parah, sekarang pasangan ini bercinta, sialan. Terkutuk kedua pasangan ini. Sumpah Priam dalam hati.
“Apa kau ingin ditikam lagi” teriak Ionia garang
“Kau, apa iblismu berbicara padamu setelah dirimu merasa tertarik kepada Ionia” Tanya Priam pada Xander, Xander tersenyum kecil, seakan mengerti arah pembicaraan Priam. “Apakah Erinyes mulai cerewet seperti Cocytus” Xander melipat tangan didadanya santai “Daemon memiliki sifat posesif bahkan dalam urusan wanita, aku rasa kau mengerti bagian itu” Wajah Priam pucat pasi, menginginkan Estel.
“Itu tidak mungkin, aku baru bertemunya hari ini dan kenapa iblis brengsek itu menginginkan Estel” Priam mengusap wajahnya frustasi
Xander memegang bahu Priam “Cocytus berbeda dengan Erinyes, Daemonku tidak langsung menyukai Ionia pada padangan pertama, kau tahu sendiri bagaimana Cocytus membuat Ionia menderita 6 bulan lalu”
tangan Ionia memeluk Xander dari berlakang “tenang saja aku dan iblis kecil itu sudah berteman” Ionia mencium lengan Xander lembut, melempar tatapan membunuh kepada Priam. Priam meringis ngeri meskipun luka yang dibuat Ionia sudah menutup “berdoalah supaya Estel tidak membunuh kalian berdua besok pagi atau lebih buruk seluruh penghuni kastil ini” Xander menutup pintunya kembali, Priam masih berdiri mematung,
kata kata Xander terngiang Daemonnya menginginkan Estel dalam bentuk apapun, Priam dapat merasakan Erinyes yang terus berkeliaran dibenaknya.
Priam tidak munafik mengakui perasaanya yang selalu terpaku Estel. Dirinya tidak menyangka Erinyes bisa merasakannya juga. Tidak ada peluang Estel bisa menerima mereka berdua. Iblis dan Putri penguasa dunia orang mati mimpi yang terlalu tinggi. Priam menutup matanya mencoba menyingkirkan perasaan tertusuk didadanya.
“kau akan menderita karna mencintai seorang anak Zeus, ksatria. kutukan itu akan kau tanggung selama hidupmu. Takdir kalian akan terikat tapi kalian tetapi terpisah. Darah sang anak Zeus akan membuatmu merana, jika kau ingin bebas, korbankanlah ”
Priam jatuh terduduk telinganya seperti bisa mendengar suara Oracles Of Delphi. Kata-kata terkutuk yang seakan membungkus tubuhnya. Daemonnya mengerang serta berteriak dalam kepala Priam, kesakitan. Takdir apakah yang dirinya mainkan saat ini.
***
Priam berbaring disamping Estel, tubuh Estel masih sedingin es,
“maafkan aku” Priam merapikan rambut estel yang menempel dahi. Priam merengkuh Estel kedalam pelukkannya, Estel berhenti bergetar seakan putri itu mendapat tempat yang hangat.. Senyum Priam mengembang merapatkan tubuhnya, memastikan setiap jengkal tubuhnya menyentuh Estel. apakah dirinya pantas, bagaimana kalau Estel menolaknya. Priam mengetatkan pelukkannya. Aroma favoritnya madu dan matahari tercium demi zeus tidak pernah dirinya merasa begitu bahagia seperti ini, seakan estel diciptakan hanya untuk dirinya, tubuh mereka menempel dengan pas. Priam menekan hidungnya dirambut hitam Estel. Surga suara Erinyes terdengar bahagia, Priam takjub. Demonnya menyukai aroma Estel.
“Milikku milikku” ucap demonnya girang.
“Dia milik kita iblis bukan hanya milikmu” protes Priam. Daemonnya menyungging senyum persetujuan.
Comment yah ?
Kenapa takdir harus sekejam itu :PATAHHATI :TERHARUBIRU
Bagus loh ceritanya.. semangat berkarya ya..???
Priam????
Waahh.. Kasian Priam kalau gak jadian iah?? :dragonbaper
Priam