Vitamins Blog

Lord Of The Demon’s Bride Bab 5

Bookmark
ClosePlease login

No account yet? Register

BAB 5

DAEMON

 

Estel bertanya-tanya kenapa Priam terus diam semenjak dirinya keluar dari kamar pria itu, apakah Priam kesal karena menunggunya batin Estel penasaran. Priam berjalan didepannya, seakan mengabaikan Estel. Estel mengangkat bahu sambil mengikuti langkah Priam. Mereka melangkah kearah dapur dilantai dua bagian kanan kastil, dari luar aku sudah mendengar suara riuh para ksatria. Priam duduk disamping Rivan mengabaikan Estel yang berdiri didepan pintu masuk, kebinggungan.
“Wow…demi Andromeda yang selau dipuja kecantikkannya, kau terlihat sangat cantik putri” puji Daryian dengan tatapan mesum. Sepertinya Estel harus terbiasa dengan tingkah Daryian yang kelewatan kurang ajar menurut ukuran seorang Putri Niflhaim. Estel hanya tersenyum kaku, tangannya mengepal dikedua sisi.
“Aku tidak tahu kau hobi mengoleksi gaun perempuan” ledek Rivan.
Priam mengumpat lalu menatap kearah Estel “duduklah” Priam menarik kursi kosong disampingnya. Estel duduk disampingnya kaku. Priam mengabaikan teriakan menggoda para ksatria, menyodorkan potongan daging dan buah yang sudah diambilnya, Estel menatap Priam kaget, Ksatria itu menatap Estel balik. Tanpa kata tapi Estel tahu jelas Priam menyuruhnya untuk makan. Mata ungu terang seakan mempunyai kekuatan sihir yang membuat Estel mengerti arti dari tatapan Priam.
Priam tersenyum puas saat Estel makan dengan lahap, dirinya tidak bisa menghentikan matanya yang mengawasi Estel mengambil potongan anggur lalu memakannya dengan anggun. Demi Zeus fantasy liar Priam berkelabat dibenaknya tanpa tertahan lagi, bibir merah Estel terlihat mengoda bagaimana rasanya jika bibir itu menjelajahi tubuhnya. Priam memejamkan mata menenangkan hasratnya. Priam bukan orang suci. Saat di Olympus dirinya pernah tidur dengan beberapa dewi. Semuanya setipe baik dan lembut. Priam menginginkan kelembutan untuk dirinya yang kasar dan keras. Jelas Estel jauh dari kata lembut. Wanita itu juga seorang ksatria tangguh yang tidak memerlukan perlindungan, meskipun Estel terlihat anggun tapi Priam tahu kekuatan Estel tidak bisa dianggap remeh.
“Tatapanmu seperti ingin menelanjangi Estel saat ini juga” Helios bersandar dikursinya santai tanpa peduli Priam yang tersedak setelah mendengar ucapannya.
“Helios aku akan membunuhmu” desis Priam, Helios mengangkat jari tengahnya tidak peduli. Suara tertawa para ksatria membuat Priam semakin kesal. Ya ampun dimana wibawanya saat ini. Para ksatria sialan ini tahu cara mempermalukan dirinya.
Xander memangku Ionia, melingkari tangannya di pinggang sang dewi posesif “aku senang dirikulah yang memulai trend itu” Ionia mengecup pipi Xander.
Priam bersyukur Estel tidak menangkapi ucapan para ksatria tetapi terlihat jelas pipi Estel merona. Priam rela menukar apapun untuk bisa mengetahui pikiran Estel saat ini.
Priam menatap Lysander Serius “apakah kau sudah menemukan tempat tinggal Oracels Of Delphi” seketika semua ksatria memandang Lysander antusias.
Lysander tersenyum penuh kemenangan “oh tentu saja” lysander mengeluarkan sebuah kertas dari balik jaket kulitnya dan menaruh ditengah meja “mereka di Bled, Slovenia. Mereka tinggal di sebuah kastil ditengah danau”. Lysander lalu menunjuk sebuah kastil yang berdiri megah diatas pulau ditengah-tengah danau. Indah pikir Estel kagum.
“Sialan bahkan hingga beratus tahun mereka tidak pernah kehilangan selera dramatis mereka” ucap Rivan sakratis.
Terakhir kali para ksatria bertemu Oracles Of Delphi, mereka menempati sebuah goa dekat Underworld. Dimana setiap ksatria menyesali hari terkutuk itu.
Priam menyandarkan bahunya “harus ada yang tinggal dikastil untuk berjaga. Kalian tahu sendirikan para agen Paladine semakin menyebalkan”.
Makian serta sumpah serapah keluar dari mulut para ksatria, Estel mengedarkan padangan bertanya Priam menatapnya intens, ekspresinya mengeras, “para mortal yang berpikir bahwa mempelajari para makhluk mitos adalah hal yang menarik lalu mencoba memanfaatkan para immortal untuk kepentingan mereka”. Estel terbelalak tidak percaya. Ini bukan pertama kalinya Estel ke bumi tetapi dirinya tidak pernah tahu ada sebuah organisasi yang khusus memburu para Immortal. Sejauh yang dirinya tahu pencapaian tertinggi mortal adalah mencoba mengurai lingkaran Biforst yang menjejak dibumi saat ksatria Asgard turun dan pulang.
“Sejak seratus tahun terakhir aktifitas mereka semakin meningkat, mereka menggunakan semua cara untuk menangkap para immortal” lanjut Xander, Ionia mengusap lengan Xander menangkan.
“Aku akan bahagia menguliti para agen sialan itu untukmu” ucap Ionia santai.
Lysander mencondongkan badannya kearah Estel “kau membawa sebuah pedang saat kau datang, tapi aku tidak melihat pedang itu lagi setelah kau memasuki kastil ini”.
Estel mengunyah roti perlahan, “dengar jika kau ingin kami membantumu sebaiknya kita mulai bertukar informasi” Lysander menatapku tajam.
Estel menghela nafas kesal, “aku tidak bermaksud menutupi apapun pedang yang aku pegang itu bernama Elendil, aku bisa menciptakan pedang itu dengan tangan kosong”. Estel melambaikan tanganku ke udara lalu tangannya memegang Elendil mantap.
“Wow itu keren sekali” seru Ionia takjub.
“Pedang ini hanya bisa digunakan oleh pemiliknya saja, beda dengan sabit Of Hel yang merupakan senjata bagi penguasa Niflheim. Elendil hanya dibuat untuk ksatria yang pantas” Estel tersenyum bangga. “Jadi kapan kita akan berangkat” Estel tidak ingin menunda seharipun karena Niflheim diambang kehancuran.
Estel menatap Lysander tegas, pria itu tersenyum.
Tiba-tiba Priam sudah berdiri “besok pagi aku, kau, Zale dan Rivan akan ikut. Sisanya tinggal dikastil. Tidak ada bantahan” potong Priam cepat sebelum ada yang membantah keputusannya. Priam menarik lengan Estel lalu keluar dapur tanpa mengatakan apapun.
***
“Ada apa denganmu” teriak Estel kesal, tangannya memerah. Beruntung dia Immortal sehingga tangannya tidak remuk oleh cengkraman kuat Priam.
Nafas Priam memburu, buku jarinya memutih karna kepalan yang terlalu kuat. Priam terlalu marah, banyak hal berkelabat dibenaknya saat ini. Dadanya sesak oleh amarah yang semakin berkobar. Celakanya Estel tidak menyadari itu, sang putri hendak menarik bahu Priam tetapi Pria itu melesat kearah tembok disebalah kanannya. Meninju dinding itu hingga retak.
Arggghhh.. Estel belum siap ketika Priam dengan cepat membanting tubuhnya kelantai berkarpet persia, Estel mengerang sakit. punggungnya seakan remuk, kedua tangan Estel tidak bisa bergerak, Priam menahannya dengan sangat kuat.
Demi Odin aku akan … ucapan Estel berhenti ketika matanya menatap sepasang mata berwarna merah darah diatasnya. Dua tanduk hitam keluar dari rambut hitam makhluk dihadapannya. Bagian kiri lengannya bersisik hitam ditumbuhi tanduk tanduk hitam, kuku-kukunya memanjang. perut estel mual mencium bau belerang yang menguar dari kulit makhluk itu.
“Deamon” pekik Estel terkejut refleks Estel menendang bahu Daemon dengan lututnya kuat. Estel berguling kesamping, memberikan jarak yang cukup baginya.
Dirinya ingin muntah dan mengigil, dia masuk kedalam sarang Daemon. Para ksatria menipunya. Mereka sekumpulan Daemon bukan prajurit Zeus. Tidak ada lagi sosok Priam, makhluk itu dua kali lebih tinggi dari Priam, ada tulang-tulang yang keluar dari punggungnya. Cakar-cakar panjang muncul.
Estel memegang pedangnya erat, jika dirinya kehilangan konsentrasi cakar-cakar itu bisa menebas lehernya dengan mudah. Bagaimana sekumpulan Daemon bisa menginjak kakinya dibumi, Daemon dikutuk seperti Lucifer sehingga mereka tidak bisa kebumi. Hanya sekali dalam seribu tahun mereka diberi kesempatan ke bumi tetapi Lucifer dan Daemon akan meninggalkan bumi dalam kacau balu yang mengerikan.
Estel maju menyerang Priam, pedang berdenting. Priam sudah memegang sebuah pedang hitam yang dua kali lebih besar dan panjang daripada pedang Estel. Priam menangkis serangannya.
Ding, kedua pedang kembali berdenting, Estel berputar kekiri ketika cakar Priam hendak melukainya sialnya Estel tidak terlalu cepat untuk menghindar pedang Priam.
sreettt …
ujung pedang Priam menyabet perutnya. Estel menahan nafas tetapi dengan lincah Estel menarik belati yang ditempel di pahanya lalu mengarahkannya tepat di dada kiri Priam.
Priam meraung marah lalu menendang Estel hingga menabrak pintu balkon, Estel cukup beruntung tidak jatuh dari balkon. Punggungya ngilu karena menubruk pagar besi. Dirinya memuntahkan darah segar, pedang Priam beracun. Priam mencabut belati didadanya seakan belati itu tidak membuatnya terluka. Ada senyuman mengejek ketika melihat Estel mulai gemetaran dan pucat.
“aku akan membunuhmu iblis” desis Estel. Kali ini Priam yang maju menyerang, pertarungan mereka terus berlangsung. Estel berkonsentrasi penuh meskipun tangannya gemetaran. tinju Estel berhasil membuat Priam tersungkur, pedangnya sudah tergeletak begitu saja. Estel menendang perut Priam tetapi pria itu mencengkram kakinya lalu melempar Estel kearah lemari kaca. Pipi Estel tergores pecahan kaca, ada serpihan kaca yang menembus pahanya. Gaun indahnya sudah robek tak beraturan. Untuk kedua kalinya Estel memuntahkan darah. Pandangannya berkunang. Jangan pingsan Estel hardik Estel pada dirinya sendiri tetapi matanya semakin berat. Ketika kesadaranya hampir hilang dirinya bisa mencium bau belerang serta lemon.
Apakah ini akhir hidupku pikir Estel putus asa.

 

Jangan lupa comment yah ?

ryindini

i love reading

1 Komentar

  1. Indah Narty menulis:

    Demon’s bride